OLeh
: Agus Uropka
Mahasiswa
Pada saat ini merupakan harapan terbesar bagi masyarakat daerah maupun Negara
sebagai penyambung lidah rakyat terutama sebagai perubahan di masyarakat (Agen
social of cahange). Sebagai salah satu potensi, mahasiswa sebagai bagian
dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat
langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan
keilmuannya dalam akselerasi perubahan ke arah yang berkeadaban.
Keterlibatan mahasiswa dalam setiap perubahan tatanan kenegaraan selama ini sudah
menjadi jargon dan pilar utama terjaminnya sebuah tatanan kenegaraan yang
demokratis. Romantisme politis antara mahasiswa dengan rakyat terlihat sebagai
fungsinya sebagai social control termasuk terhadap kebijakan menindas.
Kebiasahan Mahasiswa, dalam hal ini sudah menunjukkan diri sebagai salah
satu potensi yang dapat diandalkan dalam upaya menuju tatanan masyarakat yang
berkeadilan.
Dan
distribusinya baik secara kualitas maupun kuantitas dalam segala aspek
kehidupan sosial sudah semestinya diperhitungkan. Bentuk keberhasilan dalam
mewujudkan sebuah tatanan masyarakat berkeadaban di daerah adalah dengan
semakin kecilnya angka kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, peningkatan
taraf ekonomi dan pendidikan, dan lain sebagainya. Namun, itu semua hanya akan
menjadi mimpi belakang manakala semua konsep-konsep yang dibangun dan berbasis
kerakyatan tersebut tidak dibarengi dengan strategi yang matang dan jatu ke
arah tujuan tersebut. Dan maksimalisasi fungsi mahasiswa dan kaum muda dalam
tiap laju demokratisasi merupakan salah satu pilar utama yang perlu
diperhatikan. Sekali lagi, peran mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat
sosial ditunggu. Diharapkan mahasiswa mampu memainkan peran yang strategis.
Kesatuan visi, tekad, dan perjuangan untuk kepentingan masyarakat secara luas,
menjadi pondasi utama peran tersebut saat ini atau nanti. Namun, untuk
mewujudkan hal tersebut, sekali lagi, perlu pemetaan, perumusan, dan penelaahan
metode penerapan fungsi mahasiswa dalam kancah epistemologi keumatan tersebut.
Berikut
adalah asil wawancara saya dari salah satu Dosen Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. ketika saya menemuinya dan bertanya
tentang Apa Peran Mahasiswa Dalam
Organisasi Dan Pendidikan? Beliyau mengatakan bahwa banyak Mahasiswa
yang aktif ber-organisasi secara konsisten semata-mata memiliki pemahaman bahwa
organisasi merupakan sebuah budaya sarana yang efektif dalam
meng-kader dirinya sendiri untuk ke depan. Sebagian di antaranya masih
mempunyai keyakinan pandangan bahwa organisasi merupakan tempat menimba
ilmu yang tidak terbatas hanya pada pelajaran. Dengan bergabung aktif
dalam organisasi yang bersifat kelompok ataupun individu akan
berefek kepada perubahan yang signifikan terhadap wawasan, cara berpikir,
pengetahuan dan ilmu-ilmu sosialisasi, kepemimpinan serta menajemen
kepemimpinan yang notabene tidak diajarkan dalam kurikulum normatif
Perguruan Tinggi. Namun, dalam ber-organisasilah dapat diraih dengan
memanfaatkan statusnya sebagai kebiasaan mahasiswa.
Pemahaman
arti penting sebuah organisasi dan aktivitas organisasi mahasiswa adalah salah
satu persoalan yang pertama-tama harus diluruskan. Adanya anggapan bahwa
ber-organisasi berarti berdemonstrasi, atau ber-organisasi khusunya di luar
kampus tidak lebih dari sekadar membuang sebagian waktu, energi, ajang mencari
kawan atau mencari jodoh merupakan bukti adanya kesalapahaman tentang presepsi
sebagian mahasiswa tentang organisasinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka
organsiasi dituntut untuk terus meningkatan kualiatas dirinya. Dan peningkatan
pelayanan terhadap masyarakat mahasiswa. Sebagai miniatur pemerintahan negara
dalam penyelenggaraan negara yang semestinya dilakukan oleh aparatur negara.
Maka, organisasi harus meng-adopsi prinsip-prinsip pemerintahan layaknya dalam
sebuah negara dan dikolaborasikan dengan prinsip sebagai organisasi pengkaderan
dan perjuangan. Dengan demikian, satu media yang dapat membentuk kematangan
mahasiswa dalam hidup bermasyarakat ialah organisasi. Dengan senantiasa
ber-organisasi maka mahasiswa akan senantiasa terus berinteraksi dan
beraktualisasi, sehingga menjadi pribadi yang kreatif serta dinamis dan lebih
bijaksana dalam persoalan yang kita hadapi. Ujar Bapak C. Teguh
Sambil terseyum di depan ruangan II/K 45 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Pada kesempatan ini saya akan menulis berbagai faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi yaitu yang pertama dari
segi Budaya. Adanya konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar
oraganisasi menjadi bagian yang erat kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan
organisasi. Maka muncullah istilah “Budaya Organisasi”. secara sederhana budaya
organisasi dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai dan cara bertindak yang
dianut organisasi (beserta para anggotanya) dalam hubungannya dengan pihak
luar. Secara umum, perusahaan atau organisasi terdiri dari sejumlah orang
dengan latar belakang kepribadian, emosi dan ego yang beragam. Hasil
penjumlahan dan interaksi berbagai orang tersebut membentuk budaya organisasi
baik secara kelopok maupun individu .
Yang
kedua Leadership, leadership yaitu Kepemimpinan meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku-
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya.
Kepemimpinan
mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga
pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, maupun
atasan pimpinan itu sendiri. Yang ketiga yaitu Iklim Organisasi,
iklim organisasi merupakan karakteristik yang membedakan satu organisasi dengan
organisasi lainnya dan mempengaruhi orang-orang dalam organisasi tersebut.
Beberapa faktor yang dapat mempngaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam
bekerja dapat dikategorikan sebagai Tujuan Visi, misi dan tujuan yang jelas
akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi,
misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para
anggota. Tantangan Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut
"fight atauflight syndrome". Ketika dihadapkan pada suatu tantangan,
secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan
tersebut (fight) atau menghindar (flight).
Dalam
banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai
kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.
Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Sebuah team
tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana
caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval.
Salah satu kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas
memiliki tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu
sulit, mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka team
bisa saja menyerah sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah
maka team juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan
menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya. Keakraban Team yang sukses
biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa
senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha keras
untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan
interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar
terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama
anggota team. Tanggungjawab Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika
diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu
otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Team yang diberi
tanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memilikimotivasi
kerja yang tinggi.
Kesempatan
untuk maju. Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan
diri,mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan
yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasabahwa team
tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut
di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting
mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu
dalam meningkatkan harga diri. Kepemimpinan Tidak dapat dipungkiri bahwa
leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitment
dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi
team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga
dapat memahami faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan
diatas. Mungkin ketika kalian membaca tulisan ini, kalian pasti langsung
mengatakan kalau organisasi itu
dapat menyebabkan nilai matakuliah mahasiswa yang sependapat dengan saya kalau
organisasi itu dapat meningkatkan nilai matakuliah. Ya, mungkin ada setuju atau
tidak mengenai hal ini, karena keadaannya pasti berbeda antara mahasiswa yang
satu dengan lainnya. Oleh karena itu, saya cuman ingin membahas kalau memang
benar organisasi itu dapat meningkatkan atau bahkan mendongkrak nilai
kita. Kecuali, organisatoris yang memang malas kuliah ya hal ini tidak berlaku
untuk pemalas. Mengapa organisasi bisa mendongkrak nilai jongkok bahkan tiarap
menjadi berdiri bahkan bisa menerbangkan diri kalian? Pertama dan yang
paling penting adalah organisasi mengajarkan keterampilan berbicara depan umum
(komunikasi dua arah). Mungkin kita adalah salah satu mahasiswa yang merasa
masih gugup berbicara depan umum walaupun hanya di dalam kelas yang di depan
kita itu cuman dosen dan teman-teman perkuliahan tersebut. Malahan ada
mahasiswa yang bukan hanya takut berbicara depan teman dan dosennya, bahkan
sekedar tunjuk tangan untuk bertanya atau menjawab saja tetapi takutnya
salah bicara.
Ya,
kuncinya berbicara dan komunikasi dua arah. Organisatoris diharapkan dapat
menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan terstruktur dan tidak
bertele-tele. Ingat, keterampilan ini tidak akan diajarkan pada matakuliah
apapun. Oleh karena itu, dengan berorganisasi kita bisa belajar bagaimana
berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Biasanya organisasi selalu memberikan
tanggung jawab kepada seorang anggotanya untuk memegang suatu kepanitiaan atau
mengisi sebuah acara organisasi. Nah, kita sebagai anggota yang peduli terhadap
organisasi pasti akan berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan tanggung jawab
tersebut agar tidak mengecewakan organisasi, senior, junior dan diri sendiri. Dengan menjadi panitia
pelaksana atau pengisi acara keorganisasian, pasti kita akan dihadapkan pada situasi
untuk melakukan komunikasi dengan orang lain diluar organisasi kita atau kita
pasti berusaha sekeras mungkin untuk memberikan yang terbaik pada saat kita
tampil dan berbicara di depan para undangan saat menjadi pengisi acara
organisasi. Kemampuan berbicara ini pasti akan tertular pada saat kita kuliah,
sehingga jika kita disuruh oleh dosen untuk presentase, diskusi, bertanya atau
menjawab kita pasti bisa karena sudah terbiasa melakukannya di organisasi.
Berbicara depan orang banyak saja sudah terbiasa, apalagi cuman berbicara depan
dosen dan teman-teman perkuliahan.
Nah, akibat dari keterampilan berbicara depan
umum ini adalah kita menjadi mahasiswa yang aktif dalam kelas dan ini akan
menjadi penilaian plus tersendiri bagi dosen matakuliah dibandingkan dengan
teman yang pasif dan hanya serius mengikuti/mendengarkan teman atau dosen yang
berbicara mengenai suatu permasalahan yang dibahas dalam perkuliahan. Jadi,
kita sudah mengerti kalau organisasi itu tidak akan merugikan atau bahkan
mengganggu nilai perkuliahan kita. Setiap pendirian organisasi pastinya
memiliki serangkaian tujuan. Salah satunya adalah menjadi organisasi yang
berumur panjang, tetap ada lingkungan di sekitar organisasi tersebut mengalami
perubahan yang berkelanjutan. Tujuan organisasi merupakan hal utama dalam
penyusunan struktur (bagan) organisasi, sehingga pembagian dan pengelompokan
tugas yang harus dilaksanakan organisasi secara keseluruhan dapat dengan jelas
mengambarkan. Struktur organisasi merupakan cerminan dari kondisi organisasi
yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas-tugas guna mencapai tujuan
organisasi. Tugas-tugas tersebut dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi
sesuai dengan pengelompokan dan pembagian tugasnya dan fungsinya. Dengan
demikian penyusunan struktur organisasi, pada awal pendiriannya, haruslah
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dilakukannya perubahan guna menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi di sekelilingnya.
Penyusunan
struktur organisasi dilakukan untuk menggambarkan kondisi organisasi dalam
pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang ada guna mencapai tujuan organisasi
tersebut. Menurut T. Hani
Handoko di dalam buku pengantar manajemen (hal: 167-193) mengatakan bahwa
Dengan demikian, pada struktur organisasi dapat dilihat beberapa hal: (1).
Pembagian dan pengelompokan tugas (2). Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada
masing-masing kelompok tugas (3). Hubungan tanggung jawab dan wewenang
setiap orang yang ber tugas (4). Hubungan setiap kelompok punya tugas
(5). Aliran pekerjan, (6). Hubungan perintah dan hubungan koordinasi, 7).
Aliran informasi yang diperlukan setiap kelompok pekerjaan (8). Gambaran
wewenang yang terdapat pada setiap kelompok organisasi. Struktur organisasi
disusun berdasarkan 4 pilar yaitu: (1). Pembagian dan pengelompokan tugas
(2). Departementasi (3). Hirarki (4). Koordinasi. Penyusunan
struktur organisasi pada setiap organisasi dilakukan mengingat banyaknya
pekerjaan yang harus dihadapi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dan
seluruh pekerjaan tidak mungkin dilakukan hanya oleh satu orang ketua
melainkan oleh semua anggota organisasi. Hal ini sesuai dengan pemahaman bahwa
ketua memiliki tugas mencapai tujuan organisasi melalui pelaksanaan
pekerjaan oleh orang lain. Selain itu, penyusunan struktur organisasi haruslah
memperhatikan kemungkinan dilakukannya perubahan guna menyesuaikan dengan
kondisi perubahan yang ada. Struktur organisasi disusun untuk mendukung
kelancaran dan kemudahan pelaksanaan tugas dalam organisasi sehingga mampu
dilakukan secara bersamaan dan saling mendukung satu dengan lainnya. Hal ini
penting dilakukan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Tujuan organisasi,
sebagaimana ditetapkan para pendiri organisasi, merupakan titik yang menjadi
fokus utama semua kegiatan. Tujuan organisasi bersifat tetap dan
mengikat. Namun demikian dalam pelaksanaannya, pencapaian tujuan
organisasi haruslah memperhatikan kondisi di sekitar organisasi yang selalu
berubah. Demikian pula dengan struktur organisasi yang perlu terus disesuaikan
dengan perubahan yang ada. Namun, perubahan harus tetap memperhatikan banyaknya
pekerjaan yang harus diselesaikan dan besarnya dana yang harus disediakan
sebagai konsekuensi dari setiap perubahan yang dilakukan. Jadi jelas bahwa
struktur organisasi yang dibentuk sejak awal pendirian organisasi harus
memiliki “keajegan” dalam menuju pencapaian tujuan organisasi dan harus
pula fleksibel dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di lingkungan sekitar. Tugas seorang ketua dengan ketajaman
intuisinya, untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan perubahan dalam struktur
organisasinya.
Konsekuensi
yang menyertai sebuah perubahan harus dihadapi dan ditanggung oleh organisasi
mengingat kegiatan organisasi diharapkan dilakukan dalam waktu yang lama dan
berumur panjang. Sebelum seseorang itu meninjau dengan lebih mendalam tentang
konsep pengurusan secara menyeluruh, eloklah sekiranya seseorang itu memahami
dengan lebih jelas tentang organisasi dan ciri-cirinya. Kefahaman yang mendalam
tentang konsep organisasi itu penting kerana pengurusan dan organisasi
merupakan satu hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Wujudnya sesebuah
organisasi itu sama ada organisasi kecil atau besar, swasta atau awam
memerlukan pengurusan atau pengendalian aktiviti-aktiviti organisasi.
Organisasi dapat didefinisikan sebagai satu unit sosial yang terdiri daripada
manusia yang bekerjasama dan saling bergantung antara satu dengan lain bagi
mencapai matlamat individu, kumpulan, dan organisasi. Definisi di atas
menjelaskan unsur-unsur yang perlu ada di dalam sesebuah organisasi: organisasi
sebagai satu unit sosial, penyatuan usaha, dan hubungan antara seorang individu
dengan individu yang lain. Apabila organisasi itu dianggap sebagai unit sosial,
ini bermakna ia mempunyai beberapa orang pekerja yang telah diberi peranan
tertentu untuk menjalankan sesuatu tugas. Mereka perlu bekerjasama dan
berhubung antara satu dengan lain bagi menyiapkan sesuatu tugas itu. Sekiranya
mereka ini menjalankan tugas tanpa memerlukan perkhidmatan dan kerjasama
daripada pihak lain, sudah tentu tugas yang dijalankan itu tidak dapat
disiapkan seperti yang dikehendaki sama ada dari segi masa, kualiti, kuantiti,
dan penentuan-penentuan lainnya. Sesebuah organisasi
yang telah dibentuk akan melambangkan identitinya yang tersendiri. Misalnya,
sebuah universiti seharusnya melambangkan tempat untuk menimba ilmu, sebagai
sebuah pusat penyelidikan, dan juga sebagai sebuah institusi yang memberi
perkhidmatan dan sumbangan kepada masyarakat sama ada dalam bentuk bimbingan
atau khidmat nasihat, dan pengajaran dan pembelajaran lain. Untuk mencerminkan
identiti atau nilai-nilai tinggi sebagai sebuah menara gading, universiti
hendaklah memainkan peranan yang diharapkan oleh masyarakat kampus khususnya
dan masyarakat awam amnya. Dengan demikian fungsi sesebuah universiti itu
didapati berbeza dengan organisasi-organisasi lain yang mempunyai objektif
tertentu. Di dalam sesebuah organisasi, sama ada organisasi kecil atau besar,
ia mempunyai hierarki atau tingkat autoriti. Jika dibandingkan antara kedua-dua
organisasi kecil dan besar, sudah tentu ia berbeza dari segi bilangan hierarki
(tingkat) aktiviti dan bilangan kakitangan pengurusan. Di dalam sesebuah
organisasi, terdapat pembahagian kerja berdasarkan jenis pekerjaan atau
bahagian yang diwujudkan. Pada umumnya, organisasi pembuatan mewujudkan
bahagian-bahagian seperti bahagian pengeluaran dan pentadbiran. Di bahagian
pentadbiran, terdapat beberapa unit lain seperti personel, pemasaran, dan
kewangan.
Organisasi
yang mempunyai tiga bahagian itu beroperasi secara pembahagian kerja mengikut
tanggungjawab yang tertentu. Bagi menentukan aktiviti organisasi supaya
berjalan dengan lebih teratur seperti yang dirancangkan, ia memerlukan sistem
pengawasan, penyelarasan dan pengawalan ke atas perjalanan aktiviti. Dengan
demikian, di dalam sesebuah organisasi, peraturan, dasar, prosedur, dan sistem
hubungan hendaklah dijelaskan kepada kakitangan dengan jelas dan nyata.
Keempat-empat ciri yang disebutkan di atas hendaklah wujud di dalam sesebuah
organisasi. Penentuan sama ada organisasi itu berkesan, efisien atau tidak,
bergantung kepada sejauh mana keempat-empat ciri itu diseleng-garakan, disusun,
dan diamalkan. Apabila organisasi telah diwujudkan mengikut keempat-empat ciri
seperti yang diterangkan di atas, masalah yang akan timbul ialah bagaimana
organisasi itu harus diuruskan dengan sempurna, berkesan dan mencapai matlamat
yang dirancangkan. Tanpa pengurusan yang betul, pelbagai masalah mungkin akan
timbul, baik dari segi kewangan, pemprosesan, dan inventori hinggalah kepada
masalah peribadi di kalangan para pekerja. Kita pernah mendengar dari media
massa tentang beberapa organisasi perniagaan khususnya, yang telah gagal bukan
semata-mata kerana masalah persaingan tetapi juga disebabkan oleh pergolakan di
dalam organisasi itu sendiri seperti tidak ada persefahaman antara pihak atasan
dengan peringkat bawahan, perancangan dan ramalan yang tidak tepat, pembaziran
sumber atau penyusunan struktur yang mengelirukan. Pengurusan, pada amnya dapat
didefinisikan seperti berikut: Pengurusan sebagai proses perancangan,
penyusunan, pengarahan, dan pengawalan usaha ahli-ahli organisasi dan
menggunakan semua sumber organisasi untuk mencapai matlamat organisasi.
Pengurusan
sebagai proses pengarahan, penyelarasan, dan pengaruh ke atas operasi
organisasi untuk mencapai matlamat yang dikehendaki dan prestasi sepenuhnya.
Definisi di atas, walaupun mempunyai sedikit perbezaan dari segi bilangan dan
jenis fungsi pengurusan, tetapi kedua-dua definisi itu mengandungi perkataan
"proses" dan "matlamat". Ini bermakna, dua aspek penting di
dalam pengurusan ialah. Pengurusan sebagai proses: Menjalankan kerja secara
sistematik serta memerlukan hubungan tertentu antara satu aktiviti dengan satu
aktiviti yang lain. Mencapai matlamat organisasi: Apabila aktiviti organisasi
itu berjalan dengan teratur dan berhubung atau membantu antara satu dengan
lain, maka matlamat organisasi itu dapat dicapai. Matlamat organisasi dapat
berbentuk kualitatif (subjektif) atau kuantitatif (objektif). Proses atau fungsi pengurusan dapat dibahagikan kepada
beberapa fungsi bergantung kepada cara kita mengelaskan fungsi-fungsi
perancangan, penyusunan, penyelarasan, penstafan, dan pengawalan.
Pada
amnya, fungsi pengurusan dibahagikan kepada empat sahaja, iaitu perancangan, penyusunan,
pengarahan, dan pengawalan. Perancangan ; pihak pengurusan memulakan aktiviti
organisasi, perancangan hendaklah dibuat terlebih dahulu. Pada peringkat
perancangan, perkara yang perlu dipersoalkan adalah seperti berikut. Tujuan dan
objektif: Ini termasuk mengenal pasti perkara yang ingin dicapai oleh sesebuah
organisasi berdasarkan matlamat penubuhan organisasi tersebut dan prestasi yang
diinginkan seperti kadar pertumbuhan organisasi atau peratusan keuntungan dan
lain-lain. Strategi organisasi: Apabila matlamat dan tujuan telah ditakrifkan
dengan jelas, organisasi perlu mencari jalan (strategi) untuk mencapai matlamat
dan tujuan seperti yang diharapkan itu. Di dalam strategi, pihak pengurusan
akan membincangkan perkara seperti strategi pemasaran yang meliputi perletakan
harga, perluasan pasaran atau perbezaan barangan agar organisasi itu dapat
bersaing dengan pihak luar. Langkah seterusnya, pihak pengurusan harus mengatur
program atau projek mengikut strategi yang berasaskan matlamat organisasi. Penyusunan
: Penyusunan melibatkan kerja menstruktur organisasi dan penstafan (proses
pengambilan kakitangan). Struktur organisasi menunjukkan pembahagian kerja
mengikut aktiviti (pemasaran, kewangan, pemprosesan dan lain-lain), tingkat
(hierarki) autoriti, penyelarasan melalui peraturan dan dasar serta prosedur
yang dibuat. Penstafan meliputi perancangan sumber manusia, pengambilan dan
pemilihan kakitangan, orientasi dan latihan, penilaian prestasi, sistem
pampasan (gaji, upah, dan faedah), program peningkatan produktiviti dan
kualiti, program keselamatan dan kesihatan kakitangan, dan program kebajikan
dan perkhidmatan kakitangan. Pengarahan : Merupakan fungsi penting untuk
menjamin aktiviti organisasi berjalan dengan teratur dan sempurna dalam suasana
yang harmoni.
Untuk
mencapai matlamat ini faktor-faktor motivasi, kepimpinan, dan sistem komunikasi
perlu diberi perhatian oleh pihak pengurusan. Pengawalan: Pengawalan merupakan
fungsi terakhir untuk menentukan bahawa prestasi organisasi telah dicapai
mengikut perancangan; masalah dalam penyusunan dikenal pasti dan langkah
tertentu diambil; faktor-faktor di dalam organisasi, keinginan dan sifat
kakitangan yang ada hubungan dengan prestasi dan tingkah laku perlu diberi
perhatian dan diawasi. Pengurusan diperlukan di dalam
semua organisasi, tidak kira sama ada organisasi itu kecil atau besar, swasta
atau badan kerajaan. Fungsi pengurusan bukan saja merupakan tanggungjawab
seorang pengurus besar atau pengarah tetapi juga tanggungjawab penyelia atau
ketua bahagian yang berada di dalam organisasi. Kita pernah mendengar kata-kata
seperti: "Masalah yang timbul itu adalah dari pihak pengurusan... ".
Pernyataan seperti ini dimaksudkan kepada mereka yang menduduki tingkat atas di
dalam organisasi, padahal kelemahan dan masalah yang timbul itu berpunca dari
semua pihak pada peringkat pengurusan. Dalam konteks pengurusan, pengurus
dimaksudkan kepada mereka yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan orang lain
pada semua peringkat. Setiap pengurus mempunyai tugas dan tanggungjawab yang
tertentu, antaranya.
Pengurus
ialah penyelaras dan pengarah di dalam organisasi yang mengawasi aliran kerja
serta menyatupadukan semua unsur organisasi. Mereka mempunyai kuasa yang
diberikan untuk mengarah orang lain yang berada di bawah tanggungjawabnya.
Pengurus bertanggungjawab menggunakan segala sumber dengan efisien untuk
mencapai matlamat yang telah ditetapkan Pengurus juga tidak boleh lari daripada
bertanggungjawab ke atas kegagalan dan kejayaan orang di bawah jagaannya.
Kegagalan dan kejayaan itu mencerminkan prestasi pengurus berkenaan. Pengurus
mengimbangkan matlamat dan menetapkan prioriti seperti menjalankan kerja yang
penting dahulu atau dengan serta-merta.Pengurus mewujudkan matlamat,
perancangan, dasar, dan mengimple-mentasikan strategi. Aktiviti pengurusan
berbeza mengikut tingkatan di dalam organisasi. Misalnya, pengurus atasan
menggunakan kebanyakan masa mereka di dalam perancangan jangka panjang,
perhubungan awam, membuat dasar serta menganalisis perkara-perkara yang berlaku
di persekitaran luaran.
Pengurus
pertengahan atau penyelia sebaliknya memainkan peranan yang lebih di dalam
penyelarasan dan pengawalan kerja pada peringkat operasi. Satu kenyataan yang
harus kita terima ialah pengurus lebih berhadapan dengan faktor-faktor yang tidak
dapat dikawal daripada faktor-faktor yang boleh dikawal. Misalnya, sumber
selalunya terhad, kuasa yang diberikan terbatas, pihak atasan mengharapkan
sesuatu yang mesti dicapai dan permintaan orang bawahan memerlukan
pertimbangan. Oleh yang demikian, untuk membolehkan sesuatu perkara itu
dilaksanakan, pengurus memerlukan kepakaran, keyakinan, dan mempunyai
kesabaran. Tingkat Pengurusan: Sudah menjadi kebiasaan
untuk membezakan kedudukan pengurus mengikut hierarki kuasa atau pangkat di
dalam organisasi. Perbezaan ini dapat dilihat di dalam rajah hierarki
pengurusan. Pengurus yang menduduki peringkat atasan ini terdiri daripada Ketua
Eksekutif, Presiden atau Pengurus Besar yang menetapkan matlamat dan menentukan
ia tercapai mengikut tujuan organisasi.
Pengurus
atasan ini juga meneliti perkembangan dan peluang yang berlaku di persekitaran
luaran supaya organisasi itu dapat menyesuaikan diri kepada perubahan yang
berlaku. Pengurus Pertengahan : Tugas pengurus pada peringkat ini, termasuklah
menyelaras dan menyatupadukan aktiviti bahagian untuk mencapai matlamat yang
telah ditetapkan oleh pihak atasan. Mereka pada peringkat ini terdiri daripada
Pengurus Personel dan lain-lain. Pengurus Bawahan: Penyelia, Fomen, dan Ketua
Kumpulan adalah antara mereka yang dimasukkan ke dalam kategori pengurus
bawahan. Tugas mereka mengawasi pekerjaan harian di bahagian operasi seperti
bahagian pengeluaran agar pengeluaran itu mengikut perancangan yang telah
ditetapkan oleh pihak pengurusan pertengahan dan bawahan.
Apabila seseorang pengurus memasuki organisasi, tidak kira sama ada organisasi
swasta atau kerajaan, ia diberikan autoriti rasmi dan juga pangkat untuk
menjalankan tugas dan tanggungjawab. Apabila pengurus itu mempunyai autoriti
dan pangkat di dalam organisasi, misalnya sebagai seorang ketua jabatan atau
ketua bagi keseluruhan organisasi, maka peranannya selain tugas rasmi, menjadi
lebih kompleks lagi. Henry Mintzberg
membahagikan peranan pengurus kepada tiga bahagian: Peranan sebagai penghubung
atau orang perantaraan.
Peranan
sebagai penyebar atau penyampai maklumat. Peranan sebagai pembuat keputusan. Di
bawah ialah petikan dari pada Henry Mintzberg, The manager's job: folklore
and fact. Peranan Penghubung Individu Terdapat tiga peranan pengurus
sebagai penghubung individu. Peranan-peranan ini datangnya terus daripada
autoriti yang dipunyai oleh beliau. Sebagai
orang terpenting. Pertama ialah peranan sebagai orang terpenting. Oleh
kerana pengurus itu mempunyai pangkat sebagai seorang ketua unit organisasi,
maka beliau mestilah menjalankan tanggungjawab yang bersifat sosial. Sebagai
contoh, seorang pengurus itu perlu menghadiri majlis perkahwinan kakitangan
bawahannya atau seorang pengurus pemasaran melayani pelanggannya di majlis
jamuan. Walaupun peranan ini tidak memerlukan keputusan penting diambil dan
kadang-kadang dianggap biasa, tetapi ia penting demi untuk mengeratkan
perhubungan dan rasa tanggungjawab sebagai seorang ketua yang dihormati. Sebagai pemimpin. Oleh kerana
pengurus itu bertanggungjawab kepada unit organisasi, maka ia bertanggungjawab
ke atas kerja-kerja kakitangan unit tersebut. Setiap pengurus memainkan peranan
sebagai pemimpin yang mendorong dan menggalakkan pekerja untuk bekerja dan
menentukan bahawa matlamat mereka itu sealiran dengan matlamat organisasi. Sebagai pegawai perhubungan. Sebagai
pegawai perhubungan, pengurus harus mengadakan hubungan dengan pihak luar untuk
mendapatkan maklumat tentang perkembangan yang berlaku di luar organisasi.
Perhubungan
ini dapat dilakukan secara tidak rasmi atau secara persendirian tetapi mestilah
berkesan. Peranan Penyampai Maklumat Oleh kerana pengurus itu adalah
penghubung individu, maka ia dianggap sebagai nadi penting di dalam unitnya. Ia
mungkin tidak mengetahui segala-galanya tetapi ia tentu mengetahui lebih daripada
kakitangan lain hasil hubungannya dengan kakitangan di dalam dan pihak luar. Sebagai
pengawas. Sebagai pengawas, pengurus menjelajahi persekitaran untuk
mendapatkan maklumat. Maklumat dapat diperolehi melalui perbualan, percakapan,
dan secara spekulasi. Memandangkan pengurus itu berhubung dengan pihak lain,
maka ia mempunyai kelebihan mengumpulkan maklumat untuk organisasi. Sebagai
penyampai. Pengurus mestilah berkongsi dan membaha-gikan maklumat yang
diterima dari pihak luar. Sebagai penyampai, pengurus perlu memberikan
sebahagian daripada maklumat yang diperolehi itu terus kepada kakitangan
bawahannya yang tidak berpeluang mendapatkan maklumat tersebut.
Apabila kaki-tangannya mempunyai kesukaran
untuk berhubung dengan kakitangan yang lain, maka pengurus kadang kala
hendaklah menghantarkan maklumat tersebut terus kepada kakitangan yang lain
itu. Sebagai jurucakap. Sebagai jurucakap, pengurus menghantarkan
sebahagian maklumatnya kepada mereka yang di luar dari unitnya. Sebagai contoh,
seorang penyelia pengeluaran di sebuah gedung mencadangkan kepada pihak
pembekal supaya mengubah jadual bekalannya untuk memenuhi jadual pengeluaran
gedungnya. Peranan sebagai Pembuat Keputusan Maklumat adalah bahan
asas di dalam membuat keputusan. Pengurus memainkan peranan yang penting untuk
membuat keputusan di unitnya. Dengan autoriti yang ada, pengurus dapat
bertanggungjawab dan melibatkan diri di dalam sesuatu tindakan; dan sebagai
nadi di dalam sebuah organisasi, pengurus harus mempunyai maklumat yang lengkap
dan kemaskini untuk membuat keputusan tentang strategi unitnya. Empat peranan
yang menghuraikan pengurus sebagai pembuat keputusan adalah seperti berikut:
Pertama
Sebagai usahawan. Sebagai usahawan, pengurus cuba
membaiki unitnya dan menyesuaikannya dengan keadaan persekitaran yang
berubah-ubah. Sebagai pengawas, pengurus hendaklah berada dalam keadaan
berjaga-jaga untuk mendapatkan ilham baru. Apabila ilham yang baik didapati,
beliau akan memulakan projek itu secara bersendiri dahulu atau beliau boleh
mendelegasikan projek tersebut kepada kakitangannya. Sesuatu projek itu,
melibatkan perkara seperti barangan baru, kempen perhubungan awam, peraliran
dana yang kemaskini, penyusunan semula bahagian yang lemah, penyelesaian
masalah imej di divisi luar negeri, menyatupadukan operasi komputer dan
lain-lain. Kedua Sebagai pengawal gangguan. Oleh kerana perubahan
yang berlaku itu di luar kawalan pengurus, maka ia mestilah mengambil tindakan
tertentu untuk mengelakkan keadaan daripada menjadi bertambah teruk dan tidak terkawal.
Dalam kejadian seperti pelanggan utama telah ditimpa kebankrapan atau pembekal
telah melanggar kontrak atau berlakunya mogok oleh pekerja, maka pengurus
hendaklah menumpukan masanya untuk mengatasi masalah tersebut. Gangguan yang
berlaku itu bukanlah disebabkan pengurus lemah dan tidak menghiraukan keadaan,
tetapi juga kerana ia tidak dapat meneka akibat tindakan yang telah diambil,
sekalipun ia seorang pengurus yang baik. Ketiga Sebagai pembahagi
sumber. Peranan pembuat keputusan yang ketiga ialah sebagai pembahagi
sumber.
Pengurus
bertanggungjawab untuk menentukan pihak yang akan mendapat sesuatu dan
banyaknya. Sumber yang penting, pengurus itu harus memperuntukkan masanya
kepada kakitangan supaya mereka dapat berhubung dengannya yang dianggap sebagai
nadi dan pembuat keputusan. Pengurus juga bertanggungjawab dalam membentuk unit
struktur, perhubungan rasmi dan menentukan cara sesuatu kerja itu dibahagikan
dan diselaraskan. Pengurus juga meluluskan keputusan penting sebelum
mengimplementasikannya. Dengan menetapkan kuasa ini, pengurus dapat menentukan
bahawa keputusan yang dibuat itu mempunyai hubungan dengan perjalanan aktiviti
dan fungsi-fungsi di dalam organisasi. Ke empat Sebagai
perunding. Pengurus menghabiskan masa yang sewajarnya di dalam perundingan.
Sebagai contoh, pengurus besar mengadakan perundingan dengan kesatuan sekerja
atau pengurus jualan mengadakan perundingan kontrak dengan pembeli atau
pengurus akan berunding dengan penyelia tentang isu-isu kerja dan lain-lain.
Perundingan diibaratkan sebagai satu tugas penting memandangkan pengurus
mempunyai autoriti dan maklumat yang cukup untuk mengadakan perundingan. Sebahagian besar masa seseorang pengurus itu digunakan
untuk berkomunikasi, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Sekiranya pengurus itu mencapai prestasi yang tinggi, ini bererti beliau telah
berkesan melalui proses yang tersebut di atas. Dalam hal kebolehan seseorang
pengurus itu, mereka yang tidak faham dengan pengertian kemahiran atau
kebolehan menganggap bahawa kemahiran teknik dan kemahiran pengurusan sama.
Padahal kedua-dua kemahiran itu dapat kita definisikan secara berasingan dan
berbeza. Kemahiran Teknik Kemahiran teknik adalah kemahiran atau
kebolehan yang khusus dalam sesuatu bidang. Contohnya, kemahiran dalam bidang
kejuruteraan, pengeluaran, kewangan, dan pemasaran. Bidang-bidangnya memerlukan
latihan sebelum dapat menjalankan pekerjaan. Kemahiran Pengurusan Kemahiran
pengurusan atau kebolehan mengurus adalah berhubung dengan proses pengarahan,
penyelarasan, atau pengawasan pekerjaan orang lain.
Kepentingan
kemahiran teknik atau kemahiran pengurusan bergantung kepada tingkat pengurus
itu berada dalam organisasi dan keadaan operasi yang dijalankan. Semakin rendah
pangkat seseorang pengurus itu, semakin tinggi ia memerlukan kemahiran teknik
untuk menjalankan tugas pada peringkat operasi. Pihak
pengurusan ialah gabungan individu yang mengendalikan sesebuah organisasi. Secara akademik
definisi seperti ini sangatlah terhad pengertiannya. Oleh kerana pengurusan itu
bukannya individu atau sekumpulan individu, maka untuk tujuan kita, ia boleh
didefinisikan sebagai proses perancangan, penyusunan, pengarahan, dan
pengawalan penggunaan sumber untuk mencapai tujuan dan matlamat organisasi. Empat
Fungsi Pengurusan Perancangan, penyusunan, pengarahan, dan pengawalan
merupakan empat fungsi asas pengurusan. Perancangan. Sebelum organisasi
itu menjalankan kegiatannya, ia mesti merancang, iaitu menentukan terlebih
dahulu perkara yang hendak dicapai olehnya. Ini termasuklah menetapkan tujuan,
objektif, strategi, program, projek, dan kerja yang akan dimainkan oleh
organisasi. Penyusunan. Di dalam penyusunan, sumber manusia dan bahan
disusun, dan dibahagikan mengikut gabungan yang tepat bagi menentukan
perancangan itu berjalan dan mencapai matlamatnya.
Ini
termasuklah menyusun tingkat kuasa, membahagikan unit-unit atau bahagian, serta
memilih kakitangan untuk memenuhi jawatan yang diwujudkan. Pengarahan.
Pengarahan memberikan panduan, bimbingan, dan perangsang kepada tenaga pekerja
untuk mencapai matlamat organisasi. Perkara yang dilakukan termasuklah memberi
kepimpinan, dorongan, dan berkomunikasi di dalam organisasi. Pengawalan.
Pengawalan merujuk kepada langkah-langkah mengawasi prestasi, membandingkan
keputusan dengan matlamat organisasi dan mengambil tindakan yang betul
sekiranya berlaku kesisihan. seterusnya akan membincangkan empat fungsi
pengurusan dengan lebih mendalam.
Persoalan sama ada pengurusan itu dianggap sebagai satu bidang sains atau seni
masih lagi pada peringkat perbincangan dan perdebatan. Gulick menyifatkan
pengurusan itu hanya dapat diakui sebagai bidang sains apabila. Teorinya
berkeupayaan untuk memberi panduan dan memberitahu pengurus tentang sesuatu
keputusan yang mesti diambil di dalam sesuatu keadaan. Teorinya juga dapat
menentukan akibat yang akan berlaku hasil tindakan pengurus. Berdasarkan
Gulick, kita boleh menyifatkan bahawa pengurusan itu satu seni kerana keputusan
yang diambil oleh pengurus itu berdasarkan pandangan, pertimbangan, dan gerak
hati pengurus itu sendiri dengan berpandukan maklumat yang terhad. Kita
mengakui bahawa sebahagian aspek pengurusan ada mengandungi ciri-ciri saintifik
tetapi pada keseluruhannya pengurusan kekal sebagai seni.
Pengurus
yang berada di dalam tingkat pengurusan, sama ada pada peringkat penyeliaan
atau sehingga ke peringkat atasan, memainkan peranan sebagai penghubung antara
tingkat pengurusan (Rensis Likert, 1961). Menerusi pengurus bahagian (fungsi)
yang mewakili bahagian masing-masing, perbincangan, perundingan, dan
penyelarasan berhubung dengan tugas, dan tanggungjawab dapat diadakan. Sebarang
maklumat dari peringkat bawahan dapat disalurkan ke peringkat atasan menerusi
pengurus bahagian. Begitu juga perhubungan dan penyelarasan antara satu bahagian
dengan bahagian yang lain tentang sesuatu perkara dapat dibuat dan diselaraskan
pada peringkat pengurus. Sumber: Menurut T. Hani Handoko di dalam buku pengantar manajemen
Edisi Ke 2 (hlm 167_193). Berikut
adalah asil wawancara saya dari salah satu mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta sdr. Mahiswara ketika saya menemuinya di kampus USD.
Bebincang tentang Apa si Peran Mahasiswa Dalam Organisasi Dan
Pendidikan? Tetapi Beliyau lebih khusus berbincang tentang peran mahasiwa
dalam pendidikan? Beliyau mengatakan bahwa:
Pendidikan
adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari siklus kehidupan manusia, sebuah
fitrah dari makhluk yang dianugrahi akal dan pikiran. Proses pendidikan
berjalan sejak dalam kandungan sampai keliang lahat (baca: meninggal dunia).
Pendidikan bisa didapat dimana saja dan kapan saja. Proses Budaya
pendidikan yang paling efektif adalah melalui pendidikan formal non
formal. Dimana sekolah merupakan perwujudan nyata pendidikan yang dilakukan
secara berjenjang atas dasar sistem dan kebijakan tertentu. Jejang pendidikan
formal pasca sekolah lanjut atas adalah Perguruan Tinggi. Dimana pendidikan
diklarifikasikan berdasarkan konsentrasi bidang keilmuan tertentu. Maka
tidaklah mengherankan jika Budaya perguruan Tinggi menjadi pusat perubahan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, dimanapun di dunia itu. Itulah salah satu peran
dan fungsi Perguruan Tinggi. Dengan menyandang peran yang sangat penting
tersebut sudah barang tentu Perguruan Tinggi harus menyediakan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang siap menajdi troble shooter dalam kehidupan di
masyarakat. Sekaligus mempu menjawab segala bentuk tantangan selaras dengan
kepentingan rakyat banyak. Peran agen of chenge dapat dijadikan
alternatif parameter berdasarkan idiologi Perguruan Tinggi atau lebih dikenal
dengan istilah Budaya Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa dan kampus
adalah entitas yang tidak dapat dipisahkan dari dunia Pergurna Tinggi. Kampus
adalah dunia yang sangat dekat dengan mahasiswa, dimana tidak hanya dihuni oleh
mahasiswa, tapi juga dosen, petugas kebersihan, satpam, pegawai administrasi,
serta para biokrat yang sangat berperan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab
itu, diperlukannya kesejateraan dengan tunjangan sistem baik pendidikan maupun
administrasi. Namun hal tersebut bukanlah tanpa kendala. Dimana kecendrungan
Budaya sistem dan kurikulum pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai
jati diri bangsa. Kenyataan saat ini lebih menunjukan pada gerak industrialisasi
dengan semakin berkembangnya sistem kapitalis. Dibandingkan dengan pemberdayaan
sumber daya alam, agraris dan maritim. Ironisnya lagi tidak ditemukan adanya
singkronisasi. Padahal, ilmu pengetahuan bukan hanya mempertahankan kebenaran
objektif semata, tapi juga harus disesuaikan dengan nilai-nilai sosial,
ekonomi, budaya dan agama yang representatif dalam masyarakat bangsa ini. Hal
ini menyebabkan, pendidikan yang seharusnya menjadi komunitas ilmiah justru
berbalik menjadi sebuah lembaga yang jauh dari agenda kerakyatan. Sistem yang
berlaku di Perguruan Tinggi saat ini tidak lebih dari layaknya sebuah pabrik,
sebagai produsen bagi tenaga kerja. Pendidikan yang seharusnya menjadi
tranformasi nilai-nilai moral yang humanis-religius malah mentaransformasikan
nilai-nilai mesin yang mekanistis, sehingga menjadikan manusia yang oportuni,
berpikir jangka pendek, dan materelistis. Sejauh pengalaman yang pernah ada,
Perguraun Tinggi (baik negeri maupun swasta) masih dominan berdiri di alam lain
yang justuru kontra produktif dengan kepentingan rakyak. Kenyataan seperti
senada dengan kritikan Ivan Illick dan Paulo Freire terhadap
dunia pendidikan di negara berkembang yang justuru tidak menghasilkan apa-apa.
Perguruan Tinggi belum menemukan urgensi-nya dalam menyediakan produk
unggulan dalam negeri, yaitu mahasiswa. Melihat permasalahan yang ada maka
langkah-langkah yang efektif dan konferhensif dengan didukung oleh seluruh
civitas akademik. Perlu adanya perubahan paradigma secara struktural maupun
kultural tentang esensi pendidikan. Institusi perguraun tinggi harus sadar
betul bahwa peningkatan sarana dan prasarana sangatlah penting bagi tercapainya
tujuan pendidikan, serta semaksimal mungkin pada usahanya menyelenggarakan
proses belajar mengajarkan. Tentunya orientasi studinya terfokus pada pamahaman
dan pengembangan ilmiah. Pada umumnya Perguraun Tinggi swasta lebih cendrung
meningkatkan kualitasnya pada bidang penyelenggaraan pendidikan dalam meraih
kepercayaan pada masyarakat akan keberhasilan program-program pendidikan.
Penguasaan kondisi lingkungan dalam proses belajar mengajar akan menajdi
motivator pada tinggkat lingkungan pendidikan.
Dan kuatnya motivator perguaran tinggi akan
menjadi katalisator budaya mayarakat diwilayahnya. Hanya terkadang ada beberapa
Perguran Tinggi yang mengabaikan, terutama kampus-kampus non-favorit. Sarana
dan prasarana infratruktur tidak dikelola dengan baik, tentunya dengan beragam
faktor yang mempengaruhinya. Terutama disebabkan rendahnya biaya pendidikan dan
jumlah mahasiswa. Hal ini akan semakin parah jika pemegang kebijakan institusi
Pendidikan Tinggi tersebut lebih berorienrasi materialistik jangka pendek.
Akibatnya kondisi pendidikan dibiarkan. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi
dalam lingkup perguran Tinggi adalah hal yang tidak kalah penting. Selama ini
kita meyakini bahwa penguasaan teknologi merupakan jawaban dari ketertinggalan
yang dialami bangsa ini terhadap bangsa lain. Pemanfaatan teknologi
komputerisasi di Perguran Tinggi akan memungkinkan keteraturan administrasi
sekaligus dapat mengontrol manajemen pendidikan dengan mudah.
Dengan
pengusaan teknologi diharapkan mahasiswa dapat memperoleh kemudahan
administratif dan dalam mengakses ilmu pengetahuan sehingga proses pencerdasan
dapat berjalan secara cepat. Pendidikan berbasis teknologi nampak seperti
satu-satunya jawaban yang dibutuhkan. Jika itu dapat terlaksana maka institusi
Pendidikan Tinggi harus menghargai sisi profesionalisme pendidik. Artinya,
bahwa kesejahteraan pendidik dan karyawan adalah akan kretivitas, mobilitas
serta yang perubahan secara fundamental yang akan terus maju ke depan dan tidak
lagi resah akan dapurnya. Dan pasrah pada “ritualitas pembodohan” yang dia
tahu, namun tidak dapat berkutik dirinya. Inilah yang harus terngiang ditelinga
“founding education”, sehingga survive tidak ada lagi di kepala
dan dada, namun semangat dan peluang-peluang penyadaran akan bangsa ini
tertelak di dalam forum yang disebut dengan pendidian harus dapat diterjemahkan
secara holistik dan revesioner. Sebab jika hal ini dibiarkan akan sangat rentan
terhadap godaan-godaan duniawi yang sama artinya memberi ruang bagi untuk
tumbuh subur dalam institusi Pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tak ada kata terlambat tuk berubah. Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu!