Minggu, 09 Agustus 2015

MAHASISWA PEGUNUNGAN BINTANG MENYAMAKAN PEMAHAMAN MELALUI KEGIATAN DISKUSI DI TINGKAT ORGANISASI KOMAPO MAUPUN DI ORGANISASI LAIN



Agus Uropka
Demi  untuk melakukan kegiatan diskusi secara rutin agar mampu menyamahi presepsi mahasiswa agar dapat memberikan kontribusi pemikiran yang produktif bagi percepatan pembangunan di daerah. Menurutnya sejauh ini kita telah melakukan kritik outo kritik tanpa duduk bersama menyusun konsep pembangunan atas kesepahaman bersama seluruh komponen mahasiswa untuk konsep pembangunan daerah yang baik. “ sekarang semua mahasiswa harus bersatu, melakukan diskusi-diskusi secara sutin di tingkat organisasi IPMAPA Papua maupun di KOMAPO. Ini harus dilakukan secepatnya karena masyrakat harapkan kita untuk pulang bantu mereka bangun daerah” katanya dengan tegas.
Diskusi yang dimaksudkan oleh bapa poro (sapaan akrabnya di KOMAPO) adalah melakukan kajian-kajian akademik dengan memanfaatkan sejumlah informasih/pengetahuan yang selama ini diperoleh di setiap kampus sesuai dengan konsentrasi studinya. “ strategi diskusinya begini, setiap mahasiswa dari masing-masing jurusan harus menawarkan konsep pembangunan menurut pemahamannya. Konsep yang dibuat dilemparkan ke semua anggota dalam diskusi. Nanti sama-sama kita duduk tambah atau kurangi dia punya konsep setelah itu baru kita buat konsep pembangunan yang baik, terangnya. Disamping itu, mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi ini menjelaskan bahwa hasil diskusi akan disusun dalam bentuk naskah akademik/ilmiah selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dijadikan sebagai acuan penyusunan dan perencanaan program pembangunan. “ setelah kita susun hasil diskusi itu menjadi satu konsep bersama kita serakan ke pemerintah daerah untuk mereka gunakan untuk menyusun dan merancang konsep pembangunan ke depan” katanya dengan penuh perhatian.
Semanggat senior KOMAPO yang satu ini, menurut penulis patut diakomodir oleh semua pihak yang berkepentingan atas kemajuan organisasi kemahasiswaan berbasis kedaerahan seperti KOMAPO maupun IMPETANG. Sumbangsi pemikirannya ini tidak hanya ia menyarankan untuk lingkup mahasiswa Pegunungan Bintang tetapi dia optimis bila perlu dilakukan di seluruh organisasi kemahasiswaan asal Papua. “ menurut saya kegiatan diskusi dan semangat penyamaan presepsi tidak hanya untuk mahasiswa Pegunungan Bintang, tetapi untuk seluruh mahasiswa Papua yang ada di seluruh Indonesia bahkan dunia”, katanya dengan sangat tegas.
Sementara itu Agus menyinggung kapasitas aparatur sipil negara di seluruh provinsi papua yang sejauh ini terkesan belum mampu mengaplikasihkan amanat Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang otonomikhusus bagi provinsi papua dan beberapa regulasi turunan serta regulasi perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi Papua dan Papua Barat. “ selama ini pejabat-pejabat di daerah belum mampu menerjemahkan undang-undang otsus sehingga pembangunan yang terjadi tidak memeberikan hasil yang baik. Banyak masyakat yang belum merasakan hasil otsus papua. Jadi tugasnya kita mahasiswa Papua untukperbanyak diskusi, duduk sama-sama, buat konsep pembangunan sesuai amanat undang-undang kalau tidak nanti orang luar papau yang akan buat konsep pembangunan untuk papau sementara kita anak asli nanti tidak bisa buat apa-apa” katanya dengan nada serius.

Peran mahasiswa dalam proses pembangunan sangat dibutuhkan, baik secara langsung dalam aktivtas pembangunan maupun secara langsung melalui sumbangsi pemikiran kritis, pemikiran yang inovatif dan pemikiran yang idealis melalui rumusan naskah akademik. Dalam proses penyusunan kebijakan kepala daerah provinsi maupun kabupaten tentu melalui tim perumusnya menyusun rancanagan pembangunan dengan memanfaatkan sejumlah hasil riset/penelitian yang dilakukan oleh pihak ke-III. Pihak ketiga yang dimaksud di sini bisa LSM/NGO, lembaga perguruan tinggi negeri mapun swasta, praktisi, akademisi maupun mahasiswa melalui organisasinya. Oleh karena itu, sumbangsi pemikiran mantan wakil sekjend ini sangat penting dan perlu didukung oleh semua pihak sehingga rutinitas organisasi kemahasiswaan berbasis daerah pun dibangun melalui kegiatan-kegiatan ilmiah yang bernilai akademis. (zacyoc**)
Agus and Bapak Meko

Minggu, 19 Juli 2015

MENGHUKUM TANPA KEKERASAN


MENGHUKUM TANPA KEKERASAN
Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi)
Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tuanya di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.
Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.
Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, "Ayah tunggu kau disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.". Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya.
Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.
Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun "Kenapa kau terlambat?".
Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne sehingga dia menjawab "Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu". Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun berbohong.
Lalu Ayahnya berkata, "Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik- baik.".
Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan di belakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan.
Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi.
** Pernyataan Arun :
"Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan."
(Posted by Vendy Adi Saputra)
SEBUAH MIMPI TIDAK BEGITU SAJA TERWUJUD LEWAT KEAJAIBAN.
MIMPI DIWUJUDKAN DENGAN KERINGAT, KEYAKINAN HATI, DAN KERJA KERAS.

TENGGELAMNYA KAPAR PESIAR


TENGGELAMNYA KAPAR PESIAR
Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju skoci untuk menyelamatkan diri. Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum skoci menjauh dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.
Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?”
Sebagian besar murid-murid itu menjawab,
“Aku benci kamu!”
“Kamu tau aku buta!!”
“Kamu egois!”
“Nggak tau malu!”
Tapi guru itu kemudian menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam saja itu menjawab. Kata si murid, “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik’”.
Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”
Murid itu menggeleng. “Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh mama saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”
Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar.”
Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.
Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana.”
Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.
Guru itu tahu bahwa murid-murid sekarang mengerti moral dari cerita tersebut, bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang kadang sulit dimengerti.
Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya di luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.
Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.
Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.
Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar, mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain.
Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.
Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya.
Mereka yang sering menyanjungmu setinggi langit, mungkin bukan karena engkau pahlawan, tapi mungkin karena mereka memaafkan keburukanmu.
Mereka yang selalu menghinamu dan menghakimimu, mungkin bukan karena mereka membencimu, tapi karena mereka ingin menguji ketulusan cintamu.

SEPULUH KALIMAT BIJAK dari NEGERI CHINA
Bila tidak berbakti pada orang tua; Percuma saja menyembah Tuhan.
Bila dengan saudara sendiri tidak rukun; Percuma saja menjalin persahabatan.
Bila hati penuh pikiran jahat; Percuma saja mengatur Feng Shui.
Bila tindak tanduknya tanpa tata karma; Percuma saja sekolah.
Bila bersifat angkuh; Percuma saja menjadi seorang terpelajar.
Bila seenaknya sendiri dalam melakukan segala sesuatu; Kepintaran pun percuma.
Bila belum tiba saatnya; Memohon dengan membabi buta juga percuma.
Bila tidak menghargai kesehatan; Minum obat pun percuma.
Sembarangan mengambil harta orang lain; Percuma saja beramal/berdana.
Bila suka mengumbar hawa nafsu; Percuma saja berbuat kebaikan.
(sumber: ceritamotivasimendidik)
 AGUS UROPKA

KEBENCIAN TIDAK BISA DIBALAS DENGAN KEBENCIAN


Seorang gadis bernama Lili menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua. Dalam waktu singkat, Lili menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Lili sangat marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Lili juga dikritik terus-menerus. Hari demi hari, minggu demi minggu, Lili dan ibu mertua tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk, karena berdasarkan tradisi Cina, Lili harus taat kepada setiap
permintaan sang mertua.
Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu mengakibatkan suami yang miskin itu ada dalam stress yang besar.
Akhirnya, Lili tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Lili pergi menemui teman baik ayahnya, Mr Huang, yang menjual jamu. Lili menceritakan apa yang dialaminya dan meminta kalau-kalau Mr Huang dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai.
Mr Huang berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, Lili, saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta.
Lili menjawab,”Baik, saya akan melakukan apa saja yang anda minta.” Mr Huang masuk kedalam ruangan dan kembali beberapa menit kemudian dengan sekantong jamu.
Dia memberitahu Lili, “Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu saya memberimu sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu. Setiap hari masakkan daging babi atau ayam dan kemudian campurkan sedikit jamu ini. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus berhati-hati dan bertindak dangan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”
Lili sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulai rencana pembunuhan terhadap ibu mertua.
Minggu demi minggu berlalu, setiap hari Lili melayani ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Lili ingat apa yang dikatakan Mr Huang tentang menghindari kecurigaan, jadi Lili mengendalikan emosinya, mentaati ibu mertua, memperlakukan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.
Setelah enam bulan, seluruh rumah berubah. Lili telah belajar mengendalikan emosinya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat sekalipun dengan ibu mertuanya yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.
Sikap ibu mertua terhadap Lili pun berubah, dia mulai menyayangi Lili seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa Lili adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Lili dan ibu mertuanya sekarang berlaku seperti ibu dan anak sungguhan. Suami Lili sangat senang melihat apa yang telah terjadi.
Satu hari, Lili datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi. Dia berkata, “Mr Huang, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan.”
Mr. Huang tersenyum dan mengangkat kepalanya. “Lili, kamu tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada ialah di dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya.”
Teman-teman, pernahkah engkau menyadari bahwa sebagaimana perlakukanmu terhadap orang lain akan sama dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita ? 

Minggu, 24 Mei 2015

PERSIPURA BATAL TAMPIL DI PIALA AFC “ MASYARAKAT PAPUA SANGAT-SANGAT KECEWA”

Kami Masyarakat Papua sanggat-sanggat  kecewa dengan permainan pengurus MENPORA RI Dan PSSI  yang saat ini belum Menyelesaikan masalah pada ke Dua Gubu ini  akhirnya Membuat  Tim Kebanggaan Masyarakat Papua ini gagal tampil  di piala AFC. Dengan Demikian  Strategi yang berhasil di rancang oleh orang-orang  yang tidak mau bertanggung jawab ini  membuat kemajuan Sepak bola di tanah air semakin menurun dan semakin mematikan potesi-potensi  dengan mengunakan kepentingan yang tidak masuk akal dalam pesepakbola  lebih khusus Persipura tidak bisa bersaing di Piala AFC. Masyarakat Papua memang sangat  menyesal dengan   kebijakan-kebijak yang di lakukan oleh oknum oknum tertentu   ini baik secara tidak  sengaja maupun dengan sengaja. Agar  Persipiura terjebak dalam kebijakan tersebut tetapi nyatanya Persipura bersih dari semuanya, oleh karena itu kebijakan baru yang buat dengan tidak diberikannya visa kepada pemain Pahang akhirnya Pahang punya alasan karena tidak di beri ijin maka dampaknya Persipura akan terkena sangsi dari FIFA maka kedepannya Persipura seperti apa. Oleh sebab itu  apabila Persipura terkena sangsi maka tidak dapat  bermain di AFC dan bila Persipura  tidak main Di AFC maka dunia tidak dapat melihat Pemain-Pemain PAPUA di mata sepakbola dunia. Akhir dunia tidak akan pernah tahu bahwa PAPUA memang satu negara kaya sedang di sebunyikan di balik ini oleh negara  hanya untuk menikmati  kekayaan yang  di miliki  di wilayah Papua.   Jadi begitulah strategi yang  di mainkan untuk  Papua tidak di kenal oleh dunia.
Kami Masyarakat Papua  Minta Agar  Bapak Presiden Jokowi harus  mempertanggungjawabkan kepada seluruh rakyat Papua atas gagalnya Persipura tampil  di AFC.  Kami masyarakat  melihat dari beberapa sisi salah satunya adalah Martabat dan Harga diri Papua. Demikian Juga Ditengah upaya memperbaiki kehidupan kebangsaan dan Bernegara dengan berpatut pada UUD 1945 serta Hak Asasi Manusia  yang diakui  dimata Dunia. Maka  kami masyarakat Pribumi Papua meminta kepada Bapak Presiden dan Menpora tuntuk  melakukan langkah yang sangat  baik agar negara ini tidak ada hal-hal yang melukai hati masyarakat  dan untuk  membangun kebersamaan dalam Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam  Garuda Pancasila   sebagai Lambang Negara Republik Indonesia.

Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika   yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita. Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Maka kami Masyarakat Papua Sangat-Sangat Kecewa pecinta sepakbola tanah air ini maka kapan dan dimana sekian tahun kalo seperti ini maka   kita kehausan gelar juara tibalah saatnya bagi kita untuk meraih momentum tersebut tetapi sayangnta ruang kita sangat kecil.   Berbeda-beda tetapi tetap satu. 

Selasa, 12 Mei 2015

BENARKAH AP IWOL ITU JEMBATAN ATAU JALAN MENUJU TUHAN?

Konsisten di dalam Tuhan  merupakan hal   yang  tidak mudah   jika kita bertindak  dan berpikir  dengan disiplin  kita sendiri. Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia  di dunia ini akan berujung kepada kebinasaan. Itulah sebabnya, Tuhan memperingatkan kita agar tidak         terlalu menghabiskan waktu dan energi untuk membicarakan hal-hal yang bersifat berhala.  Mengapa demikian ?  Sebab berhala merupakan suatu tindakan manusia yang kontroversial terhadap Tuhan, tindakan yang bias merusak potensi iman dan pengharapan kepada Tuhan.  Berhala yang dimaksud adalah kita menganggap suatu hal atau barang  lebih utama, lebih penting daripada Tuhan; contoh  pacar lebih penting daripada Tuhan.
Saat ini kebanyakan orang tidak memahami dan menyadari banyak kehancuran dimana-mana akibat bertindak dan berpikir dengan cara pikir, intelektualitas manusia itu sendiri. Bukan lagi melihat kehendak Tuhan . Akibat atau konsekuensi daripada terlalu mengandalkan dengan kapasitas intelektual manusia itu sendiri adalah kompromi dengan dosa dan menghukum diri sendiri, egois, suka menceritakan kelemahan orang lain, jadi tukang malas dan apatis. Kita tidak bisa membantah perkataan Tuhan sendiri bahwa pikiran dan intelektualitas manusia tidak pernah melampaui kehendak dan kemuliaan Tuhan. Kita tiap hari ke gereja dan mengaku kita percaya Tuhan, kita katakan Tuhan adalah Bapa, tetapi hidup kita tidak pernah berubah. Seorang anak pasti mengikuti dan melakukan apa yang disuruh dan diingini bapanya, begitu pula seharusnya kita mesti patuh dan taat kepada Bapa kita yakni Tuhan yang bisa berbuat apa-apa, namun terkadang kita bertindak dan berpikir menurut pikiran kita sendiri dan mengikuti tuan yang tidak buat apa-apa.
Salah satu dosa yang paling mengerikan bagi kita adalah kita menganggap dan menjadikan sesuatu hal lebih penting, menjadi pusat hidup kita. Sebabsiapa pun yang mau ikut Tuhan mau tidak mau harus rela untuk melepaskan miliknya yang sangat berharga. Hal ini terbukti dengan perkataan Tuhan Yesus sendiri bahwa “ Baranga siapa mengasihi bapak atau ibunya, saudara laki-laki atau perempuan lebih daripa-Ku tidak layak bagiku–Matius 10: 37.
Manusia menilai dan menyelidiki hal-hal yang dangkal sedangkan Tuhan melihat hati manusia yang paling dalam, Penulis telah membaca berita yangdipublikasikan di web komapo edisi 16 Februari 2015 dalam pernyataan itu mengatakan bahwa “ Ap Iwol sebagai jalan menuju Atangki ( Tuhan ).Pernyataan ini sangat bertentangan dengan fakta dalam Firman Allah karena “ jalan atau jembatan satu-satunya menuju kepada Tuhan sang pencipta adalah melalui Yesus Kristus itu sendiri-Yohanes pasal 14 ayat 6” Kata Yesus kepadanya” Akulah jalan, kebenaran dan hidup . Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa( Tuhan ) kalau tidak melalui Aku ( Yesus ). Sudah jelas-jelas Tuhan Yesus sendiri tegaskan , namun manusia degil masih tidak percaya seperti orang Israel masih degil dan tidak percaya meskipun sudah jelas-jelas Tuhan membela laut Teberau, menurunkan manna dan burung puyuh, bahkan Tuhan sangat jelas kelihatan di depan mereka dalam bentuk tiang api siang dan malam.
Siapa yang mampu dan berani menjalankan ke 10 Firman Allah yang disebut hukum taurat ? Tidak ada manusia di seluruh dunia ini yang bisa menggenapi hukum taurat itu. Itulah sebabnya Tuhan Yesus katakan “ Aku ( Yesus) datang untuk menggenapi hukum taurat itu, bukan menyingkirkannya “. ( Baca di Matius 5: 17) biar tidak tipu sana-sini. Kuncinya adalah sekarang bertobat dan menerima Kristus dalam hidup kita agar Yesus itu yang memimpin hidup kita, kalau tidak hidup kita makin terseok-seok. Apalagi angka HIV /AIDS di Papua tinggi. Apa yang salah dengan semua ini ? Padahal dunia mengakui bahwa Papua adalah mayoritas orang Kristen. Seharusnya dimana ada orang Kristen ada disitu pasti ada mujzat, ada pemuliahan, ada damai sejahtera dan teguran-teguran. Sungguh tragis kalau kita terlalu mengandalkan budaya dan adat kita sendiri maka suatu hari pasti kita terpleset karena kita membangun fondasi yang tidak kuat dan kokoh.
Mengomentari pernyataan mengenai Ap Iwol sebagai jalan menuju Atangki ( Tuhan ) merupakan pernyataan yang keliru dan tentu kita pasti memahaminya. Penulis sangat antusias menanggapi pernyataan ini karena hal ini memotivasi saya untuk melihat fakta kebenaran yang terjadi di tanah Lim–Apom. Dengan iman, penulis tidak sependapat dengan pernyataan tersebut karena Keyakinan bahwa hanya melalui Yesus Kristus sajalah kita menuju kepada Atangki ( Tuhan), meskipun kita menjadi jenius, pintar dalam segala hal. Penulis tidak mengatakan pelestarian akan Ap Iwol adalah suatu hal yang tabu atau tak bermanfaat, namun saat ini kebanyakan dari kita yang sudah melewati proses inisiasi masih saja hidup dibawah pengaruh alkohol alias mabuk minuman keras, main perempuan sembarangan, terjerumus dalam perselingkuhan, ciptakan politik balas dendam dan, haus akan jabatan, dan masih banyak kasus yang saya yakin bahwa itu masih saja terjadi.
Pertanyaannya adalah apakah buah atau kualitas dari AP iwol itu seperti itu ? penulis yakin bahwa hal–hal itu masih berkembang dalam diri kita, seharusnya kita sadar dan segera bertobat, kalau tidak kita sendiri akan menghancurkan segala potensi yang Tuhan percayakan untuk dipelihara di negeri Lim Apom. Kita akan menjadi orang yang suka mengeluh dan menyalahkan orang lain bahkan mengkambinghitamkan satu sama lain, padahal kita tidak menyadari kesalahan dan kehancuran akibat ulah kita sendiri.
Beberapa tahun terakhir gereja dan Ap Iwol dijadikan bahkan dimanfaatkan sebagai organisasi atau media untuk mengurus kepentingan adu –domba politik, transaksi bisnis, urus mas kawin, dan mencari suara partai politik. Bukankah lembaga-lembaga seperti itu adalah tempat dimana mengajarkan dan menegur manusia Lim Apom untuk tidak hidup sembarangan, tempat memuridkan manusia untuk menjadi manusia unggul?
Penulis percaya, Tuhan Yesus tidak pernah suruh, ayo bangun gereja mewah–mewah , justru secara otomatis dia bangun jemaat. “ Di atas batu ini Aku ( Tuhan ) akan membangun jemaat dan alam maut tidak akan menguasainya-Baca Matius 16:18. Jadi Gereja bicara aturan jadi perlu sadar bahwa justru gereja dan orang-orang yang ada dalam gereja membuat orang tidak bisa mengenal Tuhan. AP Iwol juga bisa membuat orang menjadi butah akan pengenalan akan Tuhan dan hatinya semakin jauh dari Kehendak Tuhan. Ini yang perlu mewaspadai jika Ap Iwol tidak mampu memproduksikan manusia yang suka kompromi dan toleranis dengan dosa dan kedegilan.
Keta perlu belajar dari Amsal, salah seorang yang paling bijak pada zaman dahaulu mengatakan “ ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut. Penulis sangat percaya bahwa orang yang berpikir dan melakukan tindakan berdasarkan cara pikir Tuhan adalah orang yang luar biasa. Orang itu sama halnya mencari hidup yang sejati. Ingat bahwa Bapa segala orang beriman–Abraham dibenarkan karena iman bukan menjadi orang benar. Saya percaya siapaun yang mau mendengar Tuhan bicara, hidupnya pasti berubah. Tuhan Yesus terlalu baik dan sangat menincanti kita. Amin

Friday, 08 May 2015 15:07
ditulis oleh : Oleh: Bryan Sevianus Urwan


Sabtu, 25 April 2015

KRITERIA ATAU CIRI-CIRI PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN YANG BAIK DALAM ORGANISASI


A.     Ciri-ciri Pemimpin dan Kepemimpinan  Yang Baik 
Sebagai seorang pemimpin yang mengingikan kemajuan bagi anggota dan organisasi yang dipimpinnya, hendaknya seorang pemimpin harus memiliki :

  1. Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
  2. Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dalam memajukan organisasi.
  3. Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
  4. Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
  5. Daya ingat yang kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
  6. Kapasitas integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
  7. Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
  8. Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
  9. Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
  10. Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya.  Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
  11. Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
  12. Kemampuan Menentukan Prioritas, dengan membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
  13. Naluri yang Tepat, kemampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
  14. Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, ketertarikan satu sama lain.
  15. Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
  16. Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
  17. Menjadi Pendengar yang Baik, tidak terlalu cepat memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain.
  18. Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisional, temporal dan spatial.
  19. Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
  20. Ketegasan, keberanian, orientasi masa depan serta sikap yang antisipatif dan proaktif

GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI YANG BAIK


Jika anda melihat gaya kepemimpinan dalam organisasi modern saat ini, anda akan menemukan berbagai jenis gaya kepemimpinan, untuk mencapai target mereka. Kita juga melihat orang-orang dari berbagai negara, budaya, latar belakang pendidikan, keterampilan, bekerja di tim yang sama, bersama-sama untuk memenuhi target tim. Itulah mengapa para pemimpin saat ini, bergantung pada berbagai jenis keterampilan kepemimpinan serta gaya untuk mendapatkan yang terbaik dari bawahan mereka. Di bawah ini adalah jenis yang paling umum pada kepemimpinan dalam organisasi di dunia modern.
A.   Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi
1.     Kepemimpinan Otokratis
Dalam gaya otokratis, pengambilan keputusan adalah hak prerogatif dari pemimpin. Semuanya langsung dilakukan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri, tanpa masukan dari siapa pun.
2.     Kepemimpinan Birokrasi
Ini adalah gaya kepemimpinan dalam organisasi yang diperlukan perusahaan, tepatnya mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Ini adalah tugas pemimpin untuk memastikan bahwa semua aturan dipatuhi oleh karyawan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi ini efektif jika karyawan melakukan tugas-tugas rutin sehari-hari. Namun, tidak ada ruang untuk kreativitas atau pemecahan masalah yang inovatif dalam gaya kepemimpinan birokrasi.
3.     Kepemimpinan Partisipatif
Gaya partisipatif mengarah ke pengembangan kepercayaan dan loyalitas para bawahan kepada pemimpin, karena pemimpin membawa mereka ke dalam pertimbangan penuh, menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dan mengambil masukan mereka, sebelum tiba pada suatu keputusan. Gaya partisipatif bekerja dengan sangat baik dimana pemimpin baru saja bergabung dalam organisasi.


4.         Kepemimpinan Laissez-faire
Ini adalah gaya otokratis. Dalam hal ini, para bawahan diberikan kebebasan mutlak oleh pemimpin untuk menentukan tujuan mereka sendiri dan cara-cara untuk mencapainya. Gaya ini sedikit didasarkan pada prinsip interferensi. Hal ini dapat menjadi sukses besar jika bawahan berpengalaman dan terampil, namun bisa menjadi bumerang jika mereka tidak dapat dipercaya.
5.         Kepemimpinan Transaksional 
Kepemimpinan ini bekerja pada prinsip bahwa ketika bawahan menandatangani kontrak untuk berpartisipasi dalam proyek tertentu, mereka mengikuti semua keputusan pemimpin mereka sebagai otoritas tertinggi. Jika kinerja bawahan baik, mereka akan dihargai dan jika kinerja mereka di bawah standar yang diharapkan, mereka akan terkena sanksi sesuai kontrak tertulis.
6.         Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin menjual visinya kepada bawahannya, dengan cara yang paling menarik. dalam Kepemimpinan dalam organisasi yang bersifat transformasional memotivasi bawahannya dalam bekerja untuk tugas yang diberikan dengan antusiasme yang besar. Pemimpin benar-benar peduli untuk kesejahteraan anak buahnya dan ingin mereka untuk mempelajari hal-hal yang baru dan sesuai visinya.
7.         Kepemimpinan Melayani
Pemimpin bertindak sebagai seseorang yang membantu orang lain untuk tumbuh. Dengan bertindak sebagai pemimpin yang melayani, pemimpin memberikan bawahan kebebasan untuk tumbuh, memelihara semangat mereka dan juga komitmen secara keseluruhan.
8.         Kepemimpinan Karismatik
Seorang pemimpin kharismatik, dengan menggunakan pesona dan kemampuannya untuk membuat orang lain merasa penting, menggunakan kata-kata cerdas untuk mengatasi masalah, dan mampu mengumpulkan banyak pengagum. Orang-orang tertarik ke arahnya dan dengan demikian ingin bekerja untuknya.
9.         Kepemimpinan Situasional
Hal ini diadopsi oleh seorang pemimpin sesuai dengan situasi yang berlaku. Beberapa faktor penentu seperti jenis kerjasama yang ada antara anggota tim dan berbagai sumber daya yang tersedia, dll.
10.      Kepemimpinan Tenang
Ini adalah kebalikan dari gaya kepemimpinan karismatik. Dalam hal ini, pemimpin memotivasi timnya melalui tindakannya, bukan kata-kata.
Untuk dapat disebut sebagai pemimpin yang sukses, seorang pemimpin haruslah tahu, manakah gaya kepemimpinan dalam organisasi yang harus diikuti dalam situasi tertentu, untuk menyelesaikan suatu hal dalam organisasi.

 
FOTO WISUDA BAPAK MELKIOR N. SITOKDANA
DI UGM PASKA SARJANA S2

KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DALAM ORGANISASI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF




Agus uropka
Seorang yang merasa diri mempunyai tanggungjawab memimpin suatu kelompok orang atau organisasi, akan berusaha agar kepemimpinannya efektif. Demikian juga setiap anggota kelompok atau organisasi, tentu menginginkan agar pemimpinnya dapat menjalankan kepemimpinannya secara efektif. Apa yang dimaksud kepemimpinan yang efektif? Faktor-faktor apa yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin agar kepemimpinannya efektif? Tulisan ini akan menguraikan kepemimpinan yang efektif dalam konteks organisasi pada umumnya.
A.      Pengertian Kepemimpinan
Dari beberapa sumber kepemimpinan didefinisikan berbeda-beda. Misalnya Chung dan Megginson (1981, 280) mengatakan bahwa :
1.      Kepemimpinan adalah suatu alat manajemen. Para manajer melakukan kepemimpinan untuk mempengaruhi para pegawai guna mencapai tujuan-tujuan organisasi.
2.      Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain dengan maksud mencapai tujuan-tujuan tertentu.
3.      Kepemimpinan adalah suatu fenomena sosial yang komplek yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor personal, interpersonal, dan organisasional yang meliputi sifat-sifat personal pemimpin, perilaku pemimpin, dan faktor-faktor situasional.
Black (dalam Irawati, 2004) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan melakukan persuasi orang-orang lain untuk bekerjasama di bawah arahannya sebagai suatu tim untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu yang dirancang.
Ada beberapa istilah atau konsep yang perlu digaris-bawahi dari definisi tersebut. Pertama, kepemimpinan sebagai alat manajemen. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan dipandang sebagai alat yang digunakan oleh para manajer, pemimpin, kepala, ketua, direktur, dan apapun sebutannya bagi pejabat yang bertanggungjawab mengelola suatu unit kerja atau satuan organisasi. Alat untuk apa?.
 Dalam hal ini kepemimpinan dimengerti sebagai alat untuk mempengaruhi orang-orang lain atau pegawai.
Kedua, kepemimpinan sebagai kemampuan yang dimiliki manajer dan pejabat lain sejenis itu. Kemampuan apa? Yaitu kemampuan melakukan persuasi atau pendekatan pada orang-orang lain. Dikaitkan dengan “mempengaruhi”, kiranya persuasi yang dilakukan itu juga dalam rangka untuk “mempengaruhi” orang-orang lain/pegawai.
  Ketiga, kepemimpinan sebagai kegiatan, pekerjaan, proses yang dilakukan oleh manajer dan pejabat lain yang sejenisnya. Kegiatan, pekerjaan, atau proses apa? Dari definisi tersebut di atas dapat dikatakan secara jelas bahwa kegiatan, pekerjaan, atau proses itu adalah proses mempengaruhi orang-orang lain atau kegiatan melakukan persuasi orang-orang lain.
Berkenaan dengan kegiatan kepemimpinan yang intinya adalah proses mempengaruhi atau melakukan persuasi orang-orang lain tersebut, pada tabel di bawah disebutkan banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh manajer atau pemimpin dalam rangka memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain (Fleet, 1994), dalam rangka menjamin terciptanya keefektifan/efektivitas organisasi (Hall dan Quinn, 1991).
Dari definisi kepemimpinan di atas juga jelas dinyatakan tujuan kepemimpinan, yang intinya adalah untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jadi kepemimpinan adalah alat, kemampuan, kegiatan  melakukan persuasi dan mempengaruhi orang-orang lain (pegawai) yang dimaksudkan agar mereka melakukan pekerjaan, tugas-tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
B. Model-Model Keefektifan Organisasi dam Implikasinya bagi Pemimpin
Hall dan Quinn (1991) menyebutkan lima model keefektifan organisasi yaitu : model sistem sumber daya, model tujuan, model kepuasan partisipan, model fungsi sosial, dan model kontradiksi.
1.                  Menurut model sistem sumber daya, keefektifan organisasi adalah kemampuan untuk mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi organisasi (dari Seashore dan Yuchtman, 1967). Pemimpin organisasi mempunyai tanggungjawab mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi organisasinya. Pemimpin yang efektif seharusnya bisa menunjukkan kemampuannya untuk itu.
2.                  Menurut model tujuan, terdapat dua model tujuan yaitu model sederhana dan komplek. Model sederhana mendefinisikan keefektifan sebagai tingkat kemampuan organisasi merealisasikan tujuannya (Etzioni, 1964). Sedangkan model komplek terjadi bilamana organisasi memiliki tujuan yang banyak, beragam, dan berbeda-beda, bahkan bertentangan. Pemimpin yang efektif, dapat mencapai tujuan organisasi betapapun kompleknya tujuan. Pemimpin juga dapat menunjukkan kemampuannya untuk membuat yang komplek menjadi sederhana, dan menentukan tujuan-tujuan yang bebas konflik.
3.                  Menurut model kepuasan partisipan, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu mengatur dan mengusahakan sumber daya organisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan anggotanya.
4.                  Menurut model fungsi sosial, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat melakukan sesuatu atau lebih hal bagi masyarakat. Tarcot Parsons yang melihat organisasi sebagai sistem menyatakan bahwa semua sistem sosial harus memecahkan empat masalah dasar yaitu : adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi.

a.       Organisasi bertanggungjawab melakukan adaptasi yaitu mengakomodasi tuntutan lingkungan masyarakat dan alam pada organisasi.
b.      Organisasi harus berusaha menentukan tujuan, membatasi tujuan, dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya.
c.       Organisasi harus melakukan integrasi yaitu menetapkan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, dan menyatukan hubungan-hubungan di antara anggota organisasi sebagai satu entitas.
d.      Organisasi harus memperhatikan, memelihara hal latensi atau keberlanjutan pola-pola kultural dan motivasi sistem organisasi.
e.       Dari kacamata model fungsi sosial ini, pemimpin yang efektif mampu melakukan tanggungjawab sosial dengan memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan keempat masalah dasar tersebut.
5.                  Menurut model kontradiksi yang dikemukakan oleh John Rohrbaugh, organisasi memiliki atau menghadapi lingkungan, tujuan, anggota dan pilihan waktu yang bersifat plural dan mengandung potensi konflik. Pemimpin yang efektif mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi organisasi yang memiliki unsur-unsur yang plural dan tidak bebas konflik itu. Pluralitas di dalam organisasi harus dilihat sebagai kekayaan, keindahan, dan oleh karena itu setiap unsur yang ada di dalam organisasi harus dijaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi. Setiap perbedaan dan konflik sangat mungkin terjadi, tetapi pemimpin yang efektif harus mampu mengelola perbedaan, jangan sampai menjadi sumber konflik yang menghancurkan organisasi.
C. Pengertian  Kepemimpinan yang Efektif
Melihat kelima model keefektifan organisasi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin harus melakukan satu atau lebih hal, kegiatan untuk menjaga dan mencapai predikat pemimpin dan organisasi yang “efektif”

Berdasarkan kelima model tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemimpin dan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri :
a.       Mampu mengeksploitasi dan menggunakan sumberdaya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi organisasi.
b.      Mampu mencapai/merealisasikan tujuan organisasi yang mungkin banyak, beragam, berbeda-beda dan bahkan bertentangan.
c.       Mampu memenuhi kebutuhan individu atau kelompok.
d.      Mampu melakukan penyesuaian tuntutan lingkungan
e.       Mampu merumuskan tujuan dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya
f.       Mampu melakukan integrasi (mengorganisir, mengkoordinir, menyatukan) anggota-anggota yang saling berhubungan
g.      Mampu memelihara dan menjaga keberlanjutan pola kultural dan motivasi organisasi
h.      Mampu menghadapi lingkungan, tujuan, anggota, pilihan waktu yang bersifat plural dan berpotensi konflik.
Harmon dan Mayer (1986, 40) mengatakan bahwa dalam konteks organisasi, keefektifan (efektivitas, effectiveness) mempunyai focus pada dua hal, yaitu mendapatkan suatu pekerjaan yang  dilakukan, dan pelaksanaan pekerjaan tersebut mempunyai dampak yang sesuai bagi sasaran dan tujuan organisasi. Mendasarkan pada pengertian ini, maka dapat dikatakan bahwa keefektifan kepemimpinan mempunyai dua aspek yang tidak dapat dipisahkan yaitu pelaksanaan pekerjaan dan dampaknya pada sasaran atau tujuan organisasi.

Pemimpin suatu organisasi mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dan mencapai sasaran atau tujuan organisasional. Kepemimpinan yang efektif berkenaan dengan pelaksanaan tugas kepemimpinan dan dampaknya pada sasaran atau tujuan organisasional. Kepemimpinan yang efektif berarti pemimpin menunjukkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan sehingga orang-orang (pengikutnya) mau melaksanakan pekerjaan  yang mempunyai dampak baik pada sasaran dan tujuan organisasi.

Apa saja pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilakukan seorang pemimpin? Dan apa dampaknya? Fleet (1994)  mendaftar 25 langkah  tindakan yang memungkinkan setiap pemimpin memenangkan persaingan dan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan dan pergaulan, termasuk memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain, sebagai dampak dari tindakan. 25 langkah tindakan dan dampak yang dimaksud dapat dilihat dan dicermati pada tabel.
Tabel
Tindakan dan Dampak Kepemimpinan
Untuk Mengukur Keefektifan Kepemimpinan
NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
1.
Menemukan motivator rahasia yang menggerakkan orang lain : kebutuhan, harapan, keinginan.
Mendapat kekuasaan dan penguasaan mutlak atas orang lain; menghemat banyak waktu, tenaga, dan uang; bisa mempengaruhi, mengendalikan dan mendapat kekuasaan penuh dan penguasaan mutlak atas setiap orang; menjadi orang dengan kepribadian yang menarik dan kuat.
2.
Membuat orang menaruh perhatian dengan cara mengetahui dengan tepat siapa orang-orang yang ada di sekeliling, menemukan apa yang diinginkannya di atas segala-galanya, dan menetapkan secara tepat bagaimana bisa membantunya mendapatkan apa yang diinginkan.
Anda tidak mendapat kesulitan sama sekali dalam membujuk orang lain menerima gagasan, usul, dan pandangan Anda, produk atau jasa Anda; Anda dipandang memiliki kepribadian yang menarik, positif, dan menyenangkan sehingga keyakinan dan kemampuan Anda sendiri juga meningkat; Anda bisa membuat orang lain berpikir dan bertindak yang menyenangkan terhadap diri Anda; anda akan mendapatkan kekuasaan dan penguasaan atas orang lain sehingga mereka selalu melakukan apa yang Anda inginkan.
3.
Miliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu dan keyakinan pada diri sendiri (Jadilah orang profesional)
Orang lain akan mempercayai Anda, mengikuti bimbingan Anda, Anda bisa membuat segala hal selesai dilakukan, Anda dikenal sebagai orang yang bisa melakukan sesuatu (bisa bekerja)

  NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
4.
Memberikan perintah yang jelas dan lugas, yang akan mudah dipahami; mengetahui standar pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya; menggunakan pujian, pengakuan akan upaya orang-orang, dan meyakinkan akan nilainya; menerangkan bahwa pekerjaan dipandang penting; membuat orang merasakan tenteram dan aman atau tidak takut kehilangan pekerjaan.
Orang akan cepat menanggapi perintah. Orang akan bekerja lebih baik. Menyingkirkan pemborosan, kebingung-an, dan usaha sia-sia.
5.
Menerapkan manajemen partisipatif atau peran serta : meminta gagasan kepada orang lain dan cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan.
Membuat orang merasa dirinya penting, berharga, bangga, sehingga merasa lebih kuat dan lebih produktif, lebih kreatif. 
6.
Menggunakan teknik penyangga : mau menerima tanggungjawab untuk kesalahan bawahan (bertindak selaku penyangga mereka).
Bawahan mendukung sepenuhnya, melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu.
7.
Membuat rencana yang mantap, cermat, dan rasional.
Orang/organisasi donor memberikan bantuan, meloloskan proposal bantuan.
8.
Menguasai seni berbicara dan menulis (berbahasa)
Menguasai orang lain, sehingga mereka akan melakukan keinginan Anda, mendengarkan perintah Anda, menghormati Anda
9.
Mengembangkan kemampuan kontrol “sinar kekuasaan”/batin : mengenali masalah dengan tepat, membuat perkiraan situasi, dan ambil tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Mengatasi situasi yang buruk sekalipun, mengembangkan sikap dan pembawaan yang positif dan berwibawa
Orang mematuhi perintah Anda, mau membantu. Anda akan dicari, dijadikan pemimpin, penanggungjawab, pengambil keputusan.
10.
Membentuk pasukan, karyawan, pelanggan yang loyal dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Pasukan, karyawan dan pelanggan menjadi loyal, hormat, percaya, yakin, sukarela, bekerjasama, mendukung Anda.

NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
11.
Menghadapi perlawanan dan mengatasi penentangan  dengan cara memberi keterangan dan menawarkan kepada karyawan, pelanggan, dan pasukan tentang pentingnya pekerjaan dan keuntungan konkrit tertentu yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Orang akan melakukan yang Anda inginkan, mengikuti perintah Anda.
12.
Menulis surat/memo yang sempurna : gagasan, keinginan, dan tujuan ditulis secara jelas, menggunakan kata-kata yang diketahui maksudnya, logis, obyektif
Orang melakukan kehendak/tujuan Anda.
13.
Mengetahui sasaran/tujuan/keinginan, berusaha dengan mengerahkan segala-galanya yang Anda miliki, belajar untuk rukun, menolak kelancangan orang tanpa menghancurkan dirinya dan diri Anda, belajar mewakilkan  atau membagi tanggungjawab kepada bawahan.
Anda menjadi penguasa, dipercaya melakukan hal-hal yang lebih besar, dan keinginan Anda dituruti.
14.
Mengubah musuh menjadi teman setia dengan cara tidak melakukan pergunjingan dan fitnah, tidak mengkritik atau mengatakan kesalahan orang lain, dan tidak mengejek orang lain.
Anda mendapat banyak sahabat, mampu mengontrol orang lain, dikagumi, dihormati, berkembang kemampuan seni hubungan antar manusia
15.
Mengambil inisiatif untuk memimpin dan mengontrol.
Meminta nasihat, pandangan, bantuan orang lain.
Mengenal nama, pekerjaan, dan hobi orang lain.
Mengontrol sikap dan emosi diri.
Anda bisa mengontrol orang lain.

Anda mendapatkan pelayanan istimewa, orang lain akan membantu Anda.
 Bisa menjalin persahabatan.

Orang lain juga akan mengontrol sikap dan emosinya terhadap Anda.
16.
Melakukan sesuatu terlebih dahulu. Memberi sesuatu terlebih dahulu.


Selalu  memilih  bersikap yang menyenangkan, percakapan yang penuh kegembiraan.
Orang akan minta pengarahan, petunjuk, dan akan melakukan sesuatu tanpa membantah. Anda akan menjadi tuan, penguasa, mendapatkan cinta, penghormatan. Tercipta suasana damai, menyenangkan, bahagia, kerjasama, saling menolong, suka  cita.

NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
17.
Memadamkan kemarahan orang lain dengan cara mau mendengarkan ceritanya dari awal sampai akhir tanpa menyela sama sekali; sabar dan tidak melawan; menemukan fakta permasalahan dan memperbaiki atau memulihkannya; membuat orang merasa penting dan menaruh perhatian padanya; meminta maaf.
Mengubah orang lain menjadi teman, sahabat, ramah, mau kerjasama, cinta, meningkatkan hubungan kerja.
18.
Menguasai seni hidup untuk maju : menunjukkan sebagai individu yang menguasai pengetahuan  dan cakap bekerja, mengetahui cara kerja organisasi luar dalam, menjadi sumber informasi dan pengetahuan, selalu tinggal di kantor lebih lama, berpenampilan sebagai eksekutif, bersikap dan bertindak profesional seperti tidak membesarkan persoalan kecil, menyatakan rasa keberatan dengan tenang dan sopan, mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan diri, bersikap antusias terhadap pekerjaan, tidak takut mengambil risiko yang masuk akal, tidak menghindari tanggungjawab.
Menghasilkan uang, kekuasaan, prestise, penghargaan, pengakuan, sukses.
19.
Membaca peta kekuasaan organisasi yang kelihatan dan tidak kelihatan; menonjolkan kekuasaan pribadi, menonjolkan isyarat kekuasaan (karisma, daya tarik) tanpa suara, menguasai dan mengontrol orang yang benar-benar memiliki kekuasaan.
Mencapai puncak kekuasaan, mendapat kekuasaan besar atas orang lain, mencapai sukses
20.
Membantu orang lain memecahkan masalahnya
Mengubah seseorang yang punya masalah menjadi pekerja yang puas, ramah, dan Anda dapat menguasai dan mengontrol mereka.
21.
Melakukan pengorganisasian, departe-menisasi, dan pendelegasian wewe-nang.
Anda bisa menguasai dan mengontrol banyak orang hanya melalui beberapa orang, menghemat tenaga, waktu
22.
Mengubah cara berpikir orang (cuci otak)
Orang mau melakukan apa yang Anda inginkan.

NO.
TINDAKAN PEMIMPIN
DAMPAK
23.
Membuat orang lain membuka rahasia suksesnya. Belajar menjadi sukses dari orang lain yang terlebih dulu sukses.
Meningkatkan keberhasilan, keefektifan.
24.
Aktif dalam organisasi. Aktif dalam lingkaran kekuasaan.
Mendapatkan kekuasaan dan imbalan.
25.
Datang awal, mau kontak/beramah tamah dengan elite kekuasaan, mengajak orang lain pesta.
Menjadi pusat perhatian. Mencapai kekuasaan, pengaruh, dan kontrol atas orang lain.

Sumber : Diolah dari James K. Van Fleet, 1994
D. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Keefektifan Kepemimpinan
Berdasarkan pandangan Chung dan Megginson(1981, 282), dapat dikatakan bahwa keefekifan kepemimpinan tergantung pada faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor situasional. Dan faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor situasional ini terkait dengan perilaku pemimpin dan faktor situasional. Sedangkan perilaku pemimpin berhubungan dengan/dipengaruhi oleh sifat-sifat personal pemimpin.
Hubungan berbagai faktor tersebut disebut sebagai model proses kepemimpinan yang integral (An Integrated Leadership Process Model).
Gambar
Model Proses Kepemimpinan Integral
Chung dan Megginson, 1981, 282

Sifat-Sifat Personal
Perilaku/Gaya Pemimpin
Kesesuaian Perilaku/Gaya Pemimpin
Keefektifan Kepemimpinan
Faktor-Faktor Situasional

1.        Faktor Kesesuaian Perilaku/Gaya Pemimpin
Perilaku berarti cara menjalankan atau berbuat. Dalam kepemimpinan, perilaku berarti cara pemimpin bertindak mempengaruhi para pengikutnya. Pola perilaku adalah model, cara pimpinan bertindak mempengaruhi para bawahan, yang dimaksudkan untuk mencapai kepemimpinan yang efektif.
Di dalam usaha mempengaruhi bawahannya, pimpinan perlu menggunakan pola perilaku tertentu yang dipandang sesuai dan dapat diterima oleh para bawahannya. Sesuai berarti cocok dengan situasi yang dihadapi, sehingga perilaku atau tindakannya itu kena benar pada sasaran  yang dimaksudkan yaitu efektifnya kepemimpinan. Jadi dalam usaha mempengaruhi bawahannya, pimpinan perlu memperhatikan situasi yang dihadapi untuk menentukan pola perilaku di dalam menjalankan kepemimpinannya, agar kepemimpinannya bisa efektif.
Pimpinan akan berhasil dalam kepemimpinannya jika ia mampu berperilaku secara pantas, sesuai kondisi situasi yang dihadapi. Misalnya apabila petunjuk dibutuhkan, pimpinan dapat memberi petunjuk. Jika kebebasan partisipasi dipandang perlu pimpinan dapat memberi kebebasan (Hunneryager & Heckman, 1967, 301).
Perilaku yang sesuai dengan kekuatan atau faktor situasional akan mendatangkan keefektifan kepemimpinan. Seperti dikatakan oleh Reddin (1970, 135) bahwa hasil keefektifan manajerial berasal dari suatu kesesuaian gaya dan situasi. Jadi perilaku pimpinan akan mendatangkan keefektifan kepemimpinan apabila perilaku yang digunakan dalam menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan faktor situasional. Berkaitan dengan pola perilaku partisipatif misalnya pimpinan berperilaku partisipatif secara efektif apabila situasi bawahan berpengalaman dan paham mengenai pekerjaan, tugas, dan fungsinya; kelompok menunjukkan saling bergantung, saling menerima, dan mempunyai keterkaitan tugas dan fungsi; pekerjaan, tugas, dan fungsi organisasi sedemikian besar dan bervariasi sehingga butuh pendelegasian demi kesuksesannya; dan waktu untuk menyelesaikan atau melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan dengan tugas organisasi longgar sehingga pimpinan sendiri lebih  dapat bersikap fleksibel untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan.
Pimpinan dalam berperilaku perlu mempunyai kemampuan, kecakapan membaca situasi yaitu kemampuan untuk melihat baik-buruk situasi, yang kemudian digunakan untuk memilih atau menentukan pola perilaku yang sesuai/cocok dengan situasi agar terjadi kepemimpinan yang efektif.
Dalam kaitannya dengan tanggungjawab pimpinan dalam tugas kepemimpinannya dapat dikatakan bahwa pimpinan yang fleksibel dan tanggap terhadap tuntutan situasi, akan lebih mampu menentukan perilaku, cara bertindak yang sesuai dengan  situasi untuk mempengaruhi bawahannya, sehingga mencapai kepemimpinan yang efektif.
2.        Perilaku/Gaya Pemimpin
Terdapat beberapa pola perilaku pemimpin : perilaku pemimpin direktif, perilaku pemimpin dukungan, perilaku pemimpin partisipatif, dan perilaku pemimpin berorientasi penyelesaian tugas (Chung dan Megginson, 1981, 296-299). Setiap pola perilaku cocok dan efektif hanya dalam situasi tertentu.
Perilaku pemimpin direktif mempunyai ciri-ciri utama yaitu bahwa pemimpin menunjukkan susunan tugas pekerjaan para bawahan dan membimbing mereka untuk mencapai sasaran. Perilaku ini menunjukkan dominasi tindakan campur tangan pemimpin yang ketat terhadap pekerjaan dan pelaksanaan kerja bawahan, sehingga inisiatif para bawahan sendiri terkekang, atau kurang. Perilaku bawahan telah diarahkan sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan atau batasan-batasan tanggungjawab yang jelas. Perilaku pemimpin direktif akan efektif pada situasi seperti bawahan tidak kompeten, dan tugas dalam situasi tidak terstruktur (tidak teratur).
Perilaku pemimpin dukungan dapat dilihat dari tindakan pemimpin yang mengutamakan keterbukaan dan menggunakan  cara-cara pendekatan yang halus kepada para bawahan dengan tujuan untuk memelihara suasana yang mendukung pelaksanaan kegiatan mencapai tujuan organisasi. Pemimpin menunjukkan maksud kepentingan secara pribadi kepada bawahan, ramah, bersahabat, mudah didekati, memberi sarana konsultasi, memperjuangkan keharmonisan kelompok, menggunakan hadiah sebagai sarana menambah dukungan, dan mempergunakan hadiah yang positif lebih daripada sanksi yang negatif. Perilaku dukungan ini efektif dijalankan pada situasi misalnya para bawahan bersifat terbuka, bermotivasi hubungan interpersonal yang kuat.
Perilaku partisipatif ditunjukkan dari pemimpin yang membagikan tanggungjawab pelaksanaan pekerjaan dan pemeliharaan fungsi-fungsi kepada para anggota kelompok kerja. Pemimpin partisipatif mendistribusikan kekuasaan kepada bawahan di dalam proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Jadi pemimpin partisipatif memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi di dalam proses pencapaian tujuan kelompok/organisasi. Perilaku partisipatif dapat efektif dalam situasi bawahan menunjukkan kompetensi, dan berpendidikan (literer).
Perilaku pemimpin berorientasi penyelesaian tugas menekankan rasa ikatan kelompok terhadap tujuan atau sasaran tugas organisasi, mengharapkan bawahan melaksanakan pekerjaan secara maksimal, dan menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan bawahan untuk memikul tanggungjawab pelaksanaan tugas. Perilaku berorientasi penyelesaian tugas cocok dan efektif dilakukan pada situasi pekerjaan yang terstruktur/teratur, jelas, dan didukung sarana prasarana, sistem dan prosedur kerja yang memadai.
3.        Faktor Situasional
Faktor situasional adalah kekuatan lingkungan yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Tannenbaum (dalam Huneryager & Heckman, 1967, 298-300) menyebutkan beberapa kekuatan lingkungan yang berada di sekitar pemimpin. Kekuatan-kekuatan itu berasal dari organisasi, kelompok kerja, masalah tugas, dan waktu.
Organisasi mempunyai nilai-nilai dan tradisi yang tidak dapat dielakkan mempengaruhi perilaku orang-orang yang bekerja di dalamnya. Nilai dan tradisi ini menunjukkan sesuatu yang diterima dan diberlakukan organisasi, yang dikomunikasikan melalui berbagai cara seperti pada deskripsi tugas, kebijaksanaan, peraturan, atau pernyataan-pernyataan. Kepada pimpinan misalnya diberlakukan nilai bahwa pimpinan yang diharapkan ialah seseorang yang dinamis, imajinatif, tegas dan pasti dalam mengambil keputusan, persuasif, kooperatif, atau mempunyai human relation skill. Dengan anggapan, bila harapan ini terpenuhi pimpinan dapat berperilaku atau bertindak tertentu seperti yang diinginkan sehingga dapat diterima, dan efektif kepemimpinannya. Pada bawahan misalnya dipersyaratkan mempunyai pengalaman tertentu, dan paham mengenai jabatan, pekerjaan yang bersangkutan dengan tugas dan fungsinya agar mampu melaksanakan tugas dan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan mampu melaksanakan kegiatan sesuai rencana, sehingga pimpinan pun dapat efektif berperilaku partisipatif, mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, dan menyerahkan pengendalian atau kemajuan, kelancaran tugas, fungsi, dan pelaksanaan pekerjaan.
Kelompok kerja sebagai unsur faktor situasi ikut menentukan perilaku pemimpin. Sebelum menyerahkan tanggungjawab pengambilan keputusan kepada bawahannya, pimpinan harus mempertimbangkan bagaimana anggota-anggota bawahan bekerjasama secara efektif sebagai suatu kelompok. Jika kelompok kerja efektif maka pimpinan efektif menjalankan perilaku partisipatif, misalnya. Sebab jika antar satuan kerja bawahan saling tergantung, saling menerima, dan ada keterkaitan tugas untuk terlaksananya pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, maka partisipasi atau keikutsertaan bawahan itu menentukan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi. Didalam situasi ini, pimpinan dapat efektif berperilaku partisipatif.

Masalah, tugas dan fungsi organisasi yang ada juga menentukan seberapa kewenangan untuk memecahkan atau melaksanakan tugas akan didelegasikan oleh pimpinan kepada bawahannya. Masalah, tugas, dan fungsi yang besar dan luas, atau terdiri bermacam-macam bidang menuntut pimpinan agar berperilaku atau bertindak partisipatif supaya pekerjaan dapat terlaksana dan dapat diselesaikan dengan sukses.
Waktu juga merupakan suatu faktor situasi yang menentukan perilaku pemimpin. Jika pimpinan butuh untuk mengambil keputusan atau tindakan yang bersifat segera, ia bisa tidak melibatkan orang-orang lain. Sebaliknya apabila waktu longgar, maka menjadi sangat mungkin bagi pimpinan untuk mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan/penyelesaian suatu tugas. Pimpinan dapat berperilaku fleksibel menurut kelonggaran waktu. Pimpinan dapat mengatur waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, tugas, fungsi, dan masalah organisasi.
4.        Sifat-Sifat Personal Pemimpin.
Sifat personal pemimpin adalah kualitas, ciri-ciri atau karakteristik yang secara kodrati dimiliki seorang pemimpin, yang mempengaruhi segenap pikiran, tindakan, ataupun perilakunya.  Sifat personal pemimpin dapat dilihat dari dimensi-dimensi sikap, motivasi, dan kepribadiannya.
Sikap merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan yang timbul dari seseorang atau dari situasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap pemimpin adalah cara bereaksi pemimpin terhadap rangsangan yang datang dari orang-orang lain yang dipimpin ataupun dari situasi lingkungan di mana pemimpin itu berkarya. Diharapkan pemimpin bersikap luwes, suka membantu, beremosi stabil, mempunyai kerelaan memberikan pengaruhnya pada orang-orang yang dipimpin, dan berinisiatif, kaya akan ide dan usaha untuk melaksanakan tugas, sehingga bawahan merasa puas, dan bergairah di dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas, kebesaran pribadi pemimpin terletak pada kedalaman watak manusiawi mereka : imajinasi, kehendak, ketabahan, keberanian, kecakapan, dan kemauan untuk bekerja dan berhubungan dengan orang-orang lainnya, termasuk untuk menanggung risiko kegagalan (bandingkan dengan Lowney, 2005, 84).
Fiedler, seperti dikutip Chung dan Megginson, mengatakan bahwa berkenaan dengan motivasinya, pemimpin dapat dibedakan menjadi dua : pemimpin bermotivasi hubungan(relation-motivated leader), dan pemimpin yang bermotivasi tugas (task-motivated leader). Bisa jadi pemimpin memiliki satu atau kedua motivasi tersebut sekaligus.
Pemimpin bermotivasi hubungan cenderung menaruh perhatian terhadap pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan cara menekankan pada pemeliharaan hubungan antar pribadi (interpersonal), karena harga dirinya sangat tergantung pada bagaimana orang lain berhubungan dengannya. Pemimpin ini sangat peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan perasaan bawahan. Bahkan apabila terdapat orang-orang yang tidak ingin bekerjasama dengan orang-orang tertentu, pemimpin masih menaruh respek dan perhatian terhadap mereka. Karena kepekaannya itu maka pemimpin bermotivasi hubungan menjadi efektif dalam menerapkan perilaku partisipatif.
Sedangkan pemimpin bermotivasi tugas, menaruh perhatian utamanya pada kemampuan pelaksanaan pekerjaan, sehingga harga dirinya diperoleh dari pencapaian tujuan yang dapat ditangani. Pemimpin menaruh tekanan sedemikian besar pada penyelesaian tugas, sehingga mereka cenderung untuk mengambil keputusan atau menilai orang-orang atas dasar apakah mereka itu dapat atau tidak dapat bekerjasama. Jika orang-orang itu dapat bekerja, pemimpin akan menganggapnya sebagai orang-orang yang baik. Apabila terdapat sesuatu tidak beres dibawah kontrolnya, pemimpin akan cepat tanggap dan menaruh perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan bawahan. Dan dalam situasi-situasi yang tidak mendukung, pemimpin bermotivasi tugas dapat menjadi pemimpin direktif. Pemimpin dapat efektif berperilaku penyelesaian tugas, di dalam situasi yang baik ini.
Tentang kepribadian, Rice (1965) mengatakan bahwa kepribadian seseorang terbentuk sejak lahir, merupakan warisan keturunan, dan dari pengalaman-pengalaman yang dilalui, terutama yang terjadi pada masa kanak-kanak dan masa muda yang sulit sekali diubah setelah ia menjadi dewasa. Kombinasi unsur-unsur keturunan seperti kejiwaan, dorongan, nafsu, naluri dan unsur-unsur yang berasal dari masyarakat seperti norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan membentuk keadaan kejiwaan yang biasa disebut kepribadian itu.

Uris mendefinisikan kepribadian sebagai corak seorang individu dengan suatu perasaan/emosi tertentu. Dalam studi kepemimpinan dibedakan tiga tipe atau corak kepribadian pemimpin yaitu kepribadian yang mengutamakan kekuasaan, kepribadian yang mengutamakan persamaan, dan kepribadian yang mengutamakan kebebasan. Bentuk-bentuk kepribadian itu memang diperlukan menurut konteks situasi tertentu yang ada di dalam organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus pandai-pandai memainkan corak perasaan atau emosi (kepribadian)-nya menurut situasi. Baik pemimpin maupun bawahan, kadang-kadang memerlukan ketegasan dari sumber kekuasaan. Dan pada dasarnya ingin dihargai sama sebagai sesama. Tetapi juga mendambakan keleluasaan gerak sehingga tidak terkekang untuk mengembangkan diri dan inisiatifnya, di samping untuk menyumbangkan kemampuan bagi kemajuan kelompok di dalam melaksanakan tugas.
Hubungan sifat personal pemimpin dengan perilaku pemimpin dapat dikatakan sebagai berikut : bahwa sifat-sifat personal pemimpin ikut menentukan pola perilakunya. Pemimpin mampu untuk berperilaku tertentu apabila ia mempunyai sifat-sifat kecenderungan tertentu. Misalnya pemimpin yang mempunyai sifat motivasi hubungan yang kuat akan mampu secara efektif berperilaku partisipatif. Sebab pemimpin cenderung mampu menghimpun bawahan di dalam suatu kelompok, dan menggerakkan mereka untuk ikut serta atau berpartisipasi di dalam usaha mencapai kesuksesan tugas organisasi.
E. PENUTUP
Dari paparan dan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin yang efektif perlu terus berperilaku yang sesuai dengan faktor situasi yang dihadapi, sambil perlu terus mengasah dan menambah kualitas personalnya, agar mampu berperilaku efektif dalam situasi yang dapat berubah. Sebagai penutup, berikut kutipan dari Lowney (2005, 11), bahwa untuk berhasil menjadi pemimpin, orang perlu membentuk menjadi pemimpin yang memiliki (a) kesadaran diri, yaitu memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup; (b) ingenuitas (kecerdikan dan fleksibilitas) yaitu berinovasi dan beradaptasi dengan yakin untuk merangkul seluruh dunia; (c) cinta kasih, yaitu membangun kontak dengan orang lain dalam sikap yang positif, penuh cinta kasih; dan (d) heroisme, yaitu menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi heroik, bak pahlawan yang selalu siap berjuang bahkan mengorbankan diri demi kehidupan orang lain yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Chung, Kae H., Leon C. Megginson, Organizational Behavior, Developing Managerial Skills, Harper & Row Publishers, New York, 1981
2.      Fleet, James K. Van,  25 Langkah untuk Memiliki Pengaruh dan Kekuasaan Atas Orang Lain,Terjemahan, Spektrum, Mitra Utama, Jakarta, 1994
3.      Harmon, Michael M., Richard T. Mayer, Organization Theory for Public Administration, Little, Brown And Company, Canada, 1986
4.      Hall, Richard H., Robert E. Quinn, Organizational Theory and Public Policy, Sage Publications, Beverly Hills, California, USA, 1991
5.      Irawati, Nisrul, dalam USU Digital Library, 2004
6.      Lowney, Chris, Heroic Leadership, Terjemahan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
7.      Reddin, William J., Managerial Effectiveness, Mac Graw Hill, Kogakhusha Ltd., 1970
8.      Rice, Learning for Leadership, Interpersonal and Inter-Group Relations, The Tavistock Institute of Human Relations, 1965

9.      Tannenbaum, Robbert & Warren H Schmidt, “How to Choose a Leadership Pattern”, dalam Huneryager & Heckman (Ed.), Human Relation In Management, South-Western Publishing Co., 1967
Suga Akporu