Rabu, 05 Februari 2014

KONSEP PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM MELIHAT FENOMENA EKONOMI KONSEP PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM MELIHAT FENOMENA EKONOMI



1.        Konsep Aktor
Ekonomi seperti yang disebutkan sebelumnya merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Bisa dikatakan kegiatan ekonomi merupakan cara bagaimana orang secara individual atau kelompok memenuhi kebutuhan hidup terhadap barang dan jasa. Dalam hal ini segala aktifitas yang dilakukan mereka berhubungan dengan proses produksi, distribusi, dan konsumsi.
Individu merupakan titik tolak dalam analisis ekonomi. Sebagaimana yang diterangkan dalam buku pengantar sosiologi ekonomi karangan Prof. Dr. Damsar yang mengatakan bahwa pendekatan individu dalam analisis ekonomi berakar dari utilitarianisme dan ekonomi politik Inggris. Utilitarianisme mengasumsikan bahwa individu adalah makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat pilihan yang dapat memperbesar kesenangan pribadi atau keuntungan pribadi, dan mengurangi penderitaan atau menekan biaya. Sementara ekonomi politik Inggris dibangun diatas prinsip “laissez faire” yaitu “biarkan hal-hal sendiri, biarkan hal yang baik masuk”. Artinya biarkan individu mengatur dirinya, karena individu tahu yang dimauinya. Akan tetapi kontrol negara tetap dibutuhkan sebagai penjaga dalam kebebasan individu dalam mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Mengapa individu diberi kebebasan? Jawabannya karena individu itulah sendiri yang lebih mengetahui daripada orang lain mengenai kemampuan, pengetahuan, keterampilan, jaringan, dan lainnya yang dimilikinya. Sebagai contoh, Rudi memilih bekerja sebagai makelar kendaraan bermotor dibandingkan menjadi seorang guru SMA, meskipun dia seorang sarjana pendidikan bahasa, dengan berbagai pertimbangan yang rasionalnya, seperti kemampuan finansial, pengetahuan, keterampilan, jaringan dan dukungan dari anggota keluarga dan kerabat lainnya yang lebih dulu berkelut dan semuanya berhasil. Sehingga dia menjatuhkan pilihan tersebut dan dianggap sebagai keputusan yang rasional dan tepat. Lain lagi dengan Sinta yang meninggalkan pekerjaannya sebagai penjual pakaian dan pindah menjadi guru SD setelah lulus ujian dengan status PNS (Pegawai Negeri Sipil). Dia beranggapan menjadi penjual baju butuh modal yang besar sementara dia berasal dari keluarga miskin dan dia merasa tidak cocok berprofesi sebagai pedagangan. Tapi menjadi guru adalah profesi yang diidam-idamkan sejak dulu serta didukung dengan kemampuan dan keterampilannya sebagai tenaga pengajar yang baik. Dia juga berpamdangan bahwa jika menjadi PNS maka masa tuanya setelah pensiun akan dijamin oleh negara.
Contoh lain, yang dikutip dalam buku pengantar sosiologi ekonomi, seorang wanita karir yang melihat dirinya dalam kaitannya dengan apa yang dilakukannya, diperbuat atau dikerjakannya. “Apapun kata orang tentang diriku, kutahu yang kumau”. Itulah cara berpikir dan prinsip  sang wanita karir itu. Beginilah cara ekonomi klasik memandang aktor, dalam hal ini wanita karir tersebut.
Beda dalam pendangan sosiologi dalam mendiskusikan individu, aktor dianggap sebagai kesatuan yang dikonstruksi secara sosial, yaitu aktor dalam suatu interaksi atau aktor dalam masyarakat. Aktor dalam suatu interkasi  artinya individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa individu lainnya. Individu dipandang sebagai aktor kreatif dalam menciptakan, mempertahankan, dan merubah dunianya pada saat interaksi berlangsung. Contoh, seorang mahasiswa yang setiap harinya mengenakan pakaian-pakaian bermerek dan mengendarai mobil mewah ke kampus, berpenampilan bagus daripada teman-temannya yang lain, seakan-akan memamerkan kekayaan orang tuanya. Suatu hari ketika mangikuti perkuliahan, dia pun ditunjuk oleh dosen ke depan dan memberikan penjelasan ke teman-teman sekelasnya tentang tema yang diangkat pada saat perkuliahan tersebut. Tapi apa yang terjadi, mahasiswa tersebut maju dan berdiri di depan dengan tubuh gemetaran dan tidak mampu mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Sudah beberapa menit berdiri, belum juga melontarkan sebuah kata. Akhirnya sang dosen, mengeluarkan kalimat kepadanya, “penampilan saudara layaknya orang dewasa, tapi sayang saudara masih dikalahkan oleh seorang anak TK”. Mahasiswa tersebut merasa sangat malu dihadapan dosen dan mahasiswa lainnya. Semenjak peristiwa itu, dia pernampilan sederhana seperti mahasiswa lainnya dan tidak lagi memamerkan kekayaan orang tuanya. Berdasarkan contoh di atas terlihat dengan jelas pentingnya konteks interaksi dalam memperoleh perilaku seseorang dalam berbusana.
Selanjutnya yang dimaksud aktor dalam masyarakat adalah individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat. Masyarakat sebagai satu kesatuan yang di dalamnya terdiri dari individu-indivdiu yang membentuknya. Sebagai contoh, hubungan persahabatan yang dipandang oleh Berger sebagai masyarakat. Pola hubungan persahataan dengan pola hubungan teman biasa sangat berbeda. Pola hubungan persahabatan dikenal dengan istilah sistem interaksi atau dikenal juga sebagai masyarakat, sedang pola hubungan teman biasa hanya disebut sebagai interaksi sosial biasa.
Dari penjelasan di atas, dapat ditekankan bahwa aktor dalam sosiologi tidak bisa dilihat sebagai individu itu sendiri, akan tetapi individu itu harus dihubungkan atau dikaitkan dengan individu lainnya baik sebagai peroranga mapun dalam bentuk kelompok.
Dari segi ekonomi, mengasumsikan bahwa aktor tidak dihubungkan dengan aktor lainnya. Sedang dari segi sosiologi, mengasumsikan bahwa aktor dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh aktor lainnya.

2.        Konsep Tindakan Ekonomi
Sebagaimana yang diterangkan di atas, ditinjau dari ekonomi, aktor diasumsikan mempunyai pilihan dalam melakukan tindakannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan dan memperoleh keuntungan pribadi. Dari sosiologi melihat beberapa tipe tindakan ekonomi, sebagaimana Weber menyatakan tindakan ekonomi berupa rasional, tradisional, dan spekulatif-irrasional.
Tindakan ekonomi rasional, dalam hal ini individu dituntut bertindak secara rasional dengan mempertimbangkan segala aspek atas apa yang akan dikerjakan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Misalnya individu mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada. Seorang sarjana ekonomi, misalnya, dipandang rasional jika dia mendaftar sebagai akuntan di sebuah bank, dibanding memilih pekerjaan sebagai petani di desa. Ataukah, seorang tamatan SD yang tidak memilih keahlian tersendiri memilih jadi petani di desa daripada tinggal di kota yang biaya kehidupan mahal dan menuntut masyarakat mempunyai skill sehingga, dianggap sebagai tindakan rasional dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan. Tindakan ekonomi rasional ini memang menjadi perhatian baik dari ekonomi maupun sosiologi.
Tindakan ekonomi tradisional dan tindakan ekonomi spekulatif-irrasional tidak menjadi perhatian ekonomi, tetapi menjadi perhatian sosiologi. Tindakan ekonomi tradisional merupakan tindakan yang bersumber dari tradisi atau konveksi. Misalnya seorang yang telah melakukan perjalanan atau kunjungan dari daerah lain dan membawa ole-ole berupa barang-barang yang menjadi ciri khas daerah yang telah didatanginya, kemudian membagikannya kepada anggota keluarga lain, teman, tetangga dan lainnya. Hal seperti ini dianggap sebagai tindakan ekonomi. Contoh lainnya, melakukan pertukaran barang atau membawa kado saat acara pernikahan seorang teman, atau berupa sumbangan untuk perayaan acara perkawinan kerabat, dan sebagainya.
Tindakan ekonomi spekulatif-irrasional, merupakan tindakan ekonomi yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkkan instrument yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Contoh sederhana dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, biasa kita mendengar atau membaca dari media cetak seorang korban tipuan dari kekuatan dukun/paranormal yang mampu menggandakan uang. Korban-korban tersebut berasal dari latar belakang menurut pendidikan, pekerjaan, dan status sosial. Dari segi sosiologi, tindakan itu dianggap sebagai tindakan spekulatif-irrasional karena secara rasional uang tidak dapat digandakan lewat apapun, kecuali pemalsuan uang.
Bagi sosiologi, tindakan ekonomi dianggap juga sebagai bentuk tindakan sosial, karena dalam tindakan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi terdapat juga hubungan sosial seperti memperhatikan tingkah laku orang lain, saling bertukar pandangan, berbicara, berjabat tangan, mengucap salam atau memberi senyuman. Menurut ekonomi, tindakan ekonomi berkaitan dengan selera, kualitas dan harga barang dan jasa.

3.        Hambatan pada Tindakan Ekonomi
Dalam pandangan ekonomi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa tindakan ekonmi dibatasi pada selera dan kelangkaan sumberdaya dan teknologi sehingga ada pemaksimalan pemanfaatan dan keuntungan, secara prinsip dengan mudah memprediksi tingkah laku aktor. Dari sosiologi tidak hanya memperhatikan dari kelangkaan sumberdaya tetapi juga dari pengaruh aktor-aktor lainnya, apakah aktor-aktor itu akan mempermudah, memperlancar, menghambat, atau membatasi tindakan ekonomi di dalam dunia pasar. Sebagaimana yang kita ketahui tindakan ekonomi dalam pandangan sosiologi tidak berada pada ruang hampa udara yang di dalamnya tidak ada hubungan sosian antara individu, sebaliknya tindakan ekonomi terjadi dengan adanya hubungan sosial antara individu yang berada di dalamnya.
Dalam suatu tindakan ekonomi yang dilakukan orang biasanya terdapat suatu kerjasama, kepercayaan, dan jaringan. Sebaliknya, kadang kala dalam tindakan ekonomi memunculkan perselisihan, pertengkaran, ketidakpercayaan, bahkan sampai pemutusan hubungan. Contoh, seorang pengrajin benang sutra di Sempangge, Kab. Wajo memiliki hubungan bisnis dengan pedagang sutra. Dimana hubungan yang terjalin diantara keduanya bukan hanya hubungan bisnis semata, akan tetapi terdapat juga hubungan sosial. Misalnya, ketika perayaan Idul Fitri keduanya saling mengadakan kunjungan untuk melakukan silatuhrahmi sesama  umat muslim. Atau sebaliknya, dua orang pengusaha melakukan hubungan bisnis namun hubungan ekonomi itu tidak berlangsung lama. Karena salah satunya menghilangkan kepercayaan atau dengan kata lain melakukan penyimpangan yang merugikan pihak yang satunya dan hal itu diketahui oleh pihak tersebut. Pada akhirnya hubungan bisnis antara kedua diputuskan karena adanya kekecewaan salah satu pihak. Perselisihan yang terjadi dalam dunia bisnis karena ketidakmampuan menjaga kepercayaan yang dimiliki antara dua belah pihak. Yang selanjutnya akan mempengaruhi jaringan dan ruang gerak bisnisnya semakin sempit bahkan bisa tertutup.

4.        Hubungan Ekonomi dan Masyarakat
Para ekonom memusatkan kajian pada pertukaran ekonomi, pasar, dan ekonomi, sementara masyarakat hanya dianggap sebagai sesuatu yang berada di luar dan sesuatu yang telah ada. Menurut sosiologi, ekonomi dipandang sebagai bagian internal dalam masyarakat. Sosiologi selalu memandang sessuatu secara holistik, melihat suatu kenyataan saling terkait antar berbagai faktor. Sehingga sosiologi ekonomi memusatkan perhatiannya pada:
a.         Analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, misalnya proses pembentukan harga atau bagaimana terbentuknya kepercayaan dalam tindakan ekonomi bisa juga berbentuk perselisihan.
b.         Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi lain dari masyarakat, seperti hubungan antara ekonomi dan agama, pendidikan, stratifikasi sosial, demokrasi, atau politik.
c.         Studi tentang perubahan institusi dan para meter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi dari masyarakat, contohnya semangat kewirausahaan di kalangan santri, kapital budaya (cultural capital) pada masyarakat nelaya, atau etos kerja di kalangan pekerja tambang.
Pengaruh ekonomi dalam kehidupan sosial sangatlah jelas terlihat yakni bagaimana ekonomi membentuk perilaku atau tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat sebagai individu yang berinteraksi menggunakan ekonomi sebagai salah satu alat untuk berinteraksi yang kemudian termanifestasikan dalam proses tukar-menukar atau jual-beli dengan menggunakan alat tertentu yang biasa kita kenal dengan nama uang.

5.        Tujuan Analisa
Ekonomi dan sosiologi memang berbeda dalam memandang suatu kenyataan namun antara keduanya saling terkait dan menimbulkan hubungan timbal balik serta saling mempengaruhi. Seperti dalam bagian ini, ekonomi dan sosiologi mempunyai perbedaan dalam menganalisa suatu pernyataan, karena keduanya memang memiliki pandangan yang berbeda. Ekonomi mempunyai kecenderungan untuk melakukan prediksi dan eksplanasi, serta sangat sedikit membuat deskripsi. Maksudnya, ekonomi itu selalu cenderung melakukan suatu ramalan mengenai masa depan disertai dengan penjelasan tentang hubungan pengaruh yang akan timbul antara variabel tersebut. Ekonomi melihat bagaimana tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tindakan tersebut biasanya berada pada pola interaksi ekonomi seperti produksi, distribusi, dan konsumsi.
Sosiologi justru lebih pada deskripsi dan eksplanasi, sementara prediksi sangat jarang digunakan. Dalam artian bahwa sosiologi memiliki kecenderungan melihat suatu kenyataan/fenomena lebih mendalam, menganalisa jauh kedalam mengenai apa yang sebenarnya terjadi, ada apa dibalik kenyataan itu, dan melihat tembus terhadap realita yang terjadi. Deskripsi analitik sangat sering digunakan oleh sosiolog untuk menggambarkan fenomena sosial yang terjadi.


6.        Penerapan Metode
Ekonomi yang cenderung menggunakan prediksi maka metode yang cocok digunakan adalah penerapan hipotesa dan penggunaan model-model dalam bentuk matematik. Ekonomi cenderung mencoba menerapkan hipotesis berdasarkan prediksinya. Dengan demkian, ekonomi cenderung menggunakan data resmi atau data sekunder dan tidak mempunyai data sendiri.
Sementara sosiologi menggunakan metode yang berbeda satu sama lain seperti hermeneutik, etnografi, dan fenomenologi termasuk metode historis dan perbandingan. Biasanya para sosiolog melakukan pengumpulan data sendiri di lapangan. Sosiologi sebagai disiplin ilmu yang bebas nilai tidak serta merta memberikan label dan sosiologi melihat bahwa dalam proses ekonomi terdapat interaksi sosial. Sosiologi dalam metodenya menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder.


KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Dari segi ekonomi, mengasumsikan bahwa aktor tidak dihubungkan dengan aktor lainnya. Sedang dari segi sosiologi, mengasumsikan bahwa aktor dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh aktor lainnya.
2.      Menurut sosiologi, tindakan ekonomi dianggap juga sebagai bentuk tindakan sosial, karena dalam tindakan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi terdapat juga hubungan sosial seperti memperhatikan tingkah laku orang lain, saling bertukar pandangan, berbicara, berjabat tangan, mengucap salam atau memberi senyuman. Menurut ekonomi, tindakan ekonomi berkaitan dengan selera, kualitas dan harga barang dan jasa.
3.      Dalam suatu tindakan ekonomi yang dilakukan orang biasanya terdapat suatu kerjasama, kepercayaan, dan jaringan. Sebaliknya, kadang kala dalam tindakan ekonomi memunculkan perselisihan, pertengkaran, ketidakpercayaan, bahkan sampai pemutusan hubungan.
4.      Ekonomi sangat memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial dengan jelas terlihat bagaimana ekonomi membentuk perilaku atau tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Dalam menganalisa suatu pernyataan, ekonomi cenderung memakai prediksi dan eksplanasi dan deskripsi sangat jarang digunakan, sedangkan sosiologi lebih cenderung menggunakan deskripsi dan eskplanasi dan prediksi yang jarang digunakan.
6.      Metode yang digunakan dalam ekoonomi cenderung mengunakan penerapan hipotesa dan penggunaan model-model dalam bentuk matematik. Sedangkan sosiologi menggunakan metode berupa hermeneutik, etnografi, dan fenomenologi termasuk metode historis dan perbandingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tak ada kata terlambat tuk berubah. Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu!