Pulau terbesar di Pasifik Barat Daya yang disebut Niew Guinea atau New Guinea terdiri dari dua bagian. Belahan
Timur di sebut Papua Niguni (PNG), sedangkan belahan Barat adalah propinsi
Papua yang merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perjalanan armada laut Portogis dari Malaka ke Maluku pada tahun 1511-1512
Irian dengan sebutan “Os Papuas” atau
juga “Ilha de Papo Ia” sebutan tersebut diambil dari bahasa melayu kuno
“Papuwah” yang berarti “orang hitam berambut keriting”. Pada tahun 1522
Fransisco Sarrao (Portugis) mengunjungi
maluku dan menyebut nama yang sama yang disebut d’abreau. Demikian juga Don
Jorge de Meneses dari Portugis melewati rute yang sama dan menamakannya Papua.
Sesudah Portugis datang ke Maluku, beberapa tahun kemudian orang Spanyol
menjejakan kakinya di Maluku. Neuva Guinea (Portugis), Niew Guinea (Belanda)
dan New Guinea (Inggris), berasal dari bahasa Spanyol Nova Guinea yang
diberikan oleh pimpinan armada laut Spanyol, Ynigo Ortis de Retes, yang
mendapat perintah dari Gubernur Spanyol di Tidore untuk melakukan perjalanan ke
Meksiko di Panama antara tahun 1526-1527. Pada saat itu ia singgah sebentar di
pantai utara Irian dan memberi nama pulau itu Nova Guinee. Nama itu diberikan
karena melihat penduduk asli Papua mirip dengan penduduk yang ada di Guinea
yang terletak di pantai barat Afrika.
Nama “Papua” kemudian berganti menjadi “Irian” . Nama itu diambil dari bahasa Biak Numfor “Iryan” yaitu
“rumput kecil yang tumbuh di batu cadas”. Dalam rangka perjuangan
mengintegrasikan daerah ini dengan Republik Indonesia maka nama Irian dipakai
sebagai akronim politik yang berarti “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”.
Akronim ini dibuat oleh sejumlah pemuda yang mengikuti pendidikan pamong praja
di kota Nica (sekarang Kampung Harapan Jayapura) sebagai simbol persatuan
melawan Belanda. Nama itu dipublikasikan oleh Marcus Kaisepo dalam surat kabar penyuluh yang terbit di Brisbane
(Hobart, Australia) pada 8 september 1945, dalam tulisan yang berjudul “Papau
atau Irian”.
Peta Papua
Nama Irian dipopulerkan Frans Kaisepo, mantan
gubernur Irian Barat, semasa pepera dalam konfrensi malino, Sulawesi Selatan,
pada 15 juli 1946 sebagai pengganti nama Papoea. Di kemudian hari, nama Irian
menjadi persoalan politik karena dianggap meneliminasi eksistensi orang Papua
sebagai sebuah etnis bahkan sebuah bangsa yang berbeda secara antropologis
maupun kultural dengan wilayah Indonesia yang lain.
Numbay
10-08-2013
By.Amo.Pigai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tak ada kata terlambat tuk berubah. Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu!