BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara
Indonesia adalah bagian dari berbagai pulau dan berbagai kebuyaan
adat istiadat yang berbeda sehingga, mempunyai tingkah laku yang berbeda namun,
negara Indonesia memiliki nilai-nilai pancasila yang harus
memperthankan karena Indonesia, bukan membedakan ras, etnik, adat isti adat
tetapi negara Indonsesia Negara Bineka Tunggal Ika merupakan
salah satu tujuan yang mempunyai persatuan dan kesatuan dari
berbagai budaya etnik ras. Dengan demikian Indonesia mempunyai
tujuan yang sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa namun
selalu ada perbedaan ras etnik. Karena anak
muda Papua mengalami di kampus ketika dosen menyuru kita membuat kelompok
masing-masing dan memili ras, etnik yang sama
sehingga kami dari Papua tidak termasuk teman-teman kelompok yang lain,
karena masih ada perbedaan ras, etnik dan kami sebagai anak Papua
ingin mau belajar teman-teman yang lain tetapi tidak memdapatkan kesempatan
untuk masuk kelompok bersama teman-teman yang lain sehingga terpaksa
membuat kelompok hanya dari teman-teman papua sendiri, dan kami bepikir Bineka
Tunggal Ika berbeda-beda tetapi tetap satu jiwa namun itu sebagai
selogan, maka kita harus belajar bagaimana kita belajar ras, etnik yang
berbeda salah satunya adalah di lingkungan kampus tetapi kenyataan
seperti itu. Dengan demikian hal seperti itu terus bagaiman kita mau
menjadi satu kita harus belajar lebih banyak teman-teman yang lain
berbeda ras, etnik dan adat isti adat dengan teman-teman yang berbeda.
Berdasarkan
pengalaman beberapa mahasiswa-masiswai anak muda papua di kampus bahwa
Indonesia beberbagai pulau-pulau dan berbagai suku ras, etnik adat
istidat selalu ada perbedaan sehingga kami sebagai anak-anak papua ingin
belajar budaya orang Jawa terutama di Kota Studi ( Yogyakarta) bagaimana
adat istidat tingkah laku, kehidupan orang Jawa yang semestinya secara baik
sehingga tidak salah pahaman terhadap orang papua dengan orang Jawa, karena
tingkah laku orang papua dengan orang Jawa sangat jahu berbeda sekali, tingkah
laku orang papua secara keseluruhan kasar sebaliknya orang Jawa lembut dan
halus.
B. Rumus
Masalah
Berdasarkan latar
belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana
beradaptasi anak muda Papua di tengah-tengah masyarakat Jawa di Yogyakarta
?
2. Bagaimana
beradaptasi dari prespektif sosial ekonomi anak muda Papua di
tengah-tengah masyarakat Jawa ?
3. Bagaimana
beradaptasi dari prespektif sosial budaya anak muda Papua di tengah-tengah
masyarakat Jawa (di Yogya) ?
4. Bagaimana
cara komunikasi anak muda Papua dengan masayarakat jawa di
Yogyakarta?
5. Bagaimana
pandangan anak muda Papua terhadap orang Jawa dan sebaliknya orang Jawa
menilai terhadap anak- anak Papua?
C. Batasan
Masalah
Agar Makalah yang
dikemukakan ini terarah pada sasaran maka perlu ada pembatasan penulisan
makalah ini yaitu anak muda Papua di tengah-tengah masyarakat Jawa (di
Yogyakarta).
D. Tujuan
Penulis
|Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah:
a) Untuk
mengetahui bagimana cara hidup anak muda Papua di tengah-tengah
masyarakat Jawa (di Yogyakarta).
b) Untuk
mengetahui pandangan anak muda Papua terhadap orang Jawa dan sebaliknya orang
Jawa menilai terhadap anak- anak Papua.
E. Metode
Penulis
Dalam penulisan
makalah ini penulis mengunakan metode kepustakaan yaitu menceritakan pengalaman
mahasiswa-mahasiswi anak muda Papua di tengah-tengah masyarakat Jawa ( di
Yogyakarta), dan juga wawancara langsung dengan warga di sekitar baik mahasiswa
maupun masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Masyarakat
Indonesia mempunyai kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang
kita gunakan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan
kita. Negara Indonesia adalah negara yang terkenal dengan negara
kepulauan, sehingga setiap daerah memilikih adat istidat yang berbeda pula,
namun sejalan dengan perkembangan zaman, kebudayaan tradisional tersebut mulai
ditinggalkan. Gaya hidup masyarakat Indonesia sendiri sudah terpengaruh oleh
budaya-budaya barat atau luar. Maka masyarakat lebih senang meniru gaya hidup barat
daripada melestarikan tata cara kehidupan budaya kita. Bagaimanapun
budaya tradisional tidak dapat ditinggalkan begitu saja, karena dalam
masyarakat modern ada masyarakat etnis, sehingga mau tidak mau masyarakat
modern masih terpengaruh oleh masyarakat ernis, begitu juga sebaliknya.
Demikian pula bagi orang Indonesia tanpa mereka sadari, mereka tidak bisa
meninggalkan budaya budaya itu sendiri.
B. Bagaimana
cara beradaptasi anak muda Papua di Jawa (Yogya)
Anak muda Papua
datang ke Jawa, mempunyai tradisi adat isitiadat yang berbeda sehingga
kami pun beberapa hal yang harus menyesuaikan diri seperti tingkah laku,
sikap, komunikasi cara hidup dan juga beradaptasi dengan lingkungan. Karena
anak muda Papua ketika berpindah dari tempat asal ke Yogyakarta
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda harus
membiasakan diri dengan lingkungan yang ada di Jawa sehingga masyarakat se
tempat bisa meliat dengan cara hidup orang papua yang sebenarnya . tetapi
disini lebih khusus saya menulis tentang anak muda papua yang datang tinggal
bersama masyarakat Jawa. Karena orang Jawa berpikir bahwa orang non pulau Jawa
beranggap bahwa orang Papua dengan orang Batak kasar, tetapi tidak semua
orang Papua atau orang Batak kasar, ada yang baik. Oleh karena itu saya sebagai
orang Papua bagaimana menghilangkan cara pemikiran mereka yang
negative, saya harus menyikapi dengan masayarakat Jawa khususnya di Yogyakarta
cara yang baik, dengan cara bekerja sama dalam kegiatan RT atau RW sehingga
secara pelan-pelan rasa pemikiran yang negative terhadap kami bisa
menghilangkan maka mereka bisa berpkir bahwa tidak semua orang Papua atau
Batak kasar. Mungkin ini karena lingkungan berbeda dan tingkah laku
yang berbeda dan pula yang berbeda, sehingga setiap suku mempunyai khas yang
tidak bisa di samakan oleh suku lain.
Komunikasih dengan
orang Jawa di Yogyakarta, karena kami jujur bahwa kami dengan sikap yang
keras sehingga, kami harus menyesuikan diri dengan bahasa yang bisa menerima
orang Jawa. Karena di pulau Jawa khususnya di Yogyakarta terkenal
dengan bahasa kromo yang halus sehingga cara kami
harus menyesuaikan diri untuk cara yang halus, mungkin cara
berkomunikasih dengan cara yang kasar ini bisa kami secara
pelan-pelan menyesuikan diri. Dengan demikian maka Budaya atau cultur
anak muda Papua yang berbeda bahkan kulit dan rambut yang berbeda, sehingga
cara hidup dengan orang Jawa juga sangat berpengaruh sekalih, ketika kami
berpindah tempat dari asal untuk menyesuikan dengan budaya,
cultur yang berbeda yang harus menyesuikan diri dengan cara mendekati warga
setempat dimana kita tinggal.
C. Prespektif
ekonomi Jawa dengan luar Jawa
Dari sisi
perekonimian pulau Jawa adalah system pertanian sawa sehingga dari sisi ekonomi
sudah maju. Di luar dari pulau Jawa khususnya kami dari Papua secara
keseluruhan belum, karena kami dari Papua system bertani tidak tetap. Orang
Papua system bertani tidak tetap karena banyak lahan yang kosong sehingga
mereka berpinda tempat untuk membuka lahan yang baru. Mungkin itu terjadi
karena kurang berpendidikan tidak mengolah tanah dengan baik, maka mereka
selalu berpindah tempat, mungkin juga terjadi karena penduduknya sedikit maka
banyak lahan yang kosong agar mereka system bertani tidak menetap.
D. Prespektif
sosial budaya
Dengan demikian dari
sisi budaya masayarakat Jawa adalah system piramida dengan kata lain
system kerajaan. Masyarkat Jawa khususnya di Yogkarta terkenal dengan masayakat
keraton di dalamnya ada berbagai tingkatan yang harus diwajibkan dalam
kehidupan masyarakat Yogya seperti berbahasa Jawa ada tingkatan yaitu yang
halus dan kasar. Bahasa halus yang disebut bahasa kromo
atau inggil bahasa ini di gunakan dalam upacara adat
isitiadat tertentu. Budaya orang Papua adalah system organisasi atau
kelompok. Tidak bersifat kerajaan system kelompok sesuai dengan marga sehingga
mempunyai hak yang sama, tidak membedakan dalam kehidupan masyarat Papua
khususnya, bersipat kepala suku kepercayaan dari berbagai marga sehingga
hubungan antara marga yang satu dengan yang lain.
Apabila perang suku
terjadi yang bisa mengatasi perang adalah kepala suku sehingga orang Papua
sangat menghormati orang jadi kepala suku orang yang kaya bukan orang
yang miskin.
E. .Komunikasi
anak muda Papua dengan masayarakat Jawa ( di Yogya)
Komunikasi
masayarakat Jawa dengan anak muda Papua merupakan salah satu cara yang menonjol
di dua suku yaitu orang Papua akan bicara dengan nada yang kasar dan orang Jawa
akan bicara dengan alus sebab orang Jawa cara komunikasi secara
halus dan pelan, karena masyakat Jawa terkenal dengan bahasa halus dan
orang Papua cara komunikasi kasar sehingga bisa salah pahaman antara
orang Jawa. Oleh karena itu kita harus tauh lebih dahulu cara komunikasi
dengan orang lain, karena kita negara Indonesia adalah berbagi pulau dan suku
sehingga tidak terjadi salah pahaman cara berkomunikasi. Mungkin kami dari
Papua dan Sumatera terkenal bahwa cara komunikasi kasar karena budaya yang
berbeda, sifat kami dari Papua dengan Batak kalau ada yang salah tidak
sesuai dengan harapan kami maka langsung tegur terus terang pada orang
yang salah. Jadi sifat kami orang yang salah langsung tegur, tetapi sifat orang
Jawa akan bicara secara alus dengan sopan agar orang lain bias tanggapi
dengan baik.
F. Bagaimana
pandangan anak muda Papua terhadap orang Jawa dan sebaliknya orang Jawa
menilai terhadap anak- anak Papua.
Masyarakat Jawa
berpandangan terhadap orang muda Papua bahwa minum- minuman keras sebagai
tradisi, sehingga masyakat Jawa berpikir orang Papua semua tau minum-minuman
keras atau ber alkhool, sehingga masyarakat Yogyakarta berpandangan bawah orang
Papua adalah orang-orang yang sifatnya tidak baik tetapi saya sebagai
orang Papua mengatakan bahwa bukan. Karna apa? Jawabannya adalah budaya
Orang Papua bukan yang seperti yang masyarakat Jawa melihat atau
memandang tetapi orang papua merupakan orang yang mempunnyai adat istiadat yang
sama seperti di Jawa. Maka pengaru minuman beralkhool ini pengaru
budaya luar yang masuk ke Indonesia dan yang paling terpopuler adalah di Papua
maka dari berbagai daerah menilai bahwa orang Papua adalaha tukang minum tetapi
dari masyarakat pribumi asli papua tidak karna itu bukan tradisi atau budaya
lokal Papua tetapi karna perkembangan jaman di seluru dunia akhirnya pengaruh
luar masuk ke Papua. Akhirnya orang muda Papua mau beradaptasi dengan
masyarakat Jawa tetapi anak muda papua masih terbawah dengan kebiasaan yang di
Papua ke Jawa, maka masyarakat di sekitar Yogyakarta menilai bahwa anak papua
tukang minum. Dan bagaimana cara untuk menghilangkan pemikiran yang negative
terhadap orang Papua. Mungkin itu salah seorang mahasiswa tinggal di
kost-kostsan yang tidak tau adat istiadat, budaya, maka dia minum mabuk dan
bikin kacau dengan masyarakat di sekitar sehingga itu menjadi pandangan
utama bahwa orang Papua itu semua tau minum-minuman keras, pada hal kami ada
yang tidak tau minum-minuman keras berpandangan bahwa dia tidak punnya
adat. Maka dengan pandangan orang Jawa (di Yogya) kami yang tidak tau
minum pun sekarang mencari kost untuk mau tinggal sulit dapat
karena salah seorang mahasiswa yang tinggal di kost-kostsan pun
minum mabuk akhirnya masyarakat Jawa berpikiran bahwa orang Papua semua
tau minum-minuman keras sehingga kami susa dapat kost dalam waktu dekat tetapi
kita bias dapat waktu yang cukup lama. Kalau ada kost yang kosong tetapi kami
dari Papua tanya bapak yang punya kost tetapi dia bilang
tidak ada yang kosong, karena kenakalan dari mereka yang tau minum.
Pemuda Papua
berpandangan terhadap orang Jawa, bahwa kehidupan masayarakat Jawa khusunya di
Yogyakarta kehidupanya damai dan aman tetapi , di balik itu banyak hal yang
jahat yang menutupi dengan cara yang baik-baik. Mungkin di depan kita baik
tetapi belum tentu baik dalam hati seseorang, kami orang Papua kasar tetapi
belum tentu dalam hati kasar, karena memang dengan pengaruh dengan kulit kami
hitam rambut kriting maka sifat kami seperti itu, sehingga ada sesuatu
yang salah langsung kasih tau orangya, tetapi orang Jawa tidak seperti
itu diam tetapi membahayakan seperti itu karena apa yang dia pikir kami
tidak tau.
Anak-anak Papua yang
belajar di Jogjakarta menilai bahwa masyarakat Jogjakarta menceritakan hal-hal
yang negatif atau hal-hal sepele orang lain tanpa memberitahu kepada orang yang
bersangkutan. Contoh korban gossib, Hal-hal ini pun dialami oleh beberapa
orang atau anak mahasiswa Papua, hanya karena tidak
membayar uang listrik satu bulan, bapa kosnya menceritakan kepada orang yang
ada di RT itu. Anak tersebut tidak menerima kelakuan bapa kostnya ialah dia menceritakan kepada orang lain tanpa
menagi atau memberitahukan terlebih dahulu kepadanya.
Dengan demikian, nama
baik anak tersebut tercoret, sehingga mau dan tidak dia harus memutuskan untuk
menyendiri dan tidak berbaur lagi dengan orang lain. Kemudian setelah batas
waktu kos-kosannya habis, dia mencari kos-kosan lain karena dia merasa malu
atas perlakuan bapak kosnya teradap dia. Orang Jawa, walaupun bukan
seluruhnya, tidak menyadari bahwa gossip ini dapat menjatuhkan martabat orang
lain. Hal ini yang perlu disadari oleh orang-orang yang suka gossip alias
kerjaannya gossib.
Nama baik mahasiswa
papua dari pandangan masyarakat Jogjakarta sudah negatif. Mereka menilai bahwa
semua anak muda Papua berbuat hal yang sama. Contohnya, mereka beranggapan
bahwa seluruh anak Papua suka mabuk dan suka melakukan onar, serta melakukan
hal-hal yang dipandang tidak wajar dari pandangan masyarakat setempat,
kenyataannya tidak seperti yang dikirakan. Sebab anak muda papua yang study di
kota Jogyakarta mengenal dengan kata menjaga nama baik anak papua. Jadi kami
sebagai anak muda papua yang mengenyam pendidikan di Jogjakarta menyampaikan
kepada masyarakat bahwa, tidak semua anak papua melakukan hal-hal negetif atau
onar, hanya kalangan atau orang-orang tertentu yang melakukan hal serupa. Maka
yang harus dilihat adalah apa, latar belakang ekonomi (orang tua pejabat) dan
siapa yang melakukan hal tersebut.
Tujuan kami datang ke
pulau Jawa untuk belajar, karena latar belakang pendidikan kami di Papua
kualitas pendidikan sangat jauh berbeda dengan kualitas pendidikan di Jawa
sehingga kami datang belajar di Jawa khususnya di Yogyakarta karena kota
Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar sehingga kami kami lebih memilih
Yogyakarta dari pada Jawa di tempat lain. Dan kota Yogyakarta makanan murah,
dan fasilitas untuk belajar tersedia dengan baik sehingga kami bisa
belajar baik dan lulus kembali ke daerah kami masing-masing. Apa yang
kami belajar yang baik kami bisa menerapkan di daerah kami sehingga bisa
maju seperti di Jawa khususnya di DIY Yogyakarta itu harapan kami dari pemuda
Papua.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kehidupan yang nyata ini
perlu memahami budaya, adat isti-adat dan kebiasaan serta karakter orang di suatu daerah
dan sebaginya, inilah pengalaman dan pandangan tentang anak muda papua di
tengah-tengah masyarakat Jawa di Jogja. Dengan
pengalaman dan pandangan ini kelihatanya dari segi kacamata orang-orang
berbeda-beda dan juga sebagaimana sayamenceritrakan diatas merupakan sebelum tentu benar salah oleh orang lain, yang utamanya
masyarakat Jogja serta anak muda
Papua, sehingga pentingnya cara pandang kita terhadap suatu persoalan yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat perlu dilihat dari sisi positif dan negatif. Cara hidup di tengah-tengah
masyarakat inilah yang saya memahami benar-benar
bahwa itu merupakan suatu kehidupan yang nyata di dalam kelompok maupun masyarakat, di dalamnya
terdapat berbagai ragam antaranya, budaya, kebiasaan, tradisi, kraktek dan adat istiada sebagainya serta
menciptakan suasana yang aman dan kondusip.
2. Kami Negara Indonesia
adalah bagian dari berbagai pulau-pulau sehingga perlu kita belajar cara
kehidupan masyarakat, yang memiliki budaya adat istiadat yang berbeda sehingga
salingg menggenal budaya atau adat istiadat berbagai daerah di Indonsia,
maka kita menilai orang lain juga dari sisi positif, kebanyakan menilai orang
dari sisi negative .Oleh karena itu pemikiran negative harus di hilangkan
karena Negara Indonesia bagian dari berbagai suku dan adat istiadat berbeda
tujuan untuk baik, bukan saling membedakan etnik atau ras. Indonesia adalah
; Bineka
Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jiwa:
B. Saran
Pandangan dan pengalaman
setiap orang itu tidak sama, setiap orang memiliki pengalaman dan cara pandang
yang berbeda, sehingga kelompok menyampaikan bahwa pengalaman dan cara
pandangan kita itu berbeda sehingga kelomok menceritakan pengalaman hidup di
tengah masyarakat. Pengertian pengalaman itu sendiri benar-benar nyata yang
perna kita alami sendiri serta cara pandang juga tidak sama dengan pengalaman
yang perna kita alami, jadi cara pandang kita itu belum tentu benar, maka
kelompok kami sampaikan bahwa ini hanya sebuah cerita di tengah-tengah
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
- Agustinus
Uropka menceritakan tentang pengalaman hidup di tengah masyarakat Jawa
( di Yogyakarta).
- Tulisan ini hanya menceritakan cara pandangan dan pengalaman dari anak muda Papua di tengah-tengah masyarakat Jawa (di Yogyakarta) selama ikut pendidikan di Kota Studi Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tak ada kata terlambat tuk berubah. Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu!