BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Nasional (PN)
adalah tujuan yang bersifat paling
umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal.
Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan hidup dan
filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk
undang-undang. PN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelengggaraan pendidikan.
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai
Pancasila dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan untuk
mengembangkan keterampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi
lebih baik.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan
pengetahuan pengalaman, dan keterampilan. Peningkatan
kualitas tenaga kependidikan di daerah dapat dilaksanakan dengan beberapa
langka :
1.
Menata
kembali kebijakan kependidikan di daerah diantaranya pemerataan tenaga kependidikan,
seperti penempatan tenaga pendidik (guru) yang profesional, tepat dan efektif.
2.
Menata
orientasi kualitas guru dengan meluruskan niat guru dalam melaksanakan tugasnya
secara totalitas, kesungguhan dedikasi dan loyalitas yang tinggi.
3.
Meningkatkan
kinerja kerja, dengan belajar kembali, artinya guru tidak bosan untuk belajar
dan terus belajar guna meningkatkan wawasan pengetauhan dan profesinya.
4.
Merluruskan
niat dan semangat pengabdian, karena profesi guru adalah ladang
untuk melaksanakan ibadah amal jariah yang berkepanjangan dan
sebaliknya perlu ingat bahwa profesi guru juga bisa menjadi ladang dosa yang
berkepanjangan apabila guru salah dalam mengajar sesuatu pada anak didik.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimulkan
bahwa kebijakan kependidikan nasional, pada akibatnya adalah untuk menciptakan
sumber daya manusia yang baik,
berakhlak, dan handal. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional
Pendidikan Indonesia (Kurniawan, 2003)
1. Standar Kompetensi
Lulusan
2.
Standar Isi
3.
Standar Proses
4.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5.
Standar Sarana dan Prasarana
6.
Standar Pengelolaan Pendidikan
7.
Standar Pembiayaan Pendidikan
8.
Standar Penilaian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tugas
makalah ini berjudul “Kontribusi Fasilitas
Sekolah, Dukungan Orang Tua, Dan Kualitas Pendidik Terhadap Prestasi Belajar
Siswa SD Inpres
Sabin Di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua Tahun 2012.
B.
Batasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam makalah dibatasi pada hal–hal:
1.
Ketersediaan
fasilitas sekolah di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2012.
2.
Keterbatasan
dukungan orang tua di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2012.
3.
Kualitas
pendidik di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun
2012.
C.
Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu:
1.
Seberapa besar dan singnifikasi kontribusi
ketersediaan fasilitas sekolah terhadap
prestasi belajar siswa SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang
Papua tahun 2012?
2.
Seberapa
besar dan singnifikasi kontribusi keterbatasan dukungan orang tuaterhadap prestasi belajar siswa SD
Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang
Papua tahun 2012?
3.
Seberapa besar dan singnifikasi kontribusi kualitas
pengajar terhadap prestasi
belajar siswa SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan
Bintang Papua tahun 2012?
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui
kontribusi ketersediaan fasilitas sekolah terhadap prestasi belajar siswa SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2012
2.
Mengetahui
kontribusi keterbatasan dukungan orang tua terhadap prestasi belajar siswa SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2012
3.
Mengetahui
kontribusi kekurangan tenaga pengajar
terhadap prestasi belajar siswa
SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun
2012.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam Tugas Makalah ini adalah:
1. Memberikan informasi ketersediaan fasilitas
sekolah terhadap prestasi belajar siswa
SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2012.
2.
Memberikan
informasi kepada pemerintah di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua Dinas Pendidikan untuk dapat
menanggani masalah keterbatasan fasilitas sekolah,
dukungan orang tua, serta tenaga pengajar SD Inpres Sabin tahun
2012.
3.
Memberikan
informasi kepada orang tua pentingnya pendidikan kepada anak–anak sekolah SD
Inpres Sabin di Kabupaten Penungan Bintang Papua tahun 2012.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prestasi
Belajar
Siswa
1. Pengertian prestasi belajar
siswa
Selama proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan. Untuk mewujudkan
cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar Nasional Pendidikan
(SNP) Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional Pendidikan Indonesia:
a.
Standar
Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik.Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan
standar kompetensi lulusan
minimal mata pelajaran.
b.
Standar Isi
Standar Isi mencakup
lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka
dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan kalender pendidikan.
c.
Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
d.
Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang dimaksudkan di atas
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.
e.
Standar Sarana
dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang
meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
f.
Standar
Pengelolaan Pendidikan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar
pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh pemerintah.
g.
Standar
Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal. Biaya investasi satuan pendidikan
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap.
Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
bahan atau peralatan pendidikan habis
pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
h.
Standar
Penilaian
Pendidikan
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar
oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.
Penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-masing
perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kurniawan, 2003).
2.
Faktor-faktor yang memepengaruhi prestasi belajar Siswa
Prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar siswa
(eksternal) itu sendiri. Keduannya berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa.
a.
Faktor internal, yang meliputi:
1)
Faktor jasmaniah (fisikologis)
Faktor
jasmaniah bersifat bawaan maupun yang diperoleh.Yang termasuk faktor ini adalah
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya. Keaadaan jasmani
melatarbelakangi aktivitas belajar. Fisik yang segar akan berbeda dengan fisik
yang kurang segar. Apabila siswa memiilki
fisik yang sehat, motivasi belajar pun semakin baik dari pada siswa yang
kondisi fisiknya kurang baik.
2)
Faktor-faktor psikologis
a)
Faktor intelektif yang meliputi:
·
Faktor potensial atau kecerdasan dan bakat
Kecerdasan dan bakat siswa berpengaruh pada
tingkat usia siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat pada suatu bidang akan
menekuni bidang tersebut dengan senang hati. Pada siswa yang memiliki bakat menggambar, ia akan senang
dengan pelajaran tersebut. Ia menganggap menggambar adalah mudah.
b)
Faktor Nonitelektif
Faktor
non intelektif meliputi unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. Siswa yang
memiliki sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi emosi, dan penyesuaian diri yang
baik ketika belajar akan berpengaruh dengan cara belajarnya. Apabila hal
tersebut dapat dikendalikan dengan baik, siswa akan lebih konsentrasi dalam
belajar. Konsentrasi yang baik membuat siswa dapat mnyerap informasi dengan
baik. Hal tersebut dapat membuat siswa mampu menuangkan dengan maksimal apa
yang telah dipelajarinya ketika menghadapi ujian sehingga nilainya baik.
3)
Faktor kematangan fisik maupun psikis
Saat ini muncul anggapan bahawa
sekolah dengan usia muda dianggap pintar. Hal tersebut justru kurang baik bagi psikologi siswa tersebut. Siswa yang
sebenarnya belum siap mengikuti kegiatan belajar tetapi sudah harus mengalami pembelajaran yang sebenarnya belum
waktunya harus ia pelajari. Misalya ada siswa berumur empat tahun sudah duduk di kelas satu sekolah dasar. Umur tersebut sebenarnya belum boleh duduk di kelas satu. Kondisi psikisnya belum siap untuk
menghadapi kegitan belajar yang formal.Pada umur tersebut anak pada tingkat perkembangan para
operasional (2 sampe 7 tahun) dimana pada umur tersebut anak belum bisa
berpikir secara obyektif. Anak masih mementingkan egonya sendiri.
b. Faktor
eksternal
1)
Faktor sosial yang terdiri atas :
a)
Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga
yang harmonis menciptakan lingkungan yang kondusif bagi belajar siswa. Dengan lingkungan yang kondusif, siswa
dapat belajar dengan baik.
b)
Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah memilki pengaruh yang
besar bagi prestasi belajar siswa. Lingkungan
sekolah yang bising dapat menganggu aktivitas belajar di dalam kelas. Guru
tidak dapat menyampaikan materi dengan baik karena konsentrasi siswa terganggu
oleh suasana yang bising dari luar kelas.
Untuk itu, lingkungan sekolah hendaknya
mampu menciptakan suasana yang tenang, nyaman,
dan aman bagi siswa agar dapat belajar dengan baik.
c)
Lingkungan masyarakat
Masyarakat juga berpenagruh pada siswa. Lingkungan masyarakat yang baik, dapat
berpengaruh pada kegiatan belajar masyarakat biasanya dijumpai, dapat berpengaruh pada warganya.
d)
Lingkungan kelompok
Lingkungan kelompok juga berpengaruh
pada proses belajar siswa. Kelompok yang memiliki kegiatan positif, akan
membuat anggota bersikap positif. Sedangkan kelompok yang perilakunya cenderung
negatif, anggotanya pun juga akan bersikap negatif juga.
2)
Faktor budaya
Faktor budaya meliputi adat istiadat,
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kesenian.
3)
Faktor lingungan fisik seperti fasilitas
rumah, fasilitas belajar dan iklim.
Ketersediaan fasilitas belajar yang
memadai dapat memanjang proses belajar siswa. Fasilitas belajar siswa seperti buku dapat menunjang siswa untuk belajar. Ketersediaan buku dapat membuat siswa memperoleh informasi dengan
mudah.
4)
Faktor lingkungan spritual dan keamanan
Lingkungan yang tidak aman dapat
menciptakan rasa was-was dalam diri siswa. Hal ini menyebabkan siswa merasa
tidak tenang dalam belajar. Sebaiknya, jika lingkungan siswa aman, siswa akan
dapat belajar dengan tenang dan penuh
konsentrasi. Rasa aman ini akan menimbulkan kenyaman dalam diri siswa. Untuk
itu, orang tua maupun guru dituntut untuk menciptakan kenyamanan bagi anak.
B.
Fasilitas Belajar
1.
Fasilitas Belajar
Banyak faktor yang
mempengaruhi belajar, salah satu diantara faktor- faktor tersebut adalah fasilitas
belajar. Meskipun fasilitas belajar hanya
sebagian kecil dari faktor- faktor yang
mempengaruhi belajar, namun keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja.
Sebab, tanpa adanya fasilitas belajar kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak
akan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Fasilitas belajar
sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar
mengajar secara formal yang pada umumnya berlangsung di sekolah. Ketika berbicara masalah fasilitas belajar dan sebelum membahas
lebih dalam mengenai fasilitas belajar, maka perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai definisi atau pengertian fasilitas belajar. Proses belajar mengajar diharapkan dapat
bergairah dan dapat membantu anak didik dalam berprestasi dengan peran sekolah
yang membantu anak didik, seperti menyediakan sejumlah buku yang sesuai dengan
kurikulum di perpustakaan, menyediakan segala macam alat yang digunakan untuk praktikum,
menyediakan media pembelajaran, menyediakan ruangan kelas yang sesuai dengan
ketentuan kesehatan, dan sebagainya.
C.
Dukungan
Orang Tua
1.
Dukungan
orang tua
Dalam dunia pendidikan, peranan orang tua sangatlah
dibutuhkan sebagai penunjang prestasi akademik
anak di sekolah. Seperti diketahui banyak faktor yang dapat mempengarai
prestasi akademik seseorang anak, salah satunya adalah dukungan oarang
tua, yaitu suatu bentuk perlakuan orang tua dalam memberikan perhatian serta
bantuan dalam masalah-masalah dibidang pendidikan guna
mencapai prestasi akademik
yang dihadapi anaknya. Kesadaran orang tua akan peran dan
tanggung jawabnya selaku pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat
diperlukan. Tanggung jawab orang tua terhadap anak tampil dalam bentuk yang
bermacam-macam. Bagi anak orang tua adalah model yang harus ditiru dan
diteladani. Sebagai model seharusnya orang tua memberikan contoh yang terbaik
bagi anak dalam kelurga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak
yang mulia.
2.
Fungsi
Dukungan Orang tua
Orang
tua memegang perananpenting sebagai penyambung dan penafsir kehidupan masyarakat
dan kebuadayaan terhadap anaknya. Anak mempelajari status sosialnya dalam
lingkungan keluarganya melalui perbuatan dan pola berpikir dan perbuatan orang
tuanya. Ketidakberdayaan anak pada waktu kecil membuatnya lebih banyak
bergantung pada orang di sekitarnya.
Pada
saat anak menginjak usia kanak-kanak ataupun remaja, lingkungan keluarga tetap
memegang peranan penting, sebagai pembentuk karakter, moral, akhlak, dan
kepribadian anak.
3.
Bentuk
Dukungan Orang tua
Dukungan
orang Tua yang diberikan bagi anak dalam belajar dapat mendukung nilai belajar
siswa serta niat siswa untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Bentuk
dukungan orang tua bagi siswa yang dapat dilakukan yaitu:
a.
Menciptakan suasana belajar
Orang tua juga belajar untuk memahami keadaan
pada saat anak sedang belajar. Anak
membutuhkan suasana yang tenang dan hening agar dapat berkonsentrasi. Orang tua
juga mendukung dengan tidak terlalu berisik anak belajar bahkan sebaiknya juga
ikut membaca koran atau majalah untuk menciptakan suasana belajar bersama.
b.
Memprioritaskan tugas sekolah
Orang tua ikut berperan aktif mendukung
pembelajaran siswa di sekolah dan saat di rumah orang tua mengutamakan tugas
sekolah anaknya dari pada tugas di rumah.
c.
Mendorong aktif kegiatan di sekolah
Saat terdapat waktu luang pada anaknya,
seharusnya mendukung anak mengikuti kegiatan di sekolahnya seperti mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler ataupun pelajaran tambahan dari pada kegiataan serupa
tetapi dengan peserta atau lingkungan tidak jelas
d.
Menciptakan stratergi diskusi di rumah
Menciptakan situasi adanya kondisi
saling berargumentasi dengan anak. Dengan adanya sistuasi saling berdialog maka
hal itu akan mendorong orang tua untuk menyelami jiwa anaknya.
e.
Orang tua perlu mengetahui pengalaman
anak di sekolah
Sangat penting bahwa orang tua datang ke
sekolah secara berkala untuk melihat perkembangan anaknya serta menjalin
hubungan dengan pihak sekolah.
f.
Menyediakan sarana belajar
Keperluan anak untuk belajar seperti
buku, alat tulis, dan berbagai keperluan pembiayaan sekolah harus dicukupi oleh
orang tua siswa.
4.
Jenis-jenis
Dukungan Orang Tua
Pendidikan
anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk dukungan dari kelauarga, hal
ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka prestasi
akademik anak akan baik, tetapi apabila dukungan kelauarga anak kurang baik,
maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu prestasi
akademik anak. Pada dasarnya dukungan orang tua
terhadap pendidikan anaknya menyangkut tiga hal pokok yaitu dukungan
moral, dukungan spritual dan materi.
a. Dukungan
moral
Dukungan moral dari
orang tua terhadap pendidikan anak dapat berupa perhatian terhadap pembunuhan
kebutuhan psikis yang meliputi kasih sayang keteladanan, bimbingan dan
pengarahan, dorongan menamkan rasa percaya diri. Dengan perhatian orang tua
yang berupa pemenuhan kebutuhan psikis tersebut diharapkan dapat memberikan
semangat belajar dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagi cara misalnya:
1)
Selalu mengingat anaknya barang kali
mendapat tugas yang harus di selesaikan di rumah
2)
Memantau aktivitas anak selama dirumah
baik mengenai aktitvitas belajar maupun pergaulanya.
3)
Memperhatikan buku-buku bacaan yang
dimiliki oleh anaknya.
Dengan adanya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan pskis tersebut di atas, akan sangat mempermudah
bagi orang tua dalam mengawasi atau
membantu aktivitas belajar anaknya selama di rumah sebagai penunjang aktivitas
belajar di sekolah.
Dengan demikian berarti
bahwa orang tua tersebut telah melaksanakan kewajiban dan tanggungg jawabnya
dengan baik dalam mengasuh anak-anaknya ditengah-tenagh keluarga yang dibinanya
dalam rangka mempersiapkan masa depan anak-anaknya di kehidupan yang lebih cemerlang.
D.
Kualitas Pendidik
Guru adalah seorang yang harus dan harus ditiru
oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan
olehnya senantiasa di percaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya
dari guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau
diteliti lagi. Seorang guru
juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri teladan bagi semua muridnya.
Mulai dari cara bepikir, cara berbicara hingga cara berprilaku sehari-hari
sebagai seorang yang harus digugu dan ditiru seorang dengan dirinya memilki
peran yang luar biasa dominanya bagi murid.
Dalam sebuah proses pendidikan guru
merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti
tujuan, tujuan kurikulum, metode, sarana, dan prasarana, lingkungan dan
evaluasi.
1.
Guru
Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri dan disiplin. Peran
guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan
jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan
untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang
bersifat personal dan spiritual.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan
guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai
factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan,
rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas
dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
3.
Guru
Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan,
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral
dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan,
guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan
4.
Guru
sebagai Pemimpin Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain
itu ,guru juga dituntut untuk
selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan zaman.
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik
dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang
besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak
mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja
pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta
orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru: Sikap dasar, Bicara dan
gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan,
Kesehatan, Gaya hidup secara umum.
7. Guru
sebagai anggota masyarakat
Perananguru sebagai komunikator
pembangunan masyarakat. Seorang
guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang
sedang dilakukan.Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang
dikuasainya. Guru perlu juga
memilikikemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara
lain melaluikegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul
harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat
yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
8. Guru
sebagai administrator Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar,
tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran.
Guru
akandihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu
seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan
dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu di administrasikan secara baik.
9.
Guru
Sebagai Penasehat
Guru adalah
seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat
berharap untuk menasehati orang.
10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru
menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara
generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang
harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
11. Guru Sebagai
Pendorong Kreatifitas
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas
merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
12. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu
memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa
kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari
“self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta
didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan
dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
13. Guru Sebagai Evaluator. Evaluasi atau penilaian
merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak
latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian.
BAB
III
VARIABEL
PENELITIAN
A.
Variabel Penelitian
Penelitian ini termasuk
penelitian Explanatif karena penelitian ini menganalisis kontribusi fasilitas
sekolah, dukungan orang tua dan kualitas pendidik terhadap prestasi belajar
siswa SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua. Meskipun fasilitas belajar hanya sebagian
kecil dari faktor- faktor yang mempengaruhi belajar, namun keberadaannya tidak
bisa diabaikan begitu saja. Sebab, tanpa adanya fasilitas belajar kegiatan
belajar mengajar (KBM) tidak akan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Fasilitas belajar
sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar secara formal yang pada
umumnya berlangsung di sekolah. Ketika berbicara masalah fasilitas belajar dan
sebelum membahas lebih dalam mengenai fasilitas belajar, maka perlu diketahui
terlebih dahulu mengenai definisi atau pengertian fasilitas belajar. Tetapi, dilihat dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa
ternyata fasilitas sekolah
sangat kurang sehingga minat belajar
siswa berkurang karena keterbatasan fasilitas sekolah seperti: buku-buku papan
tulis, kapur tulis, meja dan kursi
sehingga ini akan sangat
mempengaruhi prestasi belajar siswa yang tidak signifikan. Hal ini dikarenakan minat belajar siswa berkurang karena ketersediaan fasilitas sekolah
sangat minim. Hasil penilitian membuktikan bahwa fasilitas sekolah tidak
memberikan kontribusi pada prestasi belajar siswa. Sesuai dengan fakta di
lapangan bahwa prestasi belajar siswa
kurang baik, dikarenakan ketersediaan fasilitas sekolah yang tidak mendukung,
baik itu kondisi fisik bangunan maupun fasilitas sekolah yang tidak mendukung
untuk belajar siswa.
Namun, melihat siswa-siswi antusias untuk belajar tetapi tidak didukung
oleh ketersediaan fasilitas sekolah sehingga semangat belajar siswa berkurang. Standar
sekolah dasar (SD) fasilitas sekolah tidak memadai yang diharapkan sehingga
tidak memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Walaupun prestasi
yang dicapai siswa tidak tercapai standar prestasi belajar siswa yang
diharapkan, orang tua, guru, maupun siswa itu sendiri.
Siswa yang belajar di SD Inpres Sabin adalah
berasal dari 11 kepala desa yang
diatas, namun Pemerintah Kabupaten Pegunnungan Bintang Papua, tidak
perhatikan bangunan sekolah, bangunan lama yang sudah lapuk itu, Kabupaten dari Jaya Wijaya, sementara
Kabupaten Pegunungan Bintang tidak perhatikan bangunan sekolah yang sudah rusak
dan tidak pantas di gunakan oleh siswa dan ini sangat di sayangkan.
Tabel III.1
Jumlah
siswa yang sekolag di SD Inpres Sabin pada tahun 2012
No
|
Kelas
|
Jumlah siswa
|
1.
2.
3
4
5
6
|
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
|
20
28
20
19
18
19
|
|
Jumlah
|
124
|
Tabel
III.2
Fasilitas
belajar di SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunnungan Bintang Papua
Variabel
Penelitian
|
Indikator
|
Data
Yang Akan Dicari
|
Fasilitas Sekolah
|
·
Meja
|
Ketersediaan meja belajar
tidak cukup sehingga mereka belajar di tanah.
|
·
Kursi
|
Ketersediaan
kursi tempat duduk siswa tidak cukup.
|
|
·
Papan
tulis
|
Ketersediaan papan tulis tidak cukup
maka, guru sulit menjelaskan/
mengambarkan di papan tulis.
|
|
·
Kapur
|
Ketersediaan
kapur untuk menulis juga tidak sehingga tidak bisa menulis dan tidak
menjelaskan.
|
|
·
Toilet
|
Ketersediaan
toilet tidak tersedia di sekolah
|
|
·
Buku-buku
|
Ketesediaan
buku-buku sangat kurang di sekolah sehingga, daya membaca siswa juga kurang
|
|
·
Ruang
Belajar
|
Ruang
belajar, yang kurang bagus sehingga
aktivitas belajar yang kurang efektif
|
|
·
Ruang
guru/Kantor
|
Ruangan
guru/ kantor , tidak ada maka, persiapan mengajar guru kurang
|
|
·
RuangKepalaSekolah
|
Ruang
kepala sekolah tidak ada sehingga
kepala sekolah tidak bekerja dengan maksimal.
|
|
·
Ruang
Perpustakaan
|
Perpustakaan
tidak ada maka, siswa juga meminjam buku untuk belajar sendiri kurang
|
|
Dukungan Orang Tua
Variabel
Penelitian
|
·
Biaya
sekolah
|
Biaya
sekolah yang kurang mampu karena sektor sekonomi
|
·
Menyediakan fasilitas belajar
|
Menyediakan alat-alat
belajar tetapi, sektor ekonomi kurang mampu
|
|
·
Memberi
motivasi belajar
|
Memberikan motivasi agar siswa belajar dengan baik
|
|
Kualitas Pendidik
|
·
Lulusan
SPG
|
Guru-guru
yang mengajar pun lulusan SPG jadi, kualitas siswa yang kurang begitu baik
|
·
Lulusan
DIPLOMA
|
Lulusan diploma, penguasan materi yang kurang
|
|
·
Lulusan S1
|
Belum ada guru –guru SD lulusan S1 SD Inpres Bime
|
|
Prestasi BelajarSiswa
|
·
UTS
|
Mengukur
kemampuan siswa apakah sudah paham atau tidak melalui tes ujian tengah
semester ( uts)
|
·
Hasil
akhir/ nilai rapot
|
Hasil akhir /ujian akhir akan terlihat, hasil yang diperoleh
siswa sehingga guru bisa mengukur kemampuan siswa
|
BAB
VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dan Saran
Tidak
ada kontribusi
yang signifikan, fasilitas sekolah
terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan fasilitas
sekolah di SD Inpres Sabin tidak memadai untuk pembelajaran. Pemeintah Kabupaten
Pegunugan Bintang Papua tidak memperhatikan fasilitas sekolah, sehingga
prestasi belajar siswa pun kurang baik.
Jika ketersediaan fasilitas sekolah mendukung maka sangat besar
kontribusi terhadap prestasi belajar siswa baik namun, kenyataannya tidak
mendukung fasilitas sekolah sehingga
bekontribusi terhadap prestasi belajar siswa tidak sesuai yang di
harapkan.
Tidak
ada kontribusi
yang signifikan dukungan orang tuaterhadap prestasi belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa dukungan orang tua tidak mendukung sehingga, prestasi
belajar siswa yang dicapai pun tidak puas karena, orang tua tidak mendukung dalam
belajar siswa. Namun, sebagian
besar siswa SD Inpres Sabin semangat belajar cukup tinggi karena sampe
sekarang tidak memberikan dukungan orang tua pun mereka datang ke sekolah mau
belajar mempunyai semangat yang tinggi.
Prestasi belajar siswa baik jika, ketersediaan fasilitas
sekolah, dukungan dari orang tua, kualitas pendidik mendukung maka prestasi
belajar/ hasil belajar yang di capai oleh siswa pun akan sangat baik pula. Namun,
melihat fakta di lapangan tidak sesuai
yang kita bayangkan dalam hal
ketersediaan fasilitas kurang, keterbatasan dukungan orang tua dan kualitas
tenaga pendidik yang kurang baik maka, sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar yang baik.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diberikan diatas, maka saya
memberikan saran yang mungkin dapat berguna bagi kemajuan bagi siswa di SD Inpres Sabin di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua:
a. Diharapkan
kepada siswa semangat belajar tidak
bermalas-bermalas mempunyai daya juang yang tinggi, untuk mau belajar bagi
siswa SD Inpres Sabin Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.
b. Diharapkan
kepada siswa
SD Inpres Sabin harus belajar kreatif dan inovatif, jangan
malas sekolah karena keterbatasan fasiilitas sekolah, keterbasan dukungan orang tua, tetapi
semangat belajar adalah mendatangkan keberhasilan yang baik.
c. Diharapkan
kepada siswa SD Inpres Sabin minat belajar untuk mengetahui hal-hal yang baru itu
membutuhkan perjuangan yang tinggi, jangan padamkan semangat dalam diri dan
jangan terpengaruh anak-anak yang belajar di kota.
d. Diharapkan
kepada siswa SD Inpres Sabin
untuk mempertahankan prestasi belajar yang tinnggi karena anda sebagai siswa suatu saat nanti kalian lulus SD, dan masuk SMP, SMA bahkan kuliah nanti akan mengerti pentingnya belajar.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abu
Ahmadi, 2004. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta : PT Rineka cipta.
2. Abu
Ahmadi, 2007. Psikologi sosial. Jakarta : PT Rineka Cipta.
3. Admin,
hubungan antara persepsi terhadap
dukungan orang tua di bidang pendidikan dan cara belajar dengan prestasi
belajar pada siswa –siswi di SMK St.
Carolus Surabaya ( http:/www. Digilib.ubaya.co.id/..index php? ). .
4. Ahmadi,
Abu dan Widodo Supriyanto, Psikologi
Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
5. Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Purwanto,2012. Peranan Guru Dalam Pendidikan. Diakses
dari 23
Oktobertahun 2012 http:/profesipend.
7.
Sugiyono, 2010.Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung: Alfabeta.
agus |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tak ada kata terlambat tuk berubah. Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu!