1.
Konsep Aktor
Ekonomi seperti yang disebutkan sebelumnya
merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang
berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat dengan mempertimbangkan
kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Bisa dikatakan kegiatan ekonomi
merupakan cara bagaimana orang secara individual atau kelompok memenuhi
kebutuhan hidup terhadap barang dan jasa. Dalam hal ini segala aktifitas yang
dilakukan mereka berhubungan dengan proses produksi, distribusi, dan konsumsi.
Individu merupakan titik tolak dalam analisis
ekonomi. Sebagaimana yang diterangkan dalam buku pengantar sosiologi ekonomi
karangan Prof. Dr. Damsar yang mengatakan bahwa pendekatan individu dalam
analisis ekonomi berakar dari utilitarianisme dan ekonomi politik Inggris.
Utilitarianisme mengasumsikan bahwa individu adalah makhluk yang rasional,
senantiasa menghitung dan membuat pilihan yang dapat memperbesar kesenangan
pribadi atau keuntungan pribadi, dan mengurangi penderitaan atau menekan biaya.
Sementara ekonomi politik Inggris dibangun diatas prinsip “laissez faire” yaitu
“biarkan hal-hal sendiri, biarkan hal yang baik masuk”. Artinya biarkan
individu mengatur dirinya, karena individu tahu yang dimauinya. Akan tetapi
kontrol negara tetap dibutuhkan sebagai penjaga dalam kebebasan individu dalam
mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Mengapa individu diberi kebebasan? Jawabannya
karena individu itulah sendiri yang lebih mengetahui daripada orang lain
mengenai kemampuan, pengetahuan, keterampilan, jaringan, dan lainnya yang
dimilikinya. Sebagai contoh, Rudi memilih bekerja sebagai makelar kendaraan
bermotor dibandingkan menjadi seorang guru SMA, meskipun dia seorang sarjana
pendidikan bahasa, dengan berbagai pertimbangan yang rasionalnya, seperti
kemampuan finansial, pengetahuan, keterampilan, jaringan dan dukungan dari
anggota keluarga dan kerabat lainnya yang lebih dulu berkelut dan semuanya
berhasil. Sehingga dia menjatuhkan pilihan tersebut dan dianggap sebagai
keputusan yang rasional dan tepat. Lain lagi dengan Sinta yang meninggalkan
pekerjaannya sebagai penjual pakaian dan pindah menjadi guru SD setelah lulus
ujian dengan status PNS (Pegawai Negeri Sipil). Dia beranggapan menjadi penjual
baju butuh modal yang besar sementara dia berasal dari keluarga miskin dan dia
merasa tidak cocok berprofesi sebagai pedagangan. Tapi menjadi guru adalah
profesi yang diidam-idamkan sejak dulu serta didukung dengan kemampuan dan
keterampilannya sebagai tenaga pengajar yang baik. Dia juga berpamdangan bahwa
jika menjadi PNS maka masa tuanya setelah pensiun akan dijamin oleh negara.
Contoh lain, yang dikutip dalam buku pengantar
sosiologi ekonomi, seorang wanita karir yang melihat dirinya dalam kaitannya
dengan apa yang dilakukannya, diperbuat atau dikerjakannya. “Apapun kata orang
tentang diriku, kutahu yang kumau”. Itulah cara berpikir dan prinsip sang
wanita karir itu. Beginilah cara ekonomi klasik memandang aktor, dalam hal ini
wanita karir tersebut.
Beda dalam pendangan sosiologi dalam
mendiskusikan individu, aktor dianggap sebagai kesatuan yang dikonstruksi
secara sosial, yaitu aktor dalam suatu interaksi atau aktor dalam masyarakat.
Aktor dalam suatu interkasi artinya individu yang terlibat dalam
suatu interaksi dengan individu atau beberapa individu lainnya. Individu
dipandang sebagai aktor kreatif dalam menciptakan, mempertahankan, dan merubah
dunianya pada saat interaksi berlangsung. Contoh, seorang mahasiswa yang setiap
harinya mengenakan pakaian-pakaian bermerek dan mengendarai mobil mewah ke
kampus, berpenampilan bagus daripada teman-temannya yang lain, seakan-akan
memamerkan kekayaan orang tuanya. Suatu hari ketika mangikuti perkuliahan, dia
pun ditunjuk oleh dosen ke depan dan memberikan penjelasan ke teman-teman
sekelasnya tentang tema yang diangkat pada saat perkuliahan tersebut. Tapi apa
yang terjadi, mahasiswa tersebut maju dan berdiri di depan dengan tubuh
gemetaran dan tidak mampu mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Sudah
beberapa menit berdiri, belum juga melontarkan sebuah kata. Akhirnya sang
dosen, mengeluarkan kalimat kepadanya, “penampilan saudara layaknya orang
dewasa, tapi sayang saudara masih dikalahkan oleh seorang anak TK”. Mahasiswa
tersebut merasa sangat malu dihadapan dosen dan mahasiswa lainnya. Semenjak
peristiwa itu, dia pernampilan sederhana seperti mahasiswa lainnya dan tidak
lagi memamerkan kekayaan orang tuanya. Berdasarkan contoh di atas terlihat
dengan jelas pentingnya konteks interaksi dalam memperoleh perilaku seseorang
dalam berbusana.
Selanjutnya yang dimaksud aktor dalam
masyarakat adalah individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi
tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat. Masyarakat sebagai
satu kesatuan yang di dalamnya terdiri dari individu-indivdiu yang
membentuknya. Sebagai contoh, hubungan persahabatan yang dipandang oleh Berger
sebagai masyarakat. Pola hubungan persahataan dengan pola hubungan teman biasa
sangat berbeda. Pola hubungan persahabatan dikenal dengan istilah sistem
interaksi atau dikenal juga sebagai masyarakat, sedang pola hubungan teman
biasa hanya disebut sebagai interaksi sosial biasa.
Dari penjelasan di atas, dapat ditekankan
bahwa aktor dalam sosiologi tidak bisa dilihat sebagai individu itu sendiri,
akan tetapi individu itu harus dihubungkan atau dikaitkan dengan individu
lainnya baik sebagai peroranga mapun dalam bentuk kelompok.
Dari segi ekonomi, mengasumsikan bahwa aktor
tidak dihubungkan dengan aktor lainnya. Sedang dari segi sosiologi,
mengasumsikan bahwa aktor dihubungkan dengan dan dipengaruhi oleh aktor
lainnya.
2.
Konsep Tindakan Ekonomi
Sebagaimana yang diterangkan di atas, ditinjau
dari ekonomi, aktor diasumsikan mempunyai pilihan dalam melakukan tindakannya.
Tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan dan
memperoleh keuntungan pribadi. Dari sosiologi melihat beberapa tipe tindakan
ekonomi, sebagaimana Weber menyatakan tindakan ekonomi berupa rasional,
tradisional, dan spekulatif-irrasional.
Tindakan ekonomi rasional, dalam hal ini
individu dituntut bertindak secara rasional dengan mempertimbangkan segala
aspek atas apa yang akan dikerjakan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi. Misalnya individu mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai
tujuan yang ada. Seorang sarjana ekonomi, misalnya, dipandang rasional jika dia
mendaftar sebagai akuntan di sebuah bank, dibanding memilih pekerjaan sebagai
petani di desa. Ataukah, seorang tamatan SD yang tidak memilih keahlian
tersendiri memilih jadi petani di desa daripada tinggal di kota yang biaya
kehidupan mahal dan menuntut masyarakat mempunyai skill sehingga, dianggap
sebagai tindakan rasional dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan. Tindakan
ekonomi rasional ini memang menjadi perhatian baik dari ekonomi maupun
sosiologi.
Tindakan ekonomi tradisional dan tindakan
ekonomi spekulatif-irrasional tidak menjadi perhatian ekonomi, tetapi menjadi
perhatian sosiologi. Tindakan ekonomi tradisional merupakan tindakan yang
bersumber dari tradisi atau konveksi. Misalnya seorang yang telah melakukan
perjalanan atau kunjungan dari daerah lain dan membawa ole-ole berupa
barang-barang yang menjadi ciri khas daerah yang telah didatanginya, kemudian
membagikannya kepada anggota keluarga lain, teman, tetangga dan lainnya. Hal
seperti ini dianggap sebagai tindakan ekonomi. Contoh lainnya, melakukan
pertukaran barang atau membawa kado saat acara pernikahan seorang teman, atau
berupa sumbangan untuk perayaan acara perkawinan kerabat, dan sebagainya.
Tindakan ekonomi spekulatif-irrasional,
merupakan tindakan ekonomi yang berorientasi ekonomi yang tidak
mempertimbangkkan instrument yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Contoh sederhana dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, biasa kita
mendengar atau membaca dari media cetak seorang korban tipuan dari kekuatan
dukun/paranormal yang mampu menggandakan uang. Korban-korban tersebut berasal
dari latar belakang menurut pendidikan, pekerjaan, dan status sosial. Dari segi
sosiologi, tindakan itu dianggap sebagai tindakan spekulatif-irrasional karena
secara rasional uang tidak dapat digandakan lewat apapun, kecuali pemalsuan
uang.
Bagi sosiologi, tindakan ekonomi dianggap juga
sebagai bentuk tindakan sosial, karena dalam tindakan ekonomi yang dilakukan
oleh para pelaku ekonomi terdapat juga hubungan sosial seperti memperhatikan
tingkah laku orang lain, saling bertukar pandangan, berbicara, berjabat tangan,
mengucap salam atau memberi senyuman. Menurut ekonomi, tindakan ekonomi
berkaitan dengan selera, kualitas dan harga barang dan jasa.
3.
Hambatan pada Tindakan Ekonomi
Dalam pandangan ekonomi sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya bahwa tindakan ekonmi dibatasi pada selera dan kelangkaan
sumberdaya dan teknologi sehingga ada pemaksimalan pemanfaatan dan keuntungan,
secara prinsip dengan mudah memprediksi tingkah laku aktor. Dari sosiologi
tidak hanya memperhatikan dari kelangkaan sumberdaya tetapi juga dari pengaruh
aktor-aktor lainnya, apakah aktor-aktor itu akan mempermudah, memperlancar,
menghambat, atau membatasi tindakan ekonomi di dalam dunia pasar. Sebagaimana
yang kita ketahui tindakan ekonomi dalam pandangan sosiologi tidak berada pada
ruang hampa udara yang di dalamnya tidak ada hubungan sosian antara individu,
sebaliknya tindakan ekonomi terjadi dengan adanya hubungan sosial antara
individu yang berada di dalamnya.
Dalam suatu tindakan ekonomi yang dilakukan
orang biasanya terdapat suatu kerjasama, kepercayaan, dan jaringan. Sebaliknya,
kadang kala dalam tindakan ekonomi memunculkan perselisihan, pertengkaran,
ketidakpercayaan, bahkan sampai pemutusan hubungan. Contoh, seorang pengrajin
benang sutra di Sempangge, Kab. Wajo memiliki hubungan bisnis dengan pedagang
sutra. Dimana hubungan yang terjalin diantara keduanya bukan hanya hubungan
bisnis semata, akan tetapi terdapat juga hubungan sosial. Misalnya, ketika
perayaan Idul Fitri keduanya saling mengadakan kunjungan untuk melakukan
silatuhrahmi sesama umat muslim. Atau sebaliknya, dua orang
pengusaha melakukan hubungan bisnis namun hubungan ekonomi itu tidak
berlangsung lama. Karena salah satunya menghilangkan kepercayaan atau dengan
kata lain melakukan penyimpangan yang merugikan pihak yang satunya dan hal itu
diketahui oleh pihak tersebut. Pada akhirnya hubungan bisnis antara kedua
diputuskan karena adanya kekecewaan salah satu pihak. Perselisihan yang terjadi
dalam dunia bisnis karena ketidakmampuan menjaga kepercayaan yang dimiliki
antara dua belah pihak. Yang selanjutnya akan mempengaruhi jaringan dan ruang
gerak bisnisnya semakin sempit bahkan bisa tertutup.
4.
Hubungan Ekonomi dan Masyarakat
Para ekonom memusatkan kajian pada pertukaran
ekonomi, pasar, dan ekonomi, sementara masyarakat hanya dianggap sebagai
sesuatu yang berada di luar dan sesuatu yang telah ada. Menurut sosiologi,
ekonomi dipandang sebagai bagian internal dalam masyarakat. Sosiologi selalu
memandang sessuatu secara holistik, melihat suatu kenyataan saling terkait
antar berbagai faktor. Sehingga sosiologi ekonomi memusatkan perhatiannya pada:
a.
Analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, misalnya proses pembentukan harga
atau bagaimana terbentuknya kepercayaan dalam tindakan ekonomi bisa juga
berbentuk perselisihan.
b.
Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi lain dari
masyarakat, seperti hubungan antara ekonomi dan agama, pendidikan, stratifikasi
sosial, demokrasi, atau politik.
c.
Studi tentang perubahan institusi dan para meter budaya yang menjadi konteks
bagi landasan ekonomi dari masyarakat, contohnya semangat kewirausahaan di
kalangan santri, kapital budaya (cultural capital) pada masyarakat nelaya, atau
etos kerja di kalangan pekerja tambang.
Pengaruh ekonomi dalam kehidupan sosial
sangatlah jelas terlihat yakni bagaimana ekonomi membentuk perilaku atau
tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat sebagai individu yang
berinteraksi menggunakan ekonomi sebagai salah satu alat untuk berinteraksi
yang kemudian termanifestasikan dalam proses tukar-menukar atau jual-beli
dengan menggunakan alat tertentu yang biasa kita kenal dengan nama uang.
5.
Tujuan Analisa
Ekonomi dan sosiologi memang berbeda dalam
memandang suatu kenyataan namun antara keduanya saling terkait dan menimbulkan
hubungan timbal balik serta saling mempengaruhi. Seperti dalam bagian ini,
ekonomi dan sosiologi mempunyai perbedaan dalam menganalisa suatu pernyataan,
karena keduanya memang memiliki pandangan yang berbeda. Ekonomi mempunyai
kecenderungan untuk melakukan prediksi dan eksplanasi, serta sangat sedikit
membuat deskripsi. Maksudnya, ekonomi itu selalu cenderung melakukan suatu
ramalan mengenai masa depan disertai dengan penjelasan tentang hubungan
pengaruh yang akan timbul antara variabel tersebut. Ekonomi melihat bagaimana
tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tindakan tersebut
biasanya berada pada pola interaksi ekonomi seperti produksi, distribusi, dan
konsumsi.
Sosiologi justru lebih pada deskripsi dan
eksplanasi, sementara prediksi sangat jarang digunakan. Dalam artian bahwa
sosiologi memiliki kecenderungan melihat suatu kenyataan/fenomena lebih
mendalam, menganalisa jauh kedalam mengenai apa yang sebenarnya terjadi, ada
apa dibalik kenyataan itu, dan melihat tembus terhadap realita yang terjadi.
Deskripsi analitik sangat sering digunakan oleh sosiolog untuk menggambarkan
fenomena sosial yang terjadi.
6.
Penerapan Metode
Ekonomi yang cenderung menggunakan prediksi
maka metode yang cocok digunakan adalah penerapan hipotesa dan penggunaan
model-model dalam bentuk matematik. Ekonomi cenderung mencoba menerapkan
hipotesis berdasarkan prediksinya. Dengan demkian, ekonomi cenderung
menggunakan data resmi atau data sekunder dan tidak mempunyai data sendiri.
Sementara sosiologi menggunakan metode yang
berbeda satu sama lain seperti hermeneutik, etnografi, dan fenomenologi
termasuk metode historis dan perbandingan. Biasanya para sosiolog melakukan
pengumpulan data sendiri di lapangan. Sosiologi sebagai disiplin ilmu yang
bebas nilai tidak serta merta memberikan label dan sosiologi melihat bahwa
dalam proses ekonomi terdapat interaksi sosial. Sosiologi dalam metodenya
menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari segi
ekonomi, mengasumsikan bahwa aktor tidak dihubungkan dengan aktor lainnya.
Sedang dari segi sosiologi, mengasumsikan bahwa aktor dihubungkan dengan dan
dipengaruhi oleh aktor lainnya.
2. Menurut
sosiologi, tindakan ekonomi dianggap juga sebagai bentuk tindakan sosial,
karena dalam tindakan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi terdapat
juga hubungan sosial seperti memperhatikan tingkah laku orang lain, saling
bertukar pandangan, berbicara, berjabat tangan, mengucap salam atau memberi
senyuman. Menurut ekonomi, tindakan ekonomi berkaitan dengan selera, kualitas
dan harga barang dan jasa.
3. Dalam suatu
tindakan ekonomi yang dilakukan orang biasanya terdapat suatu kerjasama,
kepercayaan, dan jaringan. Sebaliknya, kadang kala dalam tindakan ekonomi
memunculkan perselisihan, pertengkaran, ketidakpercayaan, bahkan sampai
pemutusan hubungan.
4. Ekonomi
sangat memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial dengan jelas terlihat
bagaimana ekonomi membentuk perilaku atau tindakan manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Dalam
menganalisa suatu pernyataan, ekonomi cenderung memakai prediksi dan eksplanasi
dan deskripsi sangat jarang digunakan, sedangkan sosiologi lebih cenderung
menggunakan deskripsi dan eskplanasi dan prediksi yang jarang digunakan.
6.
Metode yang digunakan dalam ekoonomi cenderung mengunakan penerapan hipotesa
dan penggunaan model-model dalam bentuk matematik. Sedangkan sosiologi
menggunakan metode berupa hermeneutik, etnografi, dan fenomenologi termasuk metode
historis dan perbandingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tak ada kata terlambat tuk berubah. Masa lalu hanyalah pendewasaan dirimu. Hidupmu tak ditentukan oleh orang lain tapi kamu!