Sabtu, 06 September 2014

APA PERAN MAHASISWA DALAM ORGANISASI DAN PENDIDIKAN??




OLeh :  Agus  Uropka
Mahasiswa  Pada saat ini merupakan harapan terbesar bagi masyarakat daerah maupun Negara sebagai penyambung lidah rakyat terutama sebagai perubahan di masyarakat (Agen social of cahange). Sebagai salah satu potensi, mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi perubahan ke arah yang  berkeadaban. Keterlibatan mahasiswa dalam setiap perubahan tatanan kenegaraan selama ini sudah menjadi jargon dan pilar utama terjaminnya sebuah tatanan kenegaraan yang demokratis. Romantisme politis antara mahasiswa dengan rakyat terlihat sebagai fungsinya sebagai social control termasuk terhadap kebijakan menindas. Kebiasahan Mahasiswa,  dalam hal ini sudah menunjukkan diri sebagai salah satu potensi yang dapat diandalkan dalam upaya menuju tatanan masyarakat yang berkeadilan.
Dan distribusinya baik secara kualitas maupun kuantitas dalam segala aspek kehidupan sosial sudah semestinya diperhitungkan. Bentuk keberhasilan dalam mewujudkan sebuah tatanan masyarakat berkeadaban di daerah adalah dengan semakin kecilnya angka kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, peningkatan taraf ekonomi dan pendidikan, dan lain sebagainya. Namun, itu semua hanya akan menjadi mimpi belakang manakala semua konsep-konsep yang dibangun dan berbasis kerakyatan tersebut tidak dibarengi dengan strategi yang matang dan jatu ke arah tujuan tersebut. Dan maksimalisasi fungsi mahasiswa dan kaum muda dalam tiap laju demokratisasi merupakan salah satu pilar utama yang perlu diperhatikan. Sekali lagi, peran mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat sosial ditunggu. Diharapkan mahasiswa mampu memainkan peran yang strategis. Kesatuan visi, tekad, dan perjuangan untuk kepentingan masyarakat secara luas, menjadi pondasi utama peran tersebut saat ini atau nanti. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, sekali lagi, perlu pemetaan, perumusan, dan penelaahan metode penerapan fungsi mahasiswa dalam kancah epistemologi keumatan tersebut.
Berikut adalah asil wawancara saya dari salah satu Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. ketika saya menemuinya dan bertanya tentang Apa Peran Mahasiswa Dalam Organisasi  Dan Pendidikan?  Beliyau mengatakan bahwa banyak Mahasiswa yang aktif ber-organisasi secara konsisten semata-mata memiliki pemahaman bahwa organisasi merupakan sebuah budaya  sarana yang efektif  dalam meng-kader dirinya sendiri untuk ke depan. Sebagian di antaranya masih mempunyai keyakinan pandangan bahwa organisasi  merupakan tempat menimba ilmu  yang tidak terbatas hanya pada pelajaran. Dengan bergabung aktif dalam organisasi  yang bersifat kelompok ataupun individu  akan berefek kepada perubahan yang signifikan terhadap wawasan, cara berpikir, pengetahuan dan ilmu-ilmu sosialisasi, kepemimpinan serta menajemen kepemimpinan yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif Perguruan Tinggi. Namun, dalam ber-organisasilah dapat diraih dengan memanfaatkan statusnya sebagai kebiasaan  mahasiswa.
Pemahaman arti penting sebuah organisasi dan aktivitas organisasi mahasiswa adalah salah satu persoalan yang pertama-tama harus diluruskan. Adanya anggapan bahwa ber-organisasi berarti berdemonstrasi, atau ber-organisasi khusunya di luar kampus tidak lebih dari sekadar membuang sebagian waktu, energi, ajang mencari kawan atau mencari jodoh merupakan bukti adanya kesalapahaman tentang presepsi sebagian mahasiswa tentang organisasinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka organsiasi dituntut untuk terus meningkatan kualiatas dirinya. Dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat mahasiswa. Sebagai miniatur pemerintahan negara dalam penyelenggaraan negara yang semestinya dilakukan oleh aparatur negara. Maka, organisasi harus meng-adopsi prinsip-prinsip pemerintahan layaknya dalam sebuah negara dan dikolaborasikan dengan prinsip sebagai organisasi pengkaderan dan perjuangan. Dengan demikian, satu media yang dapat membentuk kematangan mahasiswa dalam hidup bermasyarakat ialah organisasi. Dengan senantiasa ber-organisasi maka mahasiswa akan senantiasa terus berinteraksi dan beraktualisasi, sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis dan lebih bijaksana dalam persoalan yang kita  hadapi. Ujar Bapak C. Teguh  Sambil terseyum di depan  ruangan II/K 45  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini saya akan menulis berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi yaitu yang pertama dari segi  Budaya. Adanya konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar oraganisasi menjadi bagian yang erat kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan organisasi. Maka muncullah istilah “Budaya Organisasi”. secara sederhana budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai dan cara bertindak yang dianut organisasi (beserta para anggotanya) dalam hubungannya dengan pihak luar. Secara umum, perusahaan atau organisasi terdiri dari sejumlah orang dengan latar belakang kepribadian, emosi dan ego yang beragam. Hasil penjumlahan dan interaksi berbagai orang tersebut membentuk budaya organisasi baik secara kelopok maupun individu . 
Yang kedua  Leadership, leadership yaitu  Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku- pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, maupun atasan pimpinan itu sendiri. Yang ketiga yaitu  Iklim Organisasi,  iklim organisasi merupakan karakteristik yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya dan mempengaruhi orang-orang dalam organisasi tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempngaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam bekerja dapat dikategorikan sebagai Tujuan Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota. Tantangan Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut "fight atauflight syndrome". Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight).
Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator. Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Sebuah team tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval. Salah satu kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka team bisa saja menyerah sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka team juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya. Keakraban  Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team. Tanggungjawab Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memilikimotivasi kerja yang tinggi.
            Kesempatan untuk maju. Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri,mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasabahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri. Kepemimpinan Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga dapat memahami faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas. Mungkin ketika kalian membaca tulisan ini, kalian pasti langsung mengatakan kalau organisasi itu dapat menyebabkan nilai matakuliah mahasiswa yang sependapat dengan saya kalau organisasi itu dapat meningkatkan nilai matakuliah. Ya, mungkin ada setuju atau tidak mengenai hal ini, karena keadaannya pasti berbeda antara mahasiswa yang satu dengan lainnya. Oleh karena itu, saya cuman ingin membahas kalau memang benar organisasi itu dapat meningkatkan  atau bahkan mendongkrak nilai kita. Kecuali, organisatoris yang memang malas kuliah ya hal ini tidak berlaku untuk pemalas. Mengapa organisasi bisa mendongkrak nilai jongkok bahkan tiarap menjadi berdiri bahkan bisa  menerbangkan diri kalian? Pertama dan yang paling penting adalah organisasi mengajarkan keterampilan berbicara depan umum (komunikasi dua arah). Mungkin kita adalah salah satu mahasiswa yang merasa masih gugup berbicara depan umum walaupun hanya di dalam kelas yang di depan kita itu cuman dosen dan teman-teman perkuliahan tersebut. Malahan ada mahasiswa yang bukan hanya takut berbicara depan teman dan dosennya, bahkan sekedar tunjuk tangan untuk bertanya atau menjawab saja tetapi  takutnya salah bicara.
Ya, kuncinya berbicara dan komunikasi dua arah. Organisatoris diharapkan dapat menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan terstruktur dan tidak bertele-tele. Ingat, keterampilan ini tidak akan diajarkan pada matakuliah apapun. Oleh karena itu, dengan berorganisasi kita bisa belajar bagaimana berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Biasanya organisasi selalu memberikan tanggung jawab kepada seorang anggotanya untuk memegang suatu kepanitiaan atau mengisi sebuah acara organisasi. Nah, kita sebagai anggota yang peduli terhadap organisasi pasti akan berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut agar tidak mengecewakan organisasi, senior, junior dan diri sendiri. Dengan menjadi panitia pelaksana atau pengisi acara keorganisasian, pasti kita akan dihadapkan pada situasi untuk melakukan komunikasi dengan orang lain diluar organisasi kita atau kita pasti berusaha sekeras mungkin untuk memberikan yang terbaik pada saat kita tampil dan berbicara di depan para undangan saat menjadi pengisi acara organisasi. Kemampuan berbicara ini pasti akan tertular pada saat kita kuliah, sehingga jika kita disuruh oleh dosen untuk presentase, diskusi, bertanya atau menjawab kita pasti bisa karena sudah terbiasa melakukannya di organisasi. Berbicara depan orang banyak saja sudah terbiasa, apalagi cuman berbicara depan dosen dan teman-teman perkuliahan.
 Nah, akibat dari keterampilan berbicara depan umum ini adalah kita menjadi mahasiswa yang aktif dalam kelas dan ini akan menjadi penilaian plus tersendiri bagi dosen matakuliah dibandingkan dengan teman yang pasif dan hanya serius mengikuti/mendengarkan teman atau dosen yang berbicara mengenai suatu permasalahan yang dibahas dalam perkuliahan. Jadi, kita  sudah mengerti kalau organisasi itu tidak akan merugikan atau bahkan mengganggu nilai perkuliahan kita. Setiap pendirian organisasi pastinya memiliki serangkaian tujuan. Salah satunya adalah menjadi organisasi yang berumur panjang, tetap ada lingkungan di sekitar organisasi tersebut mengalami perubahan yang berkelanjutan. Tujuan organisasi merupakan hal utama dalam penyusunan struktur (bagan) organisasi, sehingga pembagian dan pengelompokan tugas yang harus dilaksanakan organisasi secara keseluruhan dapat dengan jelas mengambarkan. Struktur organisasi merupakan cerminan dari kondisi organisasi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas-tugas guna mencapai tujuan organisasi. Tugas-tugas tersebut dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi sesuai dengan pengelompokan dan pembagian tugasnya dan fungsinya. Dengan demikian penyusunan struktur organisasi, pada awal pendiriannya, haruslah memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dilakukannya perubahan guna menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di sekelilingnya.
Penyusunan struktur organisasi dilakukan untuk  menggambarkan kondisi organisasi dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang ada guna mencapai tujuan organisasi tersebut. Menurut T. Hani Handoko  di dalam buku pengantar manajemen (hal: 167-193) mengatakan bahwa Dengan demikian, pada struktur organisasi dapat dilihat beberapa hal: (1). Pembagian dan pengelompokan tugas (2). Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada masing-masing kelompok tugas (3).  Hubungan tanggung jawab dan wewenang setiap orang yang ber tugas (4). Hubungan setiap kelompok punya tugas  (5).  Aliran pekerjan, (6). Hubungan perintah dan hubungan koordinasi, 7). Aliran informasi yang diperlukan setiap kelompok pekerjaan (8). Gambaran wewenang yang terdapat pada setiap kelompok organisasi. Struktur organisasi disusun berdasarkan 4 pilar yaitu: (1). Pembagian dan pengelompokan tugas (2).  Departementasi (3). Hirarki (4).  Koordinasi. Penyusunan struktur organisasi pada setiap organisasi dilakukan mengingat banyaknya pekerjaan yang harus dihadapi dalam pencapaian tujuan organisasi. 
Dan seluruh pekerjaan tidak mungkin dilakukan hanya oleh satu orang ketua  melainkan oleh semua anggota organisasi. Hal ini sesuai dengan pemahaman bahwa ketua  memiliki tugas mencapai tujuan organisasi melalui pelaksanaan pekerjaan oleh orang lain.  Selain itu, penyusunan struktur organisasi haruslah memperhatikan kemungkinan dilakukannya perubahan guna menyesuaikan dengan kondisi perubahan yang ada. Struktur organisasi disusun untuk mendukung kelancaran dan kemudahan pelaksanaan tugas dalam organisasi sehingga mampu dilakukan secara bersamaan dan saling mendukung satu dengan lainnya. Hal ini penting dilakukan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Tujuan organisasi, sebagaimana ditetapkan para pendiri organisasi, merupakan titik yang menjadi fokus utama semua kegiatan.  Tujuan organisasi bersifat tetap dan mengikat.  Namun demikian dalam pelaksanaannya, pencapaian tujuan organisasi haruslah memperhatikan kondisi di sekitar organisasi yang selalu berubah. Demikian pula dengan struktur organisasi yang perlu terus disesuaikan dengan perubahan yang ada. Namun, perubahan harus tetap memperhatikan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dan besarnya dana yang harus disediakan sebagai konsekuensi dari setiap perubahan yang dilakukan. Jadi jelas bahwa struktur organisasi yang dibentuk sejak awal pendirian organisasi harus memiliki “keajegan” dalam menuju pencapaian tujuan organisasi dan harus pula  fleksibel dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Tugas seorang ketua  dengan ketajaman intuisinya, untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan perubahan dalam struktur organisasinya. 
Konsekuensi yang menyertai sebuah perubahan harus dihadapi dan ditanggung oleh organisasi mengingat kegiatan organisasi diharapkan dilakukan dalam waktu yang lama dan berumur panjang. Sebelum seseorang itu meninjau dengan lebih mendalam tentang konsep pengurusan secara menyeluruh, eloklah sekiranya seseorang itu memahami dengan lebih jelas tentang organisasi dan ciri-cirinya. Kefahaman yang mendalam tentang konsep organisasi itu penting kerana pengurusan dan organisasi merupakan satu hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Wujudnya sesebuah organisasi itu sama ada organisasi kecil atau besar, swasta atau awam memerlukan pengurusan atau pengendalian aktiviti-aktiviti organisasi. Organisasi dapat didefinisikan sebagai satu unit sosial yang terdiri daripada manusia yang bekerjasama dan saling bergantung antara satu dengan lain bagi mencapai matlamat individu, kumpulan, dan organisasi. Definisi di atas menjelaskan unsur-unsur yang perlu ada di dalam sesebuah organisasi: organisasi sebagai satu unit sosial, penyatuan usaha, dan hubungan antara seorang individu dengan individu yang lain. Apabila organisasi itu dianggap sebagai unit sosial, ini bermakna ia mempunyai beberapa orang pekerja yang telah diberi peranan tertentu untuk menjalankan sesuatu tugas. Mereka perlu bekerjasama dan berhubung antara satu dengan lain bagi menyiapkan sesuatu tugas itu. Sekiranya mereka ini menjalankan tugas tanpa memerlukan perkhidmatan dan kerjasama daripada pihak lain, sudah tentu tugas yang dijalankan itu tidak dapat disiapkan seperti yang dikehendaki sama ada dari segi masa, kualiti, kuantiti, dan penentuan-penentuan lainnya. Sesebuah organisasi yang telah dibentuk akan melambangkan identitinya yang tersendiri. Misalnya, sebuah universiti seharusnya melambangkan tempat untuk menimba ilmu, sebagai sebuah pusat penyelidikan, dan juga sebagai sebuah institusi yang memberi perkhidmatan dan sumbangan kepada masyarakat sama ada dalam bentuk bimbingan atau khidmat nasihat, dan pengajaran dan pembelajaran lain. Untuk mencerminkan identiti atau nilai-nilai tinggi sebagai sebuah menara gading, universiti hendaklah memainkan peranan yang diharapkan oleh masyarakat kampus khususnya dan masyarakat awam amnya. Dengan demikian fungsi sesebuah universiti itu didapati berbeza dengan organisasi-organisasi lain yang mempunyai objektif tertentu. Di dalam sesebuah organisasi, sama ada organisasi kecil atau besar, ia mempunyai hierarki atau tingkat autoriti. Jika dibandingkan antara kedua-dua organisasi kecil dan besar, sudah tentu ia berbeza dari segi bilangan hierarki (tingkat) aktiviti dan bilangan kakitangan pengurusan. Di dalam sesebuah organisasi, terdapat pembahagian kerja berdasarkan jenis pekerjaan atau bahagian yang diwujudkan. Pada umumnya, organisasi pembuatan mewujudkan bahagian-bahagian seperti bahagian pengeluaran dan pentadbiran. Di bahagian pentadbiran, terdapat beberapa unit lain seperti personel, pemasaran, dan kewangan.
Organisasi yang mempunyai tiga bahagian itu beroperasi secara pembahagian kerja mengikut tanggungjawab yang tertentu. Bagi menentukan aktiviti organisasi supaya berjalan dengan lebih teratur seperti yang dirancangkan, ia memerlukan sistem pengawasan, penyelarasan dan pengawalan ke atas perjalanan aktiviti. Dengan demikian, di dalam sesebuah organisasi, peraturan, dasar, prosedur, dan sistem hubungan hendaklah dijelaskan kepada kakitangan dengan jelas dan nyata.  Keempat-empat ciri yang disebutkan di atas hendaklah wujud di dalam sesebuah organisasi. Penentuan sama ada organisasi itu berkesan, efisien atau tidak, bergantung kepada sejauh mana keempat-empat ciri itu diseleng-garakan, disusun, dan diamalkan. Apabila organisasi telah diwujudkan mengikut keempat-empat ciri seperti yang diterangkan di atas, masalah yang akan timbul ialah bagaimana organisasi itu harus diuruskan dengan sempurna, berkesan dan mencapai matlamat yang dirancangkan. Tanpa pengurusan yang betul, pelbagai masalah mungkin akan timbul, baik dari segi kewangan, pemprosesan, dan inventori hinggalah kepada masalah peribadi di kalangan para pekerja. Kita pernah mendengar dari media massa tentang beberapa organisasi perniagaan khususnya, yang telah gagal bukan semata-mata kerana masalah persaingan tetapi juga disebabkan oleh pergolakan di dalam organisasi itu sendiri seperti tidak ada persefahaman antara pihak atasan dengan peringkat bawahan, perancangan dan ramalan yang tidak tepat, pembaziran sumber atau penyusunan struktur yang mengelirukan. Pengurusan, pada amnya dapat didefinisikan seperti berikut:  Pengurusan sebagai proses perancangan, penyusunan, pengarahan, dan pengawalan usaha ahli-ahli organisasi dan menggunakan semua sumber organisasi untuk mencapai matlamat organisasi.
Pengurusan sebagai proses pengarahan, penyelarasan, dan pengaruh ke atas operasi organisasi untuk mencapai matlamat yang dikehendaki dan prestasi sepenuhnya. Definisi di atas, walaupun mempunyai sedikit perbezaan dari segi bilangan dan jenis fungsi pengurusan, tetapi kedua-dua definisi itu mengandungi perkataan "proses" dan "matlamat". Ini bermakna, dua aspek penting di dalam pengurusan ialah. Pengurusan sebagai proses: Menjalankan kerja secara sistematik serta memerlukan hubungan tertentu antara satu aktiviti dengan satu aktiviti yang lain. Mencapai matlamat organisasi: Apabila aktiviti organisasi itu berjalan dengan teratur dan berhubung atau membantu antara satu dengan lain, maka matlamat organisasi itu dapat dicapai. Matlamat organisasi dapat berbentuk kualitatif (subjektif) atau kuantitatif (objektif). Proses atau fungsi pengurusan dapat dibahagikan kepada beberapa fungsi bergantung kepada cara kita mengelaskan fungsi-fungsi perancangan, penyusunan, penyelarasan, penstafan, dan pengawalan.
Pada amnya, fungsi pengurusan dibahagikan kepada empat sahaja, iaitu perancangan, penyusunan, pengarahan, dan pengawalan. Perancangan ; pihak pengurusan memulakan aktiviti organisasi, perancangan hendaklah dibuat terlebih dahulu. Pada peringkat perancangan, perkara yang perlu dipersoalkan adalah seperti berikut. Tujuan dan objektif: Ini termasuk mengenal pasti perkara yang ingin dicapai oleh sesebuah organisasi berdasarkan matlamat penubuhan organisasi tersebut dan prestasi yang diinginkan seperti kadar pertumbuhan organisasi atau peratusan keuntungan dan lain-lain. Strategi organisasi: Apabila matlamat dan tujuan telah ditakrifkan dengan jelas, organisasi perlu mencari jalan (strategi) untuk mencapai matlamat dan tujuan seperti yang diharapkan itu. Di dalam strategi, pihak pengurusan akan membincangkan perkara seperti strategi pemasaran yang meliputi perletakan harga, perluasan pasaran atau perbezaan barangan agar organisasi itu dapat bersaing dengan pihak luar. Langkah seterusnya, pihak pengurusan harus mengatur program atau projek mengikut strategi yang berasaskan matlamat organisasi. Penyusunan : Penyusunan melibatkan kerja menstruktur organisasi dan penstafan (proses pengambilan kakitangan). Struktur organisasi menunjukkan pembahagian kerja mengikut aktiviti (pemasaran, kewangan, pemprosesan dan lain-lain), tingkat (hierarki) autoriti, penyelarasan melalui peraturan dan dasar serta prosedur yang dibuat. Penstafan meliputi perancangan sumber manusia, pengambilan dan pemilihan kakitangan, orientasi dan latihan, penilaian prestasi, sistem pampasan (gaji, upah, dan faedah), program peningkatan produktiviti dan kualiti, program keselamatan dan kesihatan kakitangan, dan program kebajikan dan perkhidmatan kakitangan. Pengarahan : Merupakan  fungsi penting untuk menjamin aktiviti organisasi berjalan dengan teratur dan sempurna dalam suasana yang harmoni.
Untuk mencapai matlamat ini faktor-faktor motivasi, kepimpinan, dan sistem komunikasi perlu diberi perhatian oleh pihak pengurusan. Pengawalan: Pengawalan merupakan fungsi terakhir untuk menentukan bahawa prestasi organisasi telah dicapai mengikut perancangan; masalah dalam penyusunan dikenal pasti dan langkah tertentu diambil; faktor-faktor di dalam organisasi, keinginan dan sifat kakitangan yang ada hubungan dengan prestasi dan tingkah laku perlu diberi perhatian dan diawasi. Pengurusan diperlukan di dalam semua organisasi, tidak kira sama ada organisasi itu kecil atau besar, swasta atau badan kerajaan. Fungsi pengurusan bukan saja merupakan tanggungjawab seorang pengurus besar atau pengarah tetapi juga tanggungjawab penyelia atau ketua bahagian yang berada di dalam organisasi. Kita pernah mendengar kata-kata seperti: "Masalah yang timbul itu adalah dari pihak pengurusan... ". Pernyataan seperti ini dimaksudkan kepada mereka yang menduduki tingkat atas di dalam organisasi, padahal kelemahan dan masalah yang timbul itu berpunca dari semua pihak pada peringkat pengurusan. Dalam konteks pengurusan, pengurus dimaksudkan kepada mereka yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan orang lain pada semua peringkat. Setiap pengurus mempunyai tugas dan tanggungjawab yang tertentu, antaranya.
Pengurus ialah penyelaras dan pengarah di dalam organisasi yang mengawasi aliran kerja serta menyatupadukan semua unsur organisasi. Mereka mempunyai kuasa yang diberikan untuk mengarah orang lain yang berada di bawah tanggungjawabnya. Pengurus bertanggungjawab menggunakan segala sumber dengan efisien untuk mencapai matlamat yang telah ditetapkan Pengurus juga tidak boleh lari daripada bertanggungjawab ke atas kegagalan dan kejayaan orang di bawah jagaannya. Kegagalan dan kejayaan itu mencerminkan prestasi pengurus berkenaan. Pengurus mengimbangkan matlamat dan menetapkan prioriti seperti menjalankan kerja yang penting dahulu atau dengan serta-merta.Pengurus mewujudkan matlamat, perancangan, dasar, dan mengimple-mentasikan strategi. Aktiviti pengurusan berbeza mengikut tingkatan di dalam organisasi. Misalnya, pengurus atasan menggunakan kebanyakan masa mereka di dalam perancangan jangka panjang, perhubungan awam, membuat dasar serta menganalisis perkara-perkara yang berlaku di persekitaran luaran.
Pengurus pertengahan atau penyelia sebaliknya memainkan peranan yang lebih di dalam penyelarasan dan pengawalan kerja pada peringkat operasi. Satu kenyataan yang harus kita terima ialah pengurus lebih berhadapan dengan faktor-faktor yang tidak dapat dikawal daripada faktor-faktor yang boleh dikawal. Misalnya, sumber selalunya terhad, kuasa yang diberikan terbatas, pihak atasan mengharapkan sesuatu yang mesti dicapai dan permintaan orang bawahan memerlukan pertimbangan. Oleh yang demikian, untuk membolehkan sesuatu perkara itu dilaksanakan, pengurus memerlukan kepakaran, keyakinan, dan mempunyai kesabaran. Tingkat Pengurusan: Sudah menjadi kebiasaan untuk membezakan kedudukan pengurus mengikut hierarki kuasa atau pangkat di dalam organisasi. Perbezaan ini dapat dilihat di dalam rajah hierarki pengurusan. Pengurus yang menduduki peringkat atasan ini terdiri daripada Ketua Eksekutif, Presiden atau Pengurus Besar yang menetapkan matlamat dan menentukan ia tercapai mengikut tujuan organisasi.
Pengurus atasan ini juga meneliti perkembangan dan peluang yang berlaku di persekitaran luaran supaya organisasi itu dapat menyesuaikan diri kepada perubahan yang berlaku. Pengurus Pertengahan : Tugas pengurus pada peringkat ini, termasuklah menyelaras dan menyatupadukan aktiviti bahagian untuk mencapai matlamat yang telah ditetapkan oleh pihak atasan. Mereka pada peringkat ini terdiri daripada Pengurus Personel dan lain-lain. Pengurus Bawahan: Penyelia, Fomen, dan Ketua Kumpulan adalah antara mereka yang dimasukkan ke dalam kategori pengurus bawahan. Tugas mereka mengawasi pekerjaan harian di bahagian operasi seperti bahagian pengeluaran agar pengeluaran itu mengikut perancangan yang telah ditetapkan oleh pihak pengurusan pertengahan dan bawahan. Apabila seseorang pengurus memasuki organisasi, tidak kira sama ada organisasi swasta atau kerajaan, ia diberikan autoriti rasmi dan juga pangkat untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab. Apabila pengurus itu mempunyai autoriti dan pangkat di dalam organisasi, misalnya sebagai seorang ketua jabatan atau ketua bagi keseluruhan organisasi, maka peranannya selain tugas rasmi, menjadi lebih kompleks lagi. Henry Mintzberg membahagikan peranan pengurus kepada tiga bahagian: Peranan sebagai penghubung atau orang perantaraan.
Peranan sebagai penyebar atau penyampai maklumat. Peranan sebagai pembuat keputusan. Di bawah ialah petikan dari pada Henry Mintzberg, The manager's job: folklore and fact. Peranan Penghubung Individu Terdapat tiga peranan pengurus sebagai penghubung individu. Peranan-peranan ini datangnya terus daripada autoriti yang dipunyai oleh beliau. Sebagai orang terpenting. Pertama ialah peranan sebagai orang terpenting. Oleh kerana pengurus itu mempunyai pangkat sebagai seorang ketua unit organisasi, maka beliau mestilah menjalankan tanggungjawab yang bersifat sosial. Sebagai contoh, seorang pengurus itu perlu menghadiri majlis perkahwinan kakitangan bawahannya atau seorang pengurus pemasaran melayani pelanggannya di majlis jamuan. Walaupun peranan ini tidak memerlukan keputusan penting diambil dan kadang-kadang dianggap biasa, tetapi ia penting demi untuk mengeratkan perhubungan dan rasa tanggungjawab sebagai seorang ketua yang dihormati. Sebagai pemimpin. Oleh kerana pengurus itu bertanggungjawab kepada unit organisasi, maka ia bertanggungjawab ke atas kerja-kerja kakitangan unit tersebut. Setiap pengurus memainkan peranan sebagai pemimpin yang mendorong dan menggalakkan pekerja untuk bekerja dan menentukan bahawa matlamat mereka itu sealiran dengan matlamat organisasi. Sebagai pegawai perhubungan. Sebagai pegawai perhubungan, pengurus harus mengadakan hubungan dengan pihak luar untuk mendapatkan maklumat tentang perkembangan yang berlaku di luar organisasi.
Perhubungan ini dapat dilakukan secara tidak rasmi atau secara persendirian tetapi mestilah berkesan. Peranan Penyampai Maklumat Oleh kerana pengurus itu adalah penghubung individu, maka ia dianggap sebagai nadi penting di dalam unitnya. Ia mungkin tidak mengetahui segala-galanya tetapi ia tentu mengetahui lebih daripada kakitangan lain hasil hubungannya dengan kakitangan di dalam dan pihak luar. Sebagai pengawas. Sebagai pengawas, pengurus menjelajahi persekitaran untuk mendapatkan maklumat. Maklumat dapat diperolehi melalui perbualan, percakapan, dan secara spekulasi. Memandangkan pengurus itu berhubung dengan pihak lain, maka ia mempunyai kelebihan mengumpulkan maklumat untuk organisasi. Sebagai penyampai. Pengurus mestilah berkongsi dan membaha-gikan maklumat yang diterima dari pihak luar. Sebagai penyampai, pengurus perlu memberikan sebahagian daripada maklumat yang diperolehi itu terus kepada kakitangan bawahannya yang tidak berpeluang mendapatkan maklumat tersebut.
 Apabila kaki-tangannya mempunyai kesukaran untuk berhubung dengan kakitangan yang lain, maka pengurus kadang kala hendaklah menghantarkan maklumat tersebut terus kepada kakitangan yang lain itu. Sebagai jurucakap. Sebagai jurucakap, pengurus menghantarkan sebahagian maklumatnya kepada mereka yang di luar dari unitnya. Sebagai contoh, seorang penyelia pengeluaran di sebuah gedung mencadangkan kepada pihak pembekal supaya mengubah jadual bekalannya untuk memenuhi jadual pengeluaran gedungnya.  Peranan sebagai Pembuat Keputusan Maklumat adalah bahan asas di dalam membuat keputusan. Pengurus memainkan peranan yang penting untuk membuat keputusan di unitnya. Dengan autoriti yang ada, pengurus dapat bertanggungjawab dan melibatkan diri di dalam sesuatu tindakan; dan sebagai nadi di dalam sebuah organisasi, pengurus harus mempunyai maklumat yang lengkap dan kemaskini untuk membuat keputusan tentang strategi unitnya. Empat peranan yang menghuraikan pengurus sebagai pembuat keputusan adalah seperti berikut:

Pertama Sebagai usahawan. Sebagai usahawan, pengurus cuba membaiki unitnya dan menyesuaikannya dengan keadaan persekitaran yang berubah-ubah. Sebagai pengawas, pengurus hendaklah berada dalam keadaan berjaga-jaga untuk mendapatkan ilham baru. Apabila ilham yang baik didapati, beliau akan memulakan projek itu secara bersendiri dahulu atau beliau boleh mendelegasikan projek tersebut kepada kakitangannya. Sesuatu projek itu, melibatkan perkara seperti barangan baru, kempen perhubungan awam, peraliran dana yang kemaskini, penyusunan semula bahagian yang lemah, penyelesaian masalah imej di divisi luar negeri, menyatupadukan operasi komputer dan lain-lain. Kedua  Sebagai pengawal gangguan. Oleh kerana perubahan yang berlaku itu di luar kawalan pengurus, maka ia mestilah mengambil tindakan tertentu untuk mengelakkan keadaan daripada menjadi bertambah teruk dan tidak terkawal. Dalam kejadian seperti pelanggan utama telah ditimpa kebankrapan atau pembekal telah melanggar kontrak atau berlakunya mogok oleh pekerja, maka pengurus hendaklah menumpukan masanya untuk mengatasi masalah tersebut. Gangguan yang berlaku itu bukanlah disebabkan pengurus lemah dan tidak menghiraukan keadaan, tetapi juga kerana ia tidak dapat meneka akibat tindakan yang telah diambil, sekalipun ia seorang pengurus yang baik. Ketiga  Sebagai pembahagi sumber. Peranan pembuat keputusan yang ketiga ialah sebagai pembahagi sumber.
Pengurus bertanggungjawab untuk menentukan pihak yang akan mendapat sesuatu dan banyaknya. Sumber yang penting, pengurus itu harus memperuntukkan masanya kepada kakitangan supaya mereka dapat berhubung dengannya yang dianggap sebagai nadi dan pembuat keputusan. Pengurus juga bertanggungjawab dalam membentuk unit struktur, perhubungan rasmi dan menentukan cara sesuatu kerja itu dibahagikan dan diselaraskan. Pengurus juga meluluskan keputusan penting sebelum mengimplementasikannya. Dengan menetapkan kuasa ini, pengurus dapat menentukan bahawa keputusan yang dibuat itu mempunyai hubungan dengan perjalanan aktiviti dan fungsi-fungsi di dalam organisasi. Ke  empat  Sebagai perunding. Pengurus menghabiskan masa yang sewajarnya di dalam perundingan. Sebagai contoh, pengurus besar mengadakan perundingan dengan kesatuan sekerja atau pengurus jualan mengadakan perundingan kontrak dengan pembeli atau pengurus akan berunding dengan penyelia tentang isu-isu kerja dan lain-lain. Perundingan diibaratkan sebagai satu tugas penting memandangkan pengurus mempunyai autoriti dan maklumat yang cukup untuk mengadakan perundingan. Sebahagian besar masa seseorang pengurus itu digunakan untuk berkomunikasi, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain. Sekiranya pengurus itu mencapai prestasi yang tinggi, ini bererti beliau telah berkesan melalui proses yang tersebut di atas. Dalam hal kebolehan seseorang pengurus itu, mereka yang tidak faham dengan pengertian kemahiran atau kebolehan menganggap bahawa kemahiran teknik dan kemahiran pengurusan sama. Padahal kedua-dua kemahiran itu dapat kita definisikan secara berasingan dan berbeza. Kemahiran Teknik Kemahiran teknik adalah kemahiran atau kebolehan yang khusus dalam sesuatu bidang. Contohnya, kemahiran dalam bidang kejuruteraan, pengeluaran, kewangan, dan pemasaran. Bidang-bidangnya memerlukan latihan sebelum dapat menjalankan pekerjaan.  Kemahiran Pengurusan  Kemahiran pengurusan atau kebolehan mengurus adalah berhubung dengan proses pengarahan, penyelarasan, atau pengawasan pekerjaan orang lain.
Kepentingan kemahiran teknik atau kemahiran pengurusan bergantung kepada tingkat pengurus itu berada dalam organisasi dan keadaan operasi yang dijalankan. Semakin rendah pangkat seseorang pengurus itu, semakin tinggi ia memerlukan kemahiran teknik untuk menjalankan tugas pada peringkat operasi. Pihak pengurusan ialah gabungan individu yang mengendalikan sesebuah organisasi. Secara akademik definisi seperti ini sangatlah terhad pengertiannya. Oleh kerana pengurusan itu bukannya individu atau sekumpulan individu, maka untuk tujuan kita, ia boleh didefinisikan sebagai proses perancangan, penyusunan, pengarahan, dan pengawalan penggunaan sumber untuk mencapai tujuan dan matlamat organisasi. Empat Fungsi Pengurusan Perancangan, penyusunan, pengarahan, dan pengawalan merupakan empat fungsi asas pengurusan. Perancangan. Sebelum organisasi itu menjalankan kegiatannya, ia mesti merancang, iaitu menentukan terlebih dahulu perkara yang hendak dicapai olehnya. Ini termasuklah menetapkan tujuan, objektif, strategi, program, projek, dan kerja yang akan dimainkan oleh organisasi. Penyusunan. Di dalam penyusunan, sumber manusia dan bahan disusun, dan dibahagikan mengikut gabungan yang tepat bagi menentukan perancangan itu berjalan dan mencapai matlamatnya.
Ini termasuklah menyusun tingkat kuasa, membahagikan unit-unit atau bahagian, serta memilih kakitangan untuk memenuhi jawatan yang diwujudkan. Pengarahan. Pengarahan memberikan panduan, bimbingan, dan perangsang kepada tenaga pekerja untuk mencapai matlamat organisasi. Perkara yang dilakukan termasuklah memberi kepimpinan, dorongan, dan berkomunikasi di dalam organisasi. Pengawalan. Pengawalan merujuk kepada langkah-langkah mengawasi prestasi, membandingkan keputusan dengan matlamat organisasi dan mengambil tindakan yang betul sekiranya berlaku kesisihan. seterusnya akan membincangkan empat fungsi pengurusan dengan lebih mendalam.          Persoalan sama ada pengurusan itu dianggap sebagai satu bidang sains atau seni masih lagi pada peringkat perbincangan dan perdebatan. Gulick menyifatkan pengurusan itu hanya dapat diakui sebagai bidang sains apabila.  Teorinya berkeupayaan untuk memberi panduan dan memberitahu pengurus tentang sesuatu keputusan yang mesti diambil di dalam sesuatu keadaan. Teorinya juga dapat menentukan akibat yang akan berlaku hasil tindakan pengurus. Berdasarkan Gulick, kita boleh menyifatkan bahawa pengurusan itu satu seni kerana keputusan yang diambil oleh pengurus itu berdasarkan pandangan, pertimbangan, dan gerak hati pengurus itu sendiri dengan berpandukan maklumat yang terhad. Kita mengakui bahawa sebahagian aspek pengurusan ada mengandungi ciri-ciri saintifik tetapi pada keseluruhannya pengurusan kekal sebagai seni.
Pengurus yang berada di dalam tingkat pengurusan, sama ada pada peringkat penyeliaan atau sehingga ke peringkat atasan, memainkan peranan sebagai penghubung antara tingkat pengurusan (Rensis Likert, 1961). Menerusi pengurus bahagian (fungsi) yang mewakili bahagian masing-masing, perbincangan, perundingan, dan penyelarasan berhubung dengan tugas, dan tanggungjawab dapat diadakan. Sebarang maklumat dari peringkat bawahan dapat disalurkan ke peringkat atasan menerusi pengurus bahagian. Begitu juga perhubungan dan penyelarasan antara satu bahagian dengan bahagian yang lain tentang sesuatu perkara dapat dibuat dan diselaraskan pada peringkat pengurus. Sumber: Menurut T. Hani Handoko  di dalam buku pengantar manajemen  Edisi Ke 2 (hlm 167_193). Berikut adalah asil wawancara saya dari salah satu mahasiswa  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sdr. Mahiswara  ketika saya menemuinya di kampus USD. Bebincang tentang Apa si  Peran Mahasiswa Dalam Organisasi  Dan Pendidikan?  Tetapi Beliyau lebih khusus berbincang tentang peran mahasiwa dalam pendidikan?   Beliyau mengatakan bahwa: 
Pendidikan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari siklus kehidupan manusia, sebuah fitrah dari makhluk yang dianugrahi akal dan pikiran. Proses pendidikan berjalan sejak dalam kandungan sampai keliang lahat (baca: meninggal dunia). Pendidikan bisa didapat dimana saja dan kapan saja. Proses Budaya  pendidikan yang paling efektif adalah melalui pendidikan formal non formal. Dimana sekolah merupakan perwujudan nyata pendidikan yang dilakukan secara berjenjang atas dasar sistem dan kebijakan tertentu. Jejang pendidikan formal pasca sekolah lanjut atas adalah Perguruan Tinggi. Dimana pendidikan diklarifikasikan berdasarkan konsentrasi bidang keilmuan tertentu. Maka tidaklah mengherankan jika Budaya perguruan Tinggi menjadi pusat perubahan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dimanapun di dunia itu. Itulah salah satu peran dan fungsi Perguruan Tinggi. Dengan menyandang peran yang sangat penting tersebut sudah barang tentu Perguruan Tinggi harus menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap menajdi troble shooter dalam kehidupan di masyarakat. Sekaligus mempu menjawab segala bentuk tantangan selaras dengan kepentingan rakyat banyak. Peran agen of chenge dapat dijadikan alternatif parameter berdasarkan idiologi Perguruan Tinggi atau lebih dikenal dengan istilah Budaya  Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa dan kampus adalah entitas yang tidak dapat dipisahkan dari dunia Pergurna Tinggi. Kampus adalah dunia yang sangat dekat dengan mahasiswa, dimana tidak hanya dihuni oleh mahasiswa, tapi juga dosen, petugas kebersihan, satpam, pegawai administrasi, serta para biokrat yang sangat berperan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, diperlukannya kesejateraan dengan tunjangan sistem baik pendidikan maupun administrasi. Namun hal tersebut bukanlah tanpa kendala. Dimana kecendrungan Budaya  sistem dan kurikulum pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai jati diri bangsa. Kenyataan saat ini lebih menunjukan pada gerak industrialisasi dengan semakin berkembangnya sistem kapitalis. Dibandingkan dengan pemberdayaan sumber daya alam, agraris dan maritim. Ironisnya lagi tidak ditemukan adanya singkronisasi. Padahal, ilmu pengetahuan bukan hanya mempertahankan kebenaran objektif semata, tapi juga harus disesuaikan dengan nilai-nilai sosial, ekonomi, budaya dan agama yang representatif dalam masyarakat bangsa ini. Hal ini menyebabkan, pendidikan yang seharusnya menjadi komunitas ilmiah justru berbalik menjadi sebuah lembaga yang jauh dari agenda kerakyatan. Sistem yang berlaku di Perguruan Tinggi saat ini tidak lebih dari layaknya sebuah pabrik, sebagai produsen bagi tenaga kerja. Pendidikan yang seharusnya menjadi tranformasi nilai-nilai moral yang humanis-religius malah mentaransformasikan nilai-nilai mesin yang mekanistis, sehingga menjadikan manusia yang oportuni, berpikir jangka pendek, dan materelistis. Sejauh pengalaman yang pernah ada, Perguraun Tinggi (baik negeri maupun swasta) masih dominan berdiri di alam lain yang justuru kontra produktif dengan kepentingan rakyak. Kenyataan seperti senada dengan kritikan Ivan Illick dan Paulo Freire terhadap dunia pendidikan di negara berkembang yang justuru tidak menghasilkan apa-apa. Perguruan Tinggi belum menemukan urgensi-nya dalam menyediakan produk unggulan dalam negeri, yaitu mahasiswa. Melihat permasalahan yang ada maka langkah-langkah yang efektif dan konferhensif dengan didukung oleh seluruh civitas akademik. Perlu adanya perubahan paradigma secara struktural maupun kultural tentang esensi pendidikan. Institusi perguraun tinggi harus sadar betul bahwa peningkatan sarana dan prasarana sangatlah penting bagi tercapainya tujuan pendidikan, serta semaksimal mungkin pada usahanya menyelenggarakan proses belajar mengajarkan. Tentunya orientasi studinya terfokus pada pamahaman dan pengembangan ilmiah. Pada umumnya Perguraun Tinggi swasta lebih cendrung meningkatkan kualitasnya pada bidang penyelenggaraan pendidikan dalam meraih kepercayaan pada masyarakat akan keberhasilan program-program pendidikan. Penguasaan kondisi lingkungan dalam proses belajar mengajar akan menajdi motivator pada tinggkat lingkungan pendidikan.
 Dan kuatnya motivator perguaran tinggi akan menjadi katalisator budaya mayarakat diwilayahnya. Hanya terkadang ada beberapa Perguran Tinggi yang mengabaikan, terutama kampus-kampus non-favorit. Sarana dan prasarana infratruktur tidak dikelola dengan baik, tentunya dengan beragam faktor yang mempengaruhinya. Terutama disebabkan rendahnya biaya pendidikan dan jumlah mahasiswa. Hal ini akan semakin parah jika pemegang kebijakan institusi Pendidikan Tinggi tersebut lebih berorienrasi materialistik jangka pendek. Akibatnya kondisi pendidikan dibiarkan. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi dalam lingkup perguran Tinggi adalah hal yang tidak kalah penting. Selama ini kita meyakini bahwa penguasaan teknologi merupakan jawaban dari ketertinggalan yang dialami bangsa ini terhadap bangsa lain. Pemanfaatan teknologi komputerisasi di Perguran Tinggi akan memungkinkan keteraturan administrasi sekaligus dapat mengontrol manajemen pendidikan  dengan mudah.
Dengan pengusaan teknologi diharapkan mahasiswa dapat memperoleh kemudahan administratif dan dalam mengakses ilmu pengetahuan sehingga proses pencerdasan dapat berjalan secara cepat. Pendidikan berbasis teknologi nampak seperti satu-satunya jawaban yang dibutuhkan. Jika itu dapat terlaksana maka institusi Pendidikan Tinggi harus menghargai sisi profesionalisme pendidik. Artinya, bahwa kesejahteraan pendidik dan karyawan adalah akan kretivitas, mobilitas serta yang perubahan secara fundamental yang akan terus maju ke depan dan tidak lagi resah akan dapurnya. Dan pasrah pada “ritualitas pembodohan” yang dia tahu, namun tidak dapat berkutik dirinya. Inilah yang harus terngiang ditelinga “founding education”, sehingga survive tidak ada lagi di kepala dan dada, namun semangat dan peluang-peluang penyadaran akan bangsa ini tertelak di dalam forum yang disebut dengan pendidian harus dapat diterjemahkan secara holistik dan revesioner. Sebab jika hal ini dibiarkan akan sangat rentan terhadap godaan-godaan duniawi yang sama artinya memberi ruang bagi untuk tumbuh subur dalam institusi Pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tak ada kata terlambat tuk berubah. Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu!