Penulis: Fransiskus Kasipmabin
Tulisan ini ditulis ketika melihat
perkembangan organisasi mahasiswa kedaerahaan, termasuk organisasi mahasiswa
Pegunungan Bintang yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Pelajar Pegunungan
Bintang (IMPETANG) di Jayapura maupun Komunitas Mahasiswa Aplim Apom (KOMAPO)
di luar Papua, sedang mengalami perkembangan yang sangat signifikan,
baik perkembangan didalam internal organisasi maupun diluar organisasi.
Selain itu, sorotan tajam yang disampaikan
oleh Bapak Pieter Kalakmabin dan juga anggota DPRD kabupaten Pegunungan
Bintang di media facebook terkait keikutsertaan mahasiswa Impetang dalam
permainan politik. Kemudian organisasi mahasiswa terlibat dalam
peraktek-peraktek yang kurang baik seperti Organisasi ikut terlibat dalam
ranah politik praktis.
Seperti dikutip di media Facebook, salah
satu Tokoh Intelektual Pegunungan bintang ini mengatakan adik-adik
pengurus Ipmpetang tolong menjadikan organisasi ini sebagai organisasi
mahasiswa dan pelajar Pegunungan Bintang yang selalu siap berada di garda
terdepan sebagai generasi penerus tanah aplim apom, bukan sarana persiapan
menuju ranah politik. Menjadi pembina IMPETANG adalah para senior yang betul
mengedepankan visi dan misi organisasi itu sendiri. Tolong kepada adik-adik
pengurus dan pembina untuk refleksi perkembangan IMPETANG sejak didirikan
hingga mau habis tahun ini, karena beberapa tahun terakhir ini sungguh
memprihatinkan. Semoga tahun 2014 IMPETANG dapat hadir sebagai organisasi
yang betul-betul hadir sebagai organisasi mahasiswa dan Pelajar tanah Aplim Apom.
Perkembangan organisasi mahasiswa
kedaerahan, terutama organisasi mahasiswa Pegunungan Bintang, baik itu IMPETANG
maupun KOMAPO tidak terlepas dari dukungan masyarakat, pemerintah daerah,
agama serta dewan adat kabupaten Pegunungan Bintang, sehingga kedua
organisasi ini berkembang dengan baik.
Menyadari bahwa kedua organisasi ini
merupakan ladang untuk memprosuksi calon pemimimpin masa depan, wadah dimana
menyiapkan kader-kader pemimpin masa depan Pegunungan Bintang dan bangsa
Papua maka semua pihak terlibat secara langsung maupun tidak secara langsung
memberikan kontribusi yang amat berarti bagi dan untuk menyiapkan kader. Demi
mengisi peluang peluang masa depan nantinya.
Seiring dengan perkembangan dinamika
politik di kabupaten Pegunungan Bintang, para politikus dan pejabat daerah
yang terlibat secara langsung dalam permainan politik, maka hal tersebut bisa
berdampak pada keutuhan nama organisasi dan mahasiswa yang dilibatkan. Dampak
yang bisa terjadi seperti yang dirasakan mahasiswa saat ini. Kemudian, bias
saja terjadi seperti yang disampaikan oleh bapak Pieter.
Maka penulis ingin mengulas tentang
kemandirian sebagai kekuatan mahasiswa demi perbaikan- perbaikan di tingkat
organisasi maupun luar organisasi (memberikan kontribusi yang amat penting
bagi kemandirian organisasi). Saya tidak bermaksud mendiskreditkan pola-pola
atau cara permainan mahasiswa dan maupun keterlibatan organisasi dalam
memainkan kepentingan politikus sehingga berdampak besar dalam citra
organisasi. Melainkan membuka wacana untuk membangun budaya organisasi yang
sebenarnya.
Berjalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan tuntutan zaman globalisasi saat ini, setiap
manusia, masyarakat, komunitas tertentu tentu dituntut untuk dilindungi dan
dapat diberdayakan untuk kemudian menjadi pelaku dalam dunia saat ini. Setiap
orang mampu menguasasi pengetahuan sesuai dengan bidangnya sehingga dalam
kehidupan dimana kita berada mampu untuk mengeksekusinya. Selain itu, untuk
mendukung kemampuan yang dimilki, tentu memiliki pula sofskil atau
pengembangan diri. Pengembangan diri tentu kita terlibat langsung dalam
sebuah wadah organisasi . Untuk mewujudnyatakan bakat dan minatnya maka
melibatkan diri (berkecimpung) di dunia organisasi.
Sejalan dengan kebutuhan akan organisasi di
tingkat mahasiswa, masyarakat, pemerintah dan maupun golongan lain amat
sangat dibutuhkan, maka perluh untuk membentuk sebuah wadah dimana disitu
menjadi sarana bertemunya orang-orang yang mempunyai komitmen bersama dan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebelum mengetahui bagimana kemandirian
organisasi dibangun, tentu kita mengetahui apa itu organisasi. Membahas
menyangkut apa itu organisasi, maka tidaklah lasim bagi kita. Karena tidak
terlepas dari kebutuhan manusia. Orang yang berkecimpung di dunia
organisasi tentu mengenal apa itu organisasi. Untuk mengenal lebih jauh
tentang apa organisasi, beikut ini beberapa pandangan ahli tentang apa itu
organisasi.
Organisasi secara etimologi berasal dari
bahasa latin organizare, kmudian (inggris) organize yang berarti membentuk
suatu kebulatan dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lainnya.
Pengertian organisasi menurut dimok (1996:26) organisasi adalah
perpaduan secara sistematika dari bagian-bagian yang saling bergantung atau
berkaitan untuk membentuk satu kesatuan yang bulat melalui kewenangan,
koordinasi dan pengawasan dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Kemudian menurut J.William
Schulze,organisasi adalah suatu penggabungan dari orang orang,benda
benda,alat alat perlengkapan,ruang lingkup kerja dan segala hal yang
berhubungan dengannya,yang disatukan dalam sebuah hubungan yang teratur dan
sangat efektif untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan. Selain itu,
menurut Sir Stoner Organisasi adalah sebuah pola yang
menghubungkan orang orang di bawah arahan pimpinan (manager) untuk mencapai
atau mengejar tujuan bersama. Sedangkan Stephen P.Robbins mengemukakan bahwa
Organisasi ialah kesatuan aspek sosial yang terkordinasi secara sadar, dengan
satu batasan yang cukup relatif dan bisa diidentifikasi, yang bekerja secara
relatif dan terus menerus untuk mencapai tujuan kelompok atau tujuan bersama.
Dari beberapa pandangan yang dikemukakan
oleh para ahli di atas memiliki kemiripan karena organisasi itu indentik
dengan ada orang, ada wadah, ada proses, dan ada tujuan bersama. Jadi menurut
penulis organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang-orang secarasadar,
memiliki kesadaran yang tinggi untuk berkumpul bersama, membuat komitmen dan
berposes,untuk mencapai tujuan bersama.
Kemandirian Organsasi
Kemandirian organisasi menurut Masrun
(1986:8), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan
seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan
untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan
bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi
lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari
usahanya. Oleh karena demikian, orang orang yang terlibat dalam oragnisasi
baik secara langsung dan maupun tidak secara langsung memeilki kesadaran yang
tinggi, bebas dari tendensi-tendesi orang lain, untuk selanjutnya melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan sesama.
Pengertian mandiri berarti mampu bertindak
sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang
terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu
(barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya
(Antonius,2002:145).
Kemandirian secara psikologis dan mentalis
yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya
mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang
sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat
atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan
dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya
kemandirian yang kuat.
Selain itu, menurut Brawer dalam Chabib
Toha (1993:121), kemandirian adalah suatu perasaan otonomi,
sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri,
dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri
seseorang yang timbul karena kekuatan dan dorongan dari dalam diri seseorang
yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh
orang lain.
Kemudian menurut Kartini Kartono
(1985:21), kemandirian seseorang terlihat pada waktu orang tersebut
menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta
bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan
yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan
bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.
Bagaimana dengan kemandirian komapo? Komapo sebagai sebuah organisai mahasiswa
tentu mempunyai visi dan misi serta kelengkapan organisasi menjadi payung
hukum dalam melaksanakn pelaksanaan - pelaksanaan organisasi. Sebelum kita
melihat lebih jauh, apa itu komapo dan latar belakang berdirnya organisasi.
Seperti dikutip sejarah Bedirinya
Organisasi (Gerald Bidana: 2004) bahwa melihat berbagai persoalan yang
terjadi dari tahun ke tahun dalam diri manusia Aplim Apom selama hidupnya,
terutama pertumbuhan dan perkembangan pembangunan fisik dan nonfisik (SDM)
yang selalu dikatakan oleh orang yang taraf berpikirnya cukup maju. Manusia
Papua Aplim Apom tidak mengalami perubahan yang nampak dan keadaannya tetap
begitu –begitu saja. Akhirnya kami sebagai mahasiswa Pegunungan Bintang yang
sedang belajar bersama orang lain mempunyai keprihatinan bagi manusia dan
alam Pegunungan Bintang. Kami mau dan berani mengangkat kembali realitas
hidup itu melalui kumpulan sebuah gagasan dan akhirnya dibentuk sebuah
Komunitas yang ingin menampung dan mengembangkan gagasan manusia mahasiswa
Aplim Apom di Yogyakarta Indonesia.
KOMAPO dibentuk atas dasar keprihatinan
mahasiswa Aplim Apom Papua di Yogyakarta mengenai realitas hidup manusia dan
perkembangan pembangunan fisik dan non fisik di daerah Pegunungan Bintang.
Kami menganggap hal ini sangat penting dalam pengkajian dan pengembangan
potensi mahasiswa Pegunungan Bintang melalui komunitas ini untuk melihat
kelebihan dan kekurangan kami masing – masing menuju pencapai tujuan.
Kami melihat bahwa sejumlah manusia yang
ada di Pegunungan Bintang mempunyai kekhasan budaya yang berbeda antara satu
suku dengan suku yang lain walaupun pada hakekatnya satu, yaitu berasal
dari Aplim Apom. Ada beberapa suku yang hidupnya di pesisir sungai dan pantai
sedangkan suku – suku lainnya berada di daerah pegunungan. Dengan demikian
kami mampu dan mau mempertanggungjawabkan atas apa pun yang dialami manusia
dan akan terjadi dalam menjalankan kepengurusan komunitas ini kedepannya.
Untuk itu, KOMAPO berani mengadakan komunikasi bersama orang lain dengan
mengangkat sejumlah hal yang ada, melihat pengalaman lalu berpijak masa
sekarang dan berorientasi ke masa depan daerah Pegunungan Bintang khususnya
dan Papua Umumnya.
Terbentuknya komunitas ini karena
adanya keprihatinan dan dorongan para kader bangsa Pegunungan Bintang yang
ada di Yogyakarta (Spey Yan Charolus Bidana ST. M.Si, Melianus Alwolka SE,
Bibunbun Benny Yawalka SP), para pengurus adat Aplim Apom dan
dengan melihat realitas hidup manusia Papua dan mahasiswa Papua se Indonesia.
Untuk mengatasi berbagai hal yang telah berlalu itu, melalui wadah ini mau
mengangkat kembali nilai budaya dan adat yang seharusnya diterapkan untuk
dipelajari dan dimiliki oleh manusia Aplim Apom.
Dengan demikian pengaruh kegiatan mahasiswa
terus merajai dimanapun manusia muda Pegunungan Bintang berada, supaya
sungguh – sungguh menyadari akan apa yang seharusnya disiapkan untuk masa
mendatang dan mengerti akan makna manusia baru sejak dini. Dari masa ke masa,
perkembangan pendidikan guna memanusiakan manusia Aplim Apom sangatlah kurang,
karena kurangnya perhatian pemerintah daerah dan mungkin karena kabupaten
Jayawijaya memiliki wilayah yang sangat luas membuat tidak bisa bergerak
sampai ke daerah – daerah terpencil.
Kini manusia Aplim Apom menyadari bahwa
pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan segala lini kehidupan berbagai
negara di dunia dan “itulah yang kami mau”. Untuk itu KOMAPO
mau berusaha di bidang pengkajian dan pengembangan secara
intern dan ekstern dengan berfokus pada “pendidikan humaniora”
dari tingkat mahasiswa dan realisasinya pada masyarakat adat dan generasi
berikutnya.
Kenyataan kongkrit yang dihadapi oleh
manusia Pegunungan Bintang sampai saat ini, dalam rangka memperkenalkan
manusia Aplim Apom dalam dunia pendidikan yang nantinya menjadi manusia
berkualitas yang dapat memanusikan manusia secara berkesinambungan adalah
Swasta Katolik dan Protestan. Dimana misi utamanya adalah mengabarkan injil
ke seluruh pelosok Pegunungan Bintang dan hasilnya tepat.
Keberhasilan beberapa intelek Pegunungan
Bintang dan juga begitu banyak jumlah mahasiswa yang menyebar ke seluruh
Indonesia karena adanya sekolah swasta dan bukan keprihatinan pemerintah
dengan mengadakan sekolah negeri. Untuk itu, melalui komunitas ini akan terus
berjuang memberikan gambaran pemikiran kepada generasi Aplim Apom untuk
melihat dan merubah keadaan yang tidak menentu hingga akhir – akhir ini
melalui jalan yang dirintis oleh para misionaris itu. Dengan maksud, pada
masa mendatang dapat menghasilkan manusia yang sungguh – sungguh mempunyai
hati untuk membangun dan mempertahankan keadaan kepolosan manusia dan alam
yang melimpah dengan kekayaannya itu.
Melihat visi dan misi organisasi Komapo,
maka pada tahun 2020 Komapo harus mandiri. Untuk mencapai kemandirian Komapo
di tahun tersebut, maka dilakukan upaya kongkrit oleh anggota Komapo dalam
mendukung pengembangan organisasi yang menuju pada kemandirian organisasi.
Misalnya anggota Komapo melakukan usaha-usaha tertentu seperti pengembangan
Majalah Komaponews, Membuka usaha rental (Tahun 2009), sumbangan wajib anggota
Komapo dan bentuk usaha lainnya.
Menarik sekali ketika melihat tulisannya
Piteng Uropdana pada media organisasi (www. komapo.org) dengan berjudul
“kerinduan Natal KOMAPO. Disana Ia menjelaskan bahwa betapa hebatnya
pemerintah kita (Melalui lembaga kerja sama) memberikan bantuan berupa dana
untuk kemudian Komapo menyelenggarakan Natal bersama. Pemerintah membantu
Komapo dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Selama enam tahun pemerintah daerah
menyumbangkan untuk menyukseskan keiatan Natal bersama tersebut. Hal tersebut
kita patut bersyukur, karena betapa hebatnya karya kasih Tuhan melalui
tangan-tangan perantaranya.
Namun ditahun 2013 ini memang sebuah ujian
yang patut kita bersukur pula. Disaat harapan anggota komapo ingin natal
bersama, pemerintah daerah tidak merespon permohonan bantuan. Hal ini
merupakan suatu hal yang patut direfleksikan karena selama enam tahun
pemerintah selalu membantu kepanitiaan demi sukseskan sebuah kegiatan. Jika
kemudian pengurus organisasi dan panitia penyelenggara duduk bersama
memikirkan visi Komapo ditahun 2020, maka saya rasa sisa dana kegiatan bisa
menginvestasikan dalam berbagai bentuk usaha-usaha kecil yang kemudian
menghasilkan dana.
Komapo ingin mandiri maka oraganisasi
setidaknya harus berpirinsip dari anggota, oleh anggota dan untuk
anggota. Pandangan ini kemudian dilaksaakan oleh anggota Organisasi Komapo,
saya tidak menyangka bahwa dalam satu tahun sudah menghasilkan dana atau
sejenis asset organisasi yang lainnya.
Anggota Komapo harus bangkit dan membuka
diri bahwa memang bekerja sesuatu sangatlah sulit. Tidak seperti apa yang
kita pikirkan dibenak kita. Apa yang kita pikirkan kemudian diwujudnyatakan
maka harus membangun mental kerja, membangun mental berwirausaha, mengurangi
konsumsi kelebihan, menghemat dana dan berbagai hal lainnya yang tentu
membantu pola piker, mengurangi kebiasaan kebiasaan buruk yang selama ini
kita bangun.
Melihat kembali awal tulisan ini terkait
kemandirian organisasi bahwa memang diharapkan agar organisasi, sesorang,
sekelompok untuk hidup mandiri: seperti kerja cari dana sendiri, memikirkan
dan melaksanakan sendiri, tidak mengikuti perintah orang lain dan lainnya.
Oleh karena demikian saat-saat ini anggota Komapo harus bangkit dan membangun
peradaban organisasi sebagai basis belajar, menuju komunitas yang berdaya
saing, sinergis, integrasi bersama korwil-korwil demi cita-cita anggota
Komapo yaitu komunitas riset ditahun 2020.
Penulis adalah Komisisoner Pengurus Pusat,
Sekjend Komunitas Mahasiswa Aplim Apom se-Jawa Bali dan Sulawesi Kabupaten
Pegunungan Bintang
|