Minggu, 09 Agustus 2015

MAHASISWA PEGUNUNGAN BINTANG MENYAMAKAN PEMAHAMAN MELALUI KEGIATAN DISKUSI DI TINGKAT ORGANISASI KOMAPO MAUPUN DI ORGANISASI LAIN



Agus Uropka
Demi  untuk melakukan kegiatan diskusi secara rutin agar mampu menyamahi presepsi mahasiswa agar dapat memberikan kontribusi pemikiran yang produktif bagi percepatan pembangunan di daerah. Menurutnya sejauh ini kita telah melakukan kritik outo kritik tanpa duduk bersama menyusun konsep pembangunan atas kesepahaman bersama seluruh komponen mahasiswa untuk konsep pembangunan daerah yang baik. “ sekarang semua mahasiswa harus bersatu, melakukan diskusi-diskusi secara sutin di tingkat organisasi IPMAPA Papua maupun di KOMAPO. Ini harus dilakukan secepatnya karena masyrakat harapkan kita untuk pulang bantu mereka bangun daerah” katanya dengan tegas.
Diskusi yang dimaksudkan oleh bapa poro (sapaan akrabnya di KOMAPO) adalah melakukan kajian-kajian akademik dengan memanfaatkan sejumlah informasih/pengetahuan yang selama ini diperoleh di setiap kampus sesuai dengan konsentrasi studinya. “ strategi diskusinya begini, setiap mahasiswa dari masing-masing jurusan harus menawarkan konsep pembangunan menurut pemahamannya. Konsep yang dibuat dilemparkan ke semua anggota dalam diskusi. Nanti sama-sama kita duduk tambah atau kurangi dia punya konsep setelah itu baru kita buat konsep pembangunan yang baik, terangnya. Disamping itu, mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi ini menjelaskan bahwa hasil diskusi akan disusun dalam bentuk naskah akademik/ilmiah selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dijadikan sebagai acuan penyusunan dan perencanaan program pembangunan. “ setelah kita susun hasil diskusi itu menjadi satu konsep bersama kita serakan ke pemerintah daerah untuk mereka gunakan untuk menyusun dan merancang konsep pembangunan ke depan” katanya dengan penuh perhatian.
Semanggat senior KOMAPO yang satu ini, menurut penulis patut diakomodir oleh semua pihak yang berkepentingan atas kemajuan organisasi kemahasiswaan berbasis kedaerahan seperti KOMAPO maupun IMPETANG. Sumbangsi pemikirannya ini tidak hanya ia menyarankan untuk lingkup mahasiswa Pegunungan Bintang tetapi dia optimis bila perlu dilakukan di seluruh organisasi kemahasiswaan asal Papua. “ menurut saya kegiatan diskusi dan semangat penyamaan presepsi tidak hanya untuk mahasiswa Pegunungan Bintang, tetapi untuk seluruh mahasiswa Papua yang ada di seluruh Indonesia bahkan dunia”, katanya dengan sangat tegas.
Sementara itu Agus menyinggung kapasitas aparatur sipil negara di seluruh provinsi papua yang sejauh ini terkesan belum mampu mengaplikasihkan amanat Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang otonomikhusus bagi provinsi papua dan beberapa regulasi turunan serta regulasi perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi Papua dan Papua Barat. “ selama ini pejabat-pejabat di daerah belum mampu menerjemahkan undang-undang otsus sehingga pembangunan yang terjadi tidak memeberikan hasil yang baik. Banyak masyakat yang belum merasakan hasil otsus papua. Jadi tugasnya kita mahasiswa Papua untukperbanyak diskusi, duduk sama-sama, buat konsep pembangunan sesuai amanat undang-undang kalau tidak nanti orang luar papau yang akan buat konsep pembangunan untuk papau sementara kita anak asli nanti tidak bisa buat apa-apa” katanya dengan nada serius.

Peran mahasiswa dalam proses pembangunan sangat dibutuhkan, baik secara langsung dalam aktivtas pembangunan maupun secara langsung melalui sumbangsi pemikiran kritis, pemikiran yang inovatif dan pemikiran yang idealis melalui rumusan naskah akademik. Dalam proses penyusunan kebijakan kepala daerah provinsi maupun kabupaten tentu melalui tim perumusnya menyusun rancanagan pembangunan dengan memanfaatkan sejumlah hasil riset/penelitian yang dilakukan oleh pihak ke-III. Pihak ketiga yang dimaksud di sini bisa LSM/NGO, lembaga perguruan tinggi negeri mapun swasta, praktisi, akademisi maupun mahasiswa melalui organisasinya. Oleh karena itu, sumbangsi pemikiran mantan wakil sekjend ini sangat penting dan perlu didukung oleh semua pihak sehingga rutinitas organisasi kemahasiswaan berbasis daerah pun dibangun melalui kegiatan-kegiatan ilmiah yang bernilai akademis. (zacyoc**)
Agus and Bapak Meko